Keluhan dermatitis atau penyakit kulit yang dialami warga termasuk dalam 10 penyakit terbanyak akibat banjir rob yang belakangan melanda Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini.
BANJARMASIN, KP – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin saat ini tengah sibuk menangani dua jenis penyakit yang mayoritas diderita warga Kota Seribu Sungai ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Machli Riyadi mengatakan, kedua jenis penyakit tersebut rata-rata dialami oleh warga yang terdampak banjir rob.
Menurutnya, keluhan dermatitis atau penyakit kulit yang dialami warga tersebut termasuk dalam 10 penyakit terbanyak akibat banjir rob yang belakangan melanda Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini.
“Yang kami temukan banyak warga mengalami kutu air (gatal di bagian sela jari kaki), ini menempati urutan pertama yang dialami warga akibat banjir rob belakabgan ini,” ucapnya saat ditemui awak media di halaman kantornya, Selasa (14/12) siang.
Kemudian, ia melanjutkan, posisi kedua ada penyakit hipertensi atau darah tinggi yang jumlahnya semakin tinggi akibat terjangan banjir rob kali ini.
Dijelaskannya, hipertensi ini sebelumnya memang menjadi urutan nomor satu di Banjarmasin. Tapi setelah banjir rob melanda, penyakit kulit berupa kutu air menjadi yang paling banyak
“Penyakit pola hidup (hipertensi) ini memang ada banjir atau tidak. Namun kondisi rumah yang didiaminya terendam banjir semakin menambah tingkat stress yang dialami warga. Hal itulah menjadi pemicu penyakit darah tinggi ini,” jelasnya.
Selain dua penyakit itu, ia membeberkan, di peringkat tiga ada penyakit diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) yang juga menjadi keluhan warga.
Lantas apa langkah Dinkes dalam menanggulangi penyakit akibat banjir rob ini?
Terkait hal itu, mantan Wakil Direktur (Wadir) Bidang Administrasi dan Keuangan RSJ Sambang Lihum Kalsel itu mengklaim bahwa pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi bersama petugas kesehatan yang ada di setiap wilayah Banjarmasin untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam menghadapi banjir rob kali ini.
“Nanti kita akan membangun pos-pos pelayanan kesehatan di beberapa titik terdampak banjir, termasuk juga menginventarisir logistik apa saja yang diperlukan,” ujarnya.
Namun, ia menilai kondisi banjir rob kali ini bakal menyita energi lebih para tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi layanan kesehatan bagi warga Banjarmasin.
“Banjir ini menyita energi kita untuk bisa mendatangi pasien ke rumah-rumah. Sehingga tentu harus berbeda dengan pemberian layanan kesehatan yang terpusat di Puskesmas,” pungkasnya.
Saat ditanya apakah ada ditemukan penyakit lain seperti malaria dan demam berdarah (DBD), Machli mengaku bahwa selama banjir rob terjadi pihaknya belum menemukan kasus penyakit akibat gigitan nyamuk tersebut.
“Karena banjir ini tidak memungkinkan untuk nyamuk demam berdarah atau malaria berkembang biak. nyamuk jenis Aedes Aegypti ini hanya mau bertelur di air yang jernih dan menggenang alias tak bergerak. Sehingga banjir ini tidak memungkinkan untuk dijadikannya sarang,” tuntasnya. (Zak/K-3)