Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
HEADLINE

Perwakilan 13 Negara Bergoyang Musik Panting

×

Perwakilan 13 Negara Bergoyang Musik Panting

Sebarkan artikel ini
Space Iklan

SENANG -Perwakilan 13 negara yang berhadir pada kegiatan South Borneo Art Festival (SBAF) di Taman Kiram, Desa Kiram Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Minggu (11/11) malam, merasa senag dan diajak untuk bergoyang diiringi musik panting. (KP/Ist)

Martapura, KP – Musik Panting merupakan kesenian khas daerah Kalsel.

GBK

Bagi masyarakat Indonesia jenis musik yang menggunakan alat Panting semacam gitar. Jenis musik seperti ini tidaklah familiar bagi masyarakat luar negeri.

Selain ditampilkan, para turis yang berhadir pada kegiatan South Borneo Art Festival (SBAF) di Taman Kiram, Desa Kiram Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Minggu (11/11) malam, juga diajak untuk bergoyang diiringi musik panting.

Lagu pertama berjudul Sway yang pernah dinyanyikan Dean Martin dibawakan dengan versi panting, biola, gonk, dan suling. Lagu bertempo cepat ini memancing para turis untuk ikut bergoyang.

Hampir seluruh perwakilan 13 Negara luar ikut bergoyang.

Setelah lagu ini, mereka kembali diajak untuk bergoyang diiringi panting dengan lagu Paris Barantai. Di lagu ini, jajaran kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup pemprov yang berhadir juga ikut bergoyang.

Pertunjukan musik panting tersebut merupakan salah satu cara untuk lebih memperkenalkan kesenian daerah kepada masyarakat luas, terutama mereka yang bukan dari Indonesia. Sebelumnya juga ditampilkan beberapa jenis kesenian lainnya. Seperti sinoman hadrah, tarian, dan lainnya.

1 Festival seni 1

Mottoi, pekerja seni asal Jepang mengaku senang ikut menari dalam tarian tradisional yang dinilainya sangat baik dan menghibur. “ Saya merasa sangat baik, terima kasih banyak, terimakasih.

Jadi sangat senang, saya senang sekarang, saya suka menari, jadi musik tradisional sangat-sangat baik. Terima kasih banyak,’’ ucap Mottoi.

Mahasiswi desain di Tokyo ini berkata Kalsel punya ragam seni dan budaya yang unik dan khas, sehingga harus dikembangkan dan dipertahankan.

Baca Juga :  “Paman tak Menghilang, Hanya Menenangkan Diri”

“Kami suka seni tari baksa kembang dan irama musik panting sangat unik,’’ katanya.

Hal senada dikatakan Martha utusan seni dari Jerman sekaligus mahasiswa jurusan seni. Martha mengaku senang dan kagum dengan hutan alam yang masih ada di Desa Kiram.

“Saya berharap Desa Kiram ini terus dijaga keasriannya, karena hutannya masih eksotis dan layak dikembangkan jadi daerah tujuan wisata,’’ kata dara 21 tahun yang mengerti bahasa Indonesia ini.

Di lain pihak, Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Abdul Haris Makkie, yang membuka secara resmi kegiatan dari tanggal 11 sampai 19 November tersebut menyebut, SBAF merupakan ajang untuk mengenalkan potensi wisata dan kesenian.

“Ajang SBAF dijadikan momentum silahturahmi antar pekerja seni dan budaya, dan diagendakan setiap tahun,’’ katanya.

Ia menambahkan, SBAF sebagai upaya tukar informasi dan komunikasi seni dan budaya. Lewat SBAF, terjalin silahturahmi dengan pekerja seni mancanegara.

“Yang bermanfaat saya kira ini merupakan sarana bagi kita untuk memperkenalkan potensi seni budaya kita kepada saudara-saudara kita dari Negara-negara sahabat.

Tentu mereka juga akan bercerita begitu pulang bercerita tentang potensi itu.

Dan ini tidak hanya soal seni, tidak hanya soal budaya, tetapi soal pariwisata yang kita miliki,’’ jelas Haris Makkie.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel, HM Yusuf Effendi menambahkan, kegiatan SBAF bertujuan mengenalkan potensi wisata, seni dan budaya yang dimiliki Kalsel. Karena itu, lanjutnya, sengaja mengundang para delegasi mancanegara dan nusantara untuk hadir di Desa Kiram.

“Selain itu, kegiatan ini untuk menunjang kunjungan wisatawan ke provinsi setempat. SBAC merupakan momentum mengenalkan potensi wisata seni dan budaya yang dimiliki Kalsel kepada dunia luar,’’ katanya.(mns/K-2)

Iklan
Iklan
Ucapan