
Penjualan Buku dan Seragam Sekolah Anjlok
Banjarmasin, KP – Dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat di tengah wabah Corona (Covid-19) akhir-akhir ini, benar-benar membuat daya beli makin menurun.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, ketika memasuki tahun ajaran baru permintaan alat tulis sekolah dan seragam meningkat.
Namun begitu memasuki tahun ajaran baru 2020-2021, justru tak terlihat lagi, para orang tua siswa menyerbu toko perlengkapan sekolah dan seragam di Banjarmasin.
“Sebelum adanya wabah pandemi Covid-19, rata-rata permintaan pakaian seragam di toko kami meningkat, apalagi jelang masuknya tahun ajaran baru sedangkan tahun ini relatif sepi,” ucap pemilik Toko Usaha Baru Ujung Murung, Anton kepada wartawan Rabu.
Menurut dia, angka pembelian seragam SD, SMP dan SMA menurun tajam. Jika sebelumnya, rata-rata laku 10 hingga 20 setel, kini di tengah pandemi Covid-19, paling banter terjual hanya tiga hingga empat lembar saja sehari.
“Sepinya penjualan karena warga masih menunggu kepastian ajaran baru, bahkan, dalam satu hari bisa saja tidak laku karena tak ada pembeli,” katanya.
Ia mengakui, wabah Corona yang masih berkepanjangan ini, omzet penjualan anjlok sampai 80 persen, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ketika memasuki tahun ajaran baru maka omzet meningkat tajam, bahkan sempat kehabisan stok tokonya.
“Kebanyakan bahan pakaian seragam yang ada di Banjarmasin ini diolah penjahit lokal saja namun bahannya yang didatangkan dari Surabaya dan Jakarta,” ucapnya.
Anton memaklumi, pandemi ini mengakibatkan ekonomi masyarakat semakin melemah ini berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang terus menurun sejak wabah Corona ini berkepanjangan.
“Padahal, harga barang sudah kami turunkan lebih murah tidak seperti tahun lalu namun, tetap saja masih sepi pembeli,” keluhnya.
Rendahnya daya beli masyarakat juga turut dirasakan Rani UMKM penjual buku kaki lima dikawasan Belitung, ia mengakui pembelian alat tulis dan perlengkapan sekolah jelang masuknya tahun ajaran baru ini, tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.
“Dulu seperti ini sekarang merupakan panen rezeki baginya dan kawan-kawan, kami biasanya buka dari sore hingga malam hari, namun sayang di tengah pandemi Covid-19, sepi pembeli yang datang bisa dihitung dengan jari saja,” katanya.
Ketika musim penerimaan siswa baru tiba, permintaan perlengkapan sekolah akan melonjak tajam bahkan ia juga menambah jumlah karyawan untuk melayani para pembeli.
Sekarang, tak bisa lagi seperti itu, ia hanya bisa mempertahankan dua karyawan itupun harus putar otak agar gaji mereka tetap bisa dibayar.
“Kalau saya kalkulasi, omzet penjualan turun hingga 70 sampai 80 persen di tengah pandemi saat ini,” sebutnya lirih. (hif/K-1)
