Lurah Kalawa, Endra Setiawan saat meninjau situs berupa rigei atau sejenis pohon yang pada zaman dulu sering digunakan untuk membuat benteng. (Foto Ist)
Pulang Pisau, KP – Kendala klasik yaitu terbatasnya anggaran menjadi hambatan serius dalam pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, padahal potensinya cukup besar.
Salah satu potensi pariwisata terdapat di Kelurahan Kalawa, Kecamatan Kahayan Hilir yang menyimpan banyak mitos dan sejarah. Sayangnya, upaya menggali dan mengembangkan potensinya masih terkendala anggaran.
Lurah Kalawa, Endra Setiawan mengakui, pihaknya hanya bisa berharap ada keterlibatan pihak swasta untuk ikut bersama-sama membantu agar potensi wisata yang ada di Kelurahan Kalawa bisa digali dan dikembangkan.
“Bukan hanya sekedar cerita turun-temurun, tetapi di daerah ditemukan juga situs-situs peninggalan dari berdirinya sebuah kerajaan dahulu,” kata Endra di Pulang Pisau, Senin
Endra mengungkapkan, keinginan terwujudnya Kelurahan Kalawa menjadi salah satu destinasi wisata yang menawarkan nilai sejarah didukung juga oleh masyarakat setempat. Untuk menggali berbagai informasi sejarah, membuka dan pembersihan kawasan, hingga publikasi secara luas membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Usulan Kelurahan Kalawa untuk dijadikan salah satu destinasi wisata, kata Endra, sebelumnya sudah disampaikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat. Hanya saja, keterbatasan anggaran membuat usulan tersebut masih belum bisa direalisasikan oleh pemerintah setempat.
Menurut Endra, salah satu daya tarik daerah setempat adalah mitos dan misteri terkait dengan keberadaan kapal atau disebut masyarakat setempat Banama. Kapal pra sejarah yang berusia ratusan tahun ini, konon seluruh badan kapal terbuat dari kayu ulin dan Banama ini pernah dilihat oleh beberapa warga.
Dikatakan Endra, jarak masuk menuju lokasi sekitar 2 kilometer dari ruas Jalan Pulang Pisau-Maliku hanya dengan menggunakan transportasi air. Selain diyakini masyarakat pernah berdiri sebuah kerajaan, menurut Endra di daerah setempat juga ditemukan situs berupa Rigei atau sejenis pohon yang pada zaman dulu sering digunakan untuk membuat benteng pertahanan.
Tahun 2013 lalu, di tanah milik warga, terang Endra, ditemukan bagian perahu pra sejarah yang juga pernah diteliri oleh Balai Arkeologi Banjarmasin. Diperkirakan bagian perahu tersebut telah berusia 600 tahun.
“Untuk mengembangkan menjadi kawasan wisata secara terpadu, tentu kami dan masyarakat tidak mampu. Keterlibatan pemerintah dan pihak swasta sangat dibutuhkan untuk bersama-sama mewujudkan keinginan tersebut,” beber Endra.
Susur sungai menuju ke lokasi, kata Endra, dengan menikmati pemandangan Hutan Kalawa yang masih alami dengan banyak flora dan fauna di dalamnya menjadi daya tarik lain yang ditawarkan. Apabila destinasi wisata di Kelurahan Kalawa ini bisa terwujud, tentu membuka peluang ekonomi masyarakat bagi masyarakat sekitar. (net/k-8)