Banjarmasin, KP – Pada hakikatnya, kosmopolitanisme lebih dari sekedar masyarakat yang memiliki budaya berbeda-beda, melainkan setiap individu dengan identitas yang berbeda dapat menghargai budaya yang lain.
Menjadi masyarakat kosmopolitan berarti menjadi individu yang mengakui dan bertanggungjawan atas individu lainnya, kata Dr Phil Sahiron Syamsudin nara sumber dari Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta pada acara Internasional Conference dengan tema Islamic Cosmopolita di Hotel Gsign, Kamis (15/11)
Lanjutnya, ini merupakan seminar yang sangat baik dimana Islam adalah agama yang universal. Dimana kondisi yang menjadi sumber ide tentang universalisme Islam adalah pengