Banjarbaru, KP – Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalsel, meski tahun lalu curah hujan cukup tinggi tidak mempengaruhi produksi kelapa sawit.
“Produksi kelapa sawit di 2022 tidak mengalami penurunan produksi, walau curah hujan cukup tinggi dan ada peningkatan produksi meskipun sedikit dibanding 2021,” kata Kepala Disbunnak Kalsel, Suparmi.
Berbeda dengan sawit, perkebunan karet sangat terdampak curah hujan.
Produksi perkebunan karet diakuinya mengalami penurunan karena ada penyakit gugur daun sehingga perlu ditingkatkan manajemen pemeliharaannya.
“Curah hujan yang tinggi memang mempengaruhi jumlah produksi karet tapi lebih signifikan karena manajemen pemeliharaan,” jelas Suparmi.
Diketahui, di 2023 Disbunnak Kalsel memprioritaskan program intensifikasi dan diversifikasi tanaman karet dengan inovasi Bang Sibon Berkaret.
Dalam program ini dilakukan pengembangan perkebunan karet dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang sari dengan tanaman pangan.
“Kalsel dengan 270 ribu hektare parea kebun karet sudah memiliki 229 Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB),” ucap Suparmi.
Ia menyebut sektor karet 90 persen diusahakan oleh pekebun, sehingga peran pemerintah sangat besar dalam pengembangan karet ini.
“Program ini namanya Bang Sibun Bekaret atau Pengembangan Korporasi Pekebun Berbasis Kawasan Karet,” ucapnya.
Suparmi menambahkan, dengan Program Bang Sibun Bekaret ini diversifikasi terintegrasi dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang Sari dengan tanaman pangan diharapkan dapat memberi keuntungan bagi pekebun.
Bang Sibun Bekaret adalah salah satu program yang diimplementasikan Disbunnak Kalsel pada tahun 2023 untuk menjadi penyangga pangan Ibu Kota Nusantara. Selain Bang Sibun Bekaret, juga ada program lainnya. (mns/K-2)