Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Banjarmasin

Semua Manusia Bersaudara, Kenapa Ada Konflik ?

×

Semua Manusia Bersaudara, Kenapa Ada Konflik ?

Sebarkan artikel ini
1000517826 1

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Bertempat di aula Sasana Bhakti, Komplek Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus Jl Veteran Banjarmasin, Sabtu (10/8/2024), FKUB Kalimantan Selatan, bekerjasama dengan Keuskupan Banjarmasin dan LK3 Banjarmasin, menyelenggarakan dialog theologis dengan tema “Membangun Persaudaraan Sejati Atas Dasar Kemanusiaan”.

Di hadapan lebih dari 80 peserta yang hadir, Romo Yusuf, mewakili Keuskupan Banjarmasin, menyatakan kegiatan ini dalam rangka menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, yang dijadwalkan datang pada bulan September 2024.

Baca Koran

Karenanya diskusi ini mengangkat tema terkait Ensiklik atau surat edaran Paus yang berisi tentang Fratelli Tutti, yaitu bagaimana membangun persaudaraan sejati atas dasar kemanusiaan.

Ensiklik tersebut meneruskan apa yang pernah dikatakan Santo Fransiskus Asisi, “berbahagialah orang yang mengasihi saudaranya, ketika ia berada jauh darinya, sama seperti kalau saudara itu berada di sampingnya”.

Sementara itu, Ketua FKUB Kalimantan Selatan, Ilham Masykuri Hamdie, mengatakan sangat penting membangun persaudaraan kemanusiaan, karena sejatinya seluruh manusia bersaudara, berasal dari satu nenek moyang yang sama.

Untuk membangun persaudaraan itu, tidak ada cara lain kecuali membangun dialog dan terus berdialog, sehingga persaudaraan terjalin dengan erat.

Dipandu Noorhalis Majid, Ketua Bidang Dialog FKUB Kalimantan Selatan, dialog theologis kali ini menghadirkan narasumber RP Ruben Basenti Moruk, OFM dari Katolik; Dr. Muhammad Iqbal, S.Th.I, M.S.I dari perspektif Islam, dan Ida Istri Shridewi Lakhsmi dari Hindu.

RP Ruben Basenti, mengawali paparan dengan menyampaikan soal kepemimpinan Uskup Fransiskus, bahwa beliau sangat tinggi perhatiannya pada kepemimpinan negara-negara di dunia. Ia juga sangat memperhatikan persoalan kemanusiaan dan lingkungan hidup, merawat nilai hidup secara bersama, membangun ekonomi yang berpihak pada kaum miskin, dan berdialog dengan kaum disabilitas.

Laudato si dan Fratelli Tutti, bukan saja berisi tentang petuah pada para pengikut, dalam hal ini umat Katolik sedunia, namun juga surat edaran pada semua orang. Edaran ini terinspirasi dari kasus covid, dimana pengharapan tidak datang dari para pemimpin tapi dari orang-orang biasa. Kasus covid tersebut mendorong untuk memikirkan dan melahirkan dunia yang terbuka, hati yang terbuka untuk seluruh dunia, politik yang lebih baik.

Jangan sampai rakyat hanya menjadi bayang-bayang saja. Dialog persahabatan sosial, perjumpaan, adalah hal yang tidak bisa ditawar. Semua bertujuan pada damai bagi semua umat manusia.

Apa peran agama dalam persaudaraan dunia?. Agama hendaknya selalu menyerukan bahwa kekerasan tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Sebagaimana Fransiskus Asisi, selalu mengaungkan damai, bahkan saat terjadi perang salib. Semua itu digerakkan oleh kesetiaan pada Tuhan, yang merupakan spirit sejati dalam membangun persaudaraan.
Sangat relevansi bagi Indonesia, sebab bangsa ini majemuk, memiliki tradisi persaudaraan, memiliki Pancasila sebaga dasar negara, dan UUD sebagai pedoman bernegara. Hanya saja, Isu politik dan isu agama sangat empuk, sehingga mudah dikacaukan.

Baca Juga :  Tahun 2025, PUPR Bakal Bangun Drainase Sepanjang 3KM

Dr Muhammad Iqbal, menjelaskan soal ukhuwah basariah, yaitu persaudaraan kemanusiaan. Ia mencuplikan pemikiran Jalaluddin Rumi, yang hidup sezaman dengan Fransiskus Asisi, yang menyatakan seluruh alam bersaudara.

Iqbal juga menjelaskan tentang magasidu syariah, yang mengajarkan tentang lima pokok yang harus dijaga, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta. Kemudian ia menyampaikan pendapat Jalaluddin Rumi, “perbedaan hanya ilusi saja, pada dasarnya manusia ibarat organ dalam satu tubuh”.

Sementara itu Ida istri shridewi lakhsmi, mengatakan manusia menurut ajaran Hindu, adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) yang menjadikan ia selalu terus berkembang.

Ida Sri menyampaikan soal tiga kerangka dasar ajaran Hindu, yakni Tatwa (Filsafat), etika (susila) dan upacara (ritual). Atma itu mengandung arti kamu adalah aku, aku adalah kamu. Pun dalam ajaran Weda, semuanya berisi tentang kemanusiaan, bagaimana agar umatnya berpikir baik, berkata baik, berbuat baik. Apa yang ada di dalam, terpancar keluar.

