Oleh : Ummu Wildan
Pemerhati Generasi Muda
Warga Amuntai tercengang. Kasus sodomi terjadi di kota bergelar bertakwa tersebut di Agustus 2022. Hubungan seks dengan kekerasan tentu tak akan dibenarkan oleh siapapun. Namun sodomi sendiri dilakukan lelaki kepada lelaki. Tak disangka perilaku homoseksual yang biasa hanya terdengar lewat media massa dan media sosial kini ada di depan mata.
Pernyataan bahwa perilaku ini menular terbukti benar adanya. Jumlah mereka terus bertambah seiring berjalan waktu. Penanganan yang benar mutlak diperlukan demi menghentikan meluasnya perilaku ini. Bila tidak maka masalah besar menanti.
Negeri ini pun patut waspada. Sejumlah negara di ASEAN telah melegalkan keberadaan kaum ini. Perdana menteri Singapura Lee Hsien Loong mengumumkan akan mencabut undang-undang 377A yang melarang hubungan seks sesama jenis pada Ahad (21/8/2022) malam. Parlemen Thailand telah meloloskan pembacaan pertama 4 RUU terkait pengesahan pernikahan sesama jenis pada Rabu, 15/6/2022. Kementerian kesehatan Vietnam mengumumkan bahwa ketertarikan sesama jenis dan transgender bukanlah penyakit mental pada Rabu, 3/9/2022.
Demokrasi yang diberlakukan di banyak negara memungkinkan terjadinya perubahan undang-undang. Undang-undang berubah karena pergeseran nilai yang terdapat di sebuah negara. Pergeseran nilai ini disebabkan adanya interaksi tanpa batasan yang jelas. Suatu hal dinilai baik jika menghasilkan manfaat dan didukung oleh sejumlah orang.
Begitupun interaksi sosial di negeri ini telah mengalami berbagai pergeseran nilai. 50 tahun yang lalu sulit ditemukan pasangan yang belum menikah tinggal bersama. Kini hal itu sudah bukan hal langka di kota-kota besar di negeri ini. Dulu orang tua menaruh hormat kepada guru. Sekarang ada saja ditemui orang tua yang berani merendahkan guru karena merasa telah membayar mahal untuk pendidikan anaknya.
Maka legalisasi hubungan sesama jenis bukanlah hal yang mustahil terjadi di negeri ini. Lagu-lagu yang bernuansa menormalisasi hal tersebut sudah mulai terdengar lewat ponsel yang menghubungkan masyarakat lintas usia dengan dunia luar. Drama-drama bergenre BL pun mendapatkan banyak viewer dari Indonesia.
Ketiadaan standar yang baku menjadikan baik dan buruk bisa berubah mengikut kehendak orang-orang yang berkepentingan. Bunga hutang akan dianggap oleh pemilik modal. Orang miskin yang terdesak kebutuhan dana tidak punya pilihan selain menelan pil pahit dunia akhirat ini. Begitupun rokok yang di iklannya saja bertuliskan, “Merokok membunuhmu” dianggap baik dalam hal menjadi jalan penafkahan para pekerja maupun devisa negara.
Begitulah ketika akal manusia dijadikan sebagai panduan. Pertentangan yang tak berujung tak terelakkan. Manusia pun bisa terjebak dalam lingkaran setan masalah. Hal ini dikarenakan akal manusia yang terbatas. Begitupun akal manusia dipengaruhi oleh informasi yang tertanam di benaknya. Orang yang terdidik materialistik akan menjadikan harta sebagai indikator utama. Orang yang terdidik manusiawi akan mendahulukan rasa kemanusiaan.
Pertentangan nyata di depan mata namun kebenaran menjadi relatif adanya. Betapa sering kita menemui harta yang dijadikan panduan bisa merusak. Misalnya saja para koruptor dan para mafia bahan pangan. Sebaliknya ketika rasa kemanusiaan pun menghasilkan relativitas. Bagi mereka yang mengatasnamakan kemanusiaan pun bisa menemukan benturan. Bagi perampok yang bertobat hukuman mati dianggap memutus kesempatan memperbaiki diri. Bagi keluarga korban yang kehilangan harta dan jiwa, hukuman mati sudah selayaknya. Demikianlah contoh benturan ketika akal manusia dijadikan sandaran.
Demikian pula penilaian terhadap hubungan sesama jenis. Sebagian orang berpendapat yang penting mereka bahagia. Sebagian berpendapat manusia akan menuju kepunahan bila hal ini dibiarkan. Dengan demokrasi, maka para pegiat akan berjuang untuk tujuan masing-masing. Pertarungan pemikiran pun bisa jadi berjalan jomplang saat salah satu pihak mendapatkan kucuran bantuan yang cukup fantastis. Misalnya saja bantuan US$ 8 juta untuk program “Being LGBT in Asia” dengan fokus kepada negara Indonesia, Cina, Thailand dan Filipina.
Satu-satunya pilihan untuk menutup pintu legalisasi ini adalah dengan menjadikan Islam sebagai standar penentuan baik dan buruk; terpuji dan tercela. Al Qur’an yang menjadi sumber hukum dalam Islam tidak akan pernah berubah hingga hari akhir. Hal-hal yang diharamkan tidak akan pernah diterima sampai kapanpun.
Hubungan sesama jenis tidak akan diterima. Pergeseran nilai pun takkan terjadi meskipun diandaikan ada manfaat di dalamnya. Dalam Al Qur’an surah Al Baqarah 219 Allah SWT menyandingkan dosa besar dari khamr dan judi, namun titik tekan bahwa dosanya lebih besar dari manfaatnya. Terkait hubungan seks sesama jenis telah benderang pula keharaman berikut bahaya besarnya bagi kesehatan maupun keberlangsungan umat manusia. Maka mimpi melegalkan hubungan ini ibarat panggang jauh dari api. Tidak akan pernah terjadi.