Kandangan, KP – Puluhan ribu jamaah dari berbagai penjuru daerah datang ke Kubah Datu Balimau Syekh Ahmad bin Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Sabtu (21/10).
Jamaah tersebut datang dengan tujuan menghadiri haul ke-183 Syekh Ahmad Balimau Kandangan.
Jamaah yang berhadir bukan hanya dari Kabupaten HSS, tetapi dari daerah lain seperti halnya Rantau, Barabai Amuntai, Paringin, Tanjung, Martapura dan Banjarmasin.
Bahkan adapula dari provinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Mereka yang datang tak saja memenuhi aula komplek pemakaman, namun juga memenuhi setiap celah area hingga meluber ke jalan dan rumah-rumah penduduk setempat.
Bahkan jalan macet mengular hingga tiga kilometer sampai ke tempat acara.
Menariknya, di tengah kerumunan jamaah yang berhadir, selain para tokoh masyarakat, ulama dan habaib, tampak sosok Sultan Banjar, Pangeran H Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah.
Selain itu, berhadir pula para dzuriat, para pejabat dan berbagai elemen masyarakat di Kalsel, Kalteng dan Kaltim.
Dari habaib hadir Habib Zainal Abidin bin Husin Baagil dari Ampel Surabaya, habaib dari berbagai daerah di Kalimantan serta Tuan Guru Syaifuddin dari Samarinda.
Dari unsur pejabat hadir langsung Bupati HSS Haji Achmad Fikry dan Wakil Bupati Syamsuri Arsyad.
Dalam sambutannya, Bupati Achmad Fikry mengharapkan dengan ada dua orang Wali Allah kakak beradik, yakni Datu Ahmad di Balimau dan sang adik Datu Sa’duddin di Taniran, Kabupaten HSS dapat keberkahan
Haulan Datu Syekh Ahmad diawali pengajian ayat suci Al-Quran, pembacaan manaqib oleh Dr Muhammad salah satu dzuriat, pembacaan syair Maulid Al-Habsyie yang dipimpin Tuan Guru Haji Sairaji pimpinan ponpes Raudatal Ghana Annabawi dari Kandangan serta pembacaan yaasin tahlil dan doa.
Dalam Manaqib
Kemudian dalam managib dibacakan Dr Muhammad diceritakan, Datu Ahmad bin Mufti H Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan anak ketiga dari dua belas dari seorang ibu bernama Hamidah berasal dari Desa Balimau, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Diantara saudara dan saudarinya, H Abu Thalhah, seorang yang berilmu luas yang wafat dan dimakamkan di Timbau, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
H Abu Hamid, seorang yang sangat berilmu yang wafat dan dimakamkan di Ujung Pandaran, Sampit, Kalimantan Tengah.
Datu Ahmad, seorang yang berilmu mumpuni yang wafat dan dimakamkan di Balimau, Kabupaten HSS.
H Muhammad Arsyad, seorang berilmu dan menjadi mufti yang wafat dan dimakamkan di Pagatan, Tanah Bumbu.
H Sa’duddin, seorang yang kokoh dalam ilmunya yang wafat dan dimakamkan di Taniran Kubah Kecamatan Angkinang Kabupaten HSS. Serta saudara perempuan Saudah, Rahmah, Sa’diyyah, Sholehah, Sunbul, Limi, dan Afiah.
Datu Ahmad mendapat pendidikan agama secara mendalam dari ayahnya, dan ia pun sempat mendapat didikan langsung dari sang datuk yakni Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Ayahnya adalah seorang mufti di kerajaan Banjar, seorang ulama kharismatik yang mengamalkan ilmunya, rendah hati, pemurah, penyabar, disegani, berpantang (wara’) juga berani menegakkan kebenaran dan membasmi kebathilan.
Tak heran bila akhlak yang mulia itu terwariskan pada sang putera yang alim.
Datu Ahmad juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani, sehingga ia disegani oleh kawan maupun lawan, disayang dan dihormati oleh semua orang.
Setelah dianggap oleh ayahnya dirinya sudah sanggup untuk mengemban amanah Allah untuk melanjutkan misi Rasululullah SAW, iapun dikawinkan terlebih dahulu di Martapura kepada seorang perempuan yang salehah puteri dari seorang alim, yaitu puteri Qadhi H Mahmud bin Asiah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Setelah kawin di Martapura ia mendapatkan tugas dari ayahnya untuk menyebarkan ajaran agama Islam di daerah Balimau.
Dengan ilmu yang ia miliki dari hasil belajar dengan datu dan ayahnya yang berpengetahuan luas, dapatlah ia melakukan misinya sehari-hari, dengan meyakinkan masyarakat untuk hidup beragama dan mengamalkannya.
Ia selalu disambut dengan sambutan positif dan selalu diikuti oleh para muridnya, khususnya masyarakat daerah Balimau.
Datu Ahmad bin Mufti Haji Muhammad As’ad berkiprah sebagai penerus ayah dan datu nya. Dengan penuh semangat dalam membangun masyarakat untuk meningkatkan keyakinan beragama dan memantapkan pelaksanaan ajaran agama Islam, dengan tidak mengenal lelah dan tanpa pamrih hingga akhir hayatnya.
Datu Ahmad wafat dan dimakamkan di Desa Balimau, Kecamatan Kalumpang. Makamnya terkenal dengan nama Kubah Balimau.
Sering dikunjungi para penziarah yang datang dari berbagai daerah. Makam ini termasuk dalam daftar objek wisata religius di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Konon, menurut cerita masyarakat bahwa makam Syekh Haji Ahmad yang sekarang, yang terletak di daerah Balimau, adalah bukan tempat ia dimakamkan pertama kali, dahulunya setelah ia wafat dimakamkan di suatu tempat.
Tapi pada suatu malam terlihat satu cahaya terang benderang dari tempat makam ia pertama dimakamkan, yang ternyata pertanda Datu Ahmad ingin dipindahkan ke tempat makamnya yang ada sekarang ini.
Juga menurut penuturan masyarakat, sebelumnya tempat di mana ia kali pertama dimakamkan telah dijadikan sarang maksiat oleh para begundal.
Oleh sebab itulah maka makamnya dipindah ke tempat lebih layak dan baik setelah selama 10 tahun bertempat di makam pertama.
Dan atas kehendak Allah SWT, tubuh dan kain kafannya tetap utuh seperti awal mula dimakamkan.(ags/K-2)