Tri Hita Karana mengajarkan tentang bagaimana soal kebahagiaan hidup dan keselamatan setelah memasuki alam kematian.
Terkait Ahimsa, ia mengatakan ini ajaran tentang menanamkan prinsif nir kekerasan, agar tidak ada dalam hati sedikit pun tentang kebencian. Kekerasan tidak dilawan dengan kekerasan, tapi dengan kasih sayang.

Yang harus diperangi bukanlah sesama manusia, melainkan nafsu yang ada pada diri sendiri. Bhinneka Tunggal Ika, merupakan buah karya Empu Tantular, hidup pada abad 14, era Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, waktu itu mulai berdatangan agama-agama, sehingga menjadi pedoman dalam menata hubungan antar agama yang mulai majemuk.

Prinsip ajaran Hindu mendorong agar sebanyak-banyaknya manusia berbuat kebaikan. Dialog, bertujuan untuk menurunkan ego, kata Ida Sri menutup paparannya.

Sejumlah beserta yang terdiri dari para tokoh agama, memberikan tanggapan. Ada yang bertanya soal perkembangan aliran transnasional yang dianggap menghambat persaudaraan antar agama, ada pula yang bertanya soal terminologi agama, bahwa agama berarti tidak kacau, karenanya tidak boleh ada konflik, bahkan harus mampu mengatur segala problematika di dunia.
Seluruh agama memiliki norma, kalau ada perselisihan atau konflik, paling-paling hanya soal norma, dan itu disebabkan karena ego. Ada yang berkomentar tentang budaya dialog yang dianggap masih kurang lajim, padahal dialog membuahkan perdamaian, seandainya didorong lebih jauh, pasti mampu menciptakan perdamaian internasional, termasuk konflik Israel dan Palestina.

Ada pula bertanya soal bagaimana maksud persaudaraan sejati?, tentang unsur kemanusiaan. Bagaimana cara hidup mencontoh Tuhan? Insan kamil?, mampu menerapkan sifat-sifat Tuhan, sebagaimana trilogi ajaran islam, yaitu iman, islam, ihsan.

Baca Juga :  Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina Menerima Audiensi dari Manajer PLN UP3 Banjarmasin, Achmad Meidiansyah

Ada penanya yang menggali soal kondisi masa sekarang, ketika terjadi perang di belahan dunia lain, di negara yang damai ikut terdampak, harga BBM naik, pangan naik, semua mengalami kesusahan. Perang hanya berbuah saling membenci, padahal negara-negara saling berhutang, dan kita mengalami penumpukan hutang, suatu waktu kelas menengah akan ambruk mengalami kesusahan ekonomi.

Ada yang menanyakan tentang apa itu persaudaraan sejati? Bagaimana batasan saudara? Kapan terjadi persaudaraan itu? Ada pula yang mengkritik bahwa membangun persaudaraan itu terkesan maskulin, tidak feminis. Mestinya “melahirkan” persaudaraan. Pendekatan seperti apa yang bisa dilakukan untuk membangkitkan persaudaraan?

Para narasumber memberikan tanggapan balik, Romo Ruben menceritakan tentang seniornya Romo Soegijapranata, yang mengatakan saya 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia. Menggambarkan bahwa ia menghayati tentang imannya dan sekaligus keberadaannya sebagai warga negara. Bila itu juga menjadi prinsif kita, maka tidak akan membawa konflik.

Citra Allah atau Imago Dei yang menjadi konsep dan doktrin agama yahudi, memberikan pesan manusia harus membawa pesan damai bagi semua makhluk.

Sayangnya, agama sering dijadikan topeng dalam melakukan kekerasan. Benih kebaikan harus ditanamkan sejak dini, mulai dari keluarga, dan peran orang tua menjadi sangat sentral. Kalau ingin membangun perdamaian, jangan bawa pedang, nanti membunuh kamu sendiri. Mulai dari diri kita sendiri, sebagaimana disampaikan Fransiskus Asisi, “jadikan aku sebagai pembawa damai”.

Dr Muhammad Iqbal, mengatakan perkembangan transnasional memang ada, namun ajaran moderat jauh lebih banyak dan kuat. Persaudaraan menjadi pondasi bagi hidup yang harmonis. Keharmonisan itu mestinya jadi semangat dalam segala regulasi dan peraturan yang ada. Kepastian hukum harus ditegakkan, hukum yang berkeadilan. Memang konflik di dunia ini tidak akan pernah selesai. Padahal akar dari konflik lebih banyak karena ekonomi, sosial dan politik. Agama harus berkontribusi, menjamin keadilan agar bisa terwujud.

Tidak semua pemeluk memahami agamanya secara utuh dan mendalam, apalagi menginternasisasi nilai ketuhanan dalam dirinya. Batasan persaudaraan itu adalah tetap bersaudara walau apapun yang terjadi.

Sebagaimana prinsif kalimatun sawa, selalu mencari titik temu dari segala perbedaan. Walau perbedaan keimanan atau terhadap yang tidak beriman dan tidak percaya pada Tuhan sekali pun, kita tetap bersaudara. Setidaknya saudara se kemanusiaan. Hendaknya memuliakan karena kemanusiaan.

Ida Istri Shridewi Lakhsmi mengatakan, agama sering sekali ditunggangi kepentingan politik, agar tujuannya cepat tercapai. Kalau orang memahami agama, ia akan selesai dengan dirinya sendiri, karena agama menuntun menjadi manusia. Manusia seutuhnya, akan banyak melakukan perbuatan baik. Dalam Hindu disebutkan, pada diriku ada Tuhan, dalam dirimu juga ada Tuhan, manusia itu citra Tuhan. (nau/KPO-3)

Iklan
Iklan