Muncul Ancaman Penyakit PPR
Langkah diambil pencegahan juga pengendalian lalu-lintas ternak antar daerah
BANJARBARU, KP – Belakangan ini muncul penyakit baru terhadap hewan ternak. Penyakit itu bernama Peste des petits ruminants (PPR).
Dari keterangan, Senin (3/4), penyakit ini disebut memiliki tingkat penularan dan kematian yang tinggi.
Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalsel mulai waspada. Langkah antisipasi mulai dijalankan. Salah satunya menggencarkan sosialisasi dan penyampaian informasi pencegahan masuknya penyakit baru pada hewan.
Baik kepada peternak, pelaku usaha, dan instansi yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan, serta instansi terkait PPR merupakan penyakit virus yang sangat menular, utamanya menyerang kambing dan domba (ruminansia kecil).
Saat ini Indonesia masih bebas PPR artinya belum pernah ditemukan termasuk di Kalimantan Selatan dan belum adanya laporan terkonfirmasi terkait penyakit tersebut.
Kendati demikian, penyakit ini memiliki tingkat penularan dan kematian yang tinggi sehingga dapat berpengaruh terhadap ekonomi wilayah yang bergantung pada hasil produksi ternak ruminansia, khususnya ruminansia kecil.
Morbiditas atau angka penularan PPR bisa mencapai 9.045 hingga 10.046 dan mortalitas atau angka kematian bisa mencapai 5.096 hingga 1.006 terutama pada ternak muda.
Penularan utama terjadi melalui aerosol dan kontak langsung terhadap ternak terinfeksi.
Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui peralatan kandang, pakan, wadah air minum, dan peralatan lainnya.
Masa inkubasi PPR adalah 3-6 hari. Gejala awal yang muncul adalah demam dengan suhu mencapai 41 celcius, ternak menunjukkan tanda-tanda gelisah dan anoreksia.
Demam ini dapat terjadi selama 3 – 5 hari.
Selain itu, terdapat leleran hidung jernih sampai kental, konjungtivitis, diare berat (dengan bentuk feses yang cair hingga berdarah).
Batuk, sesak nafas, dan sariawan disertai bau mulut.
Setelah 5 hari, ternak akan mengalami dehidrasi berat, hipotermia, kesulitan bernapas yang berat dan berujung pada kematian.
Pada kasus perakut (umumnya pada kambing), sering terjadi kematian mendadak yang ditandai dengan demam tinggi dan depresi.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk PPR, namun pengobatan untuk infeksi sekunder dan secara suportif dilaporkan dapat menurunkan tingkat kematian.
Kadisbunnak Kalsel, Suparmi, menyampaikan kewaspadaan dini terhadap PPR ini sangat penting.
Meskipun wilayah Kalsel bukan wilayah border langsung namun berbatasan langsung dengan provinsi yang memiliki border langsung yaitu Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah melalui Kalimantan Barat.
Selain itu, ujar Suparmi, lalu lintas ternak ruminansia kecil khususnya kambing cukup tinggi ke Kalsel
sehingga peningkatan pengetahuan dan pemahanan sedini mungkin guna tindakan pencegahan masuknya virus PPR.
“Langkah yang diambil di samping pencegahan juga pengendalian lalu-lintas ternak antar daerah, meningkatkan kapasitas pengujian.
Dan diagnosis serta melakukan monitoring dan surveilans sebagai langkah awal untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya penyakit baru ( emerging disease) di Indonesia khususnya Kalsel,” katanya. (mns/K-2)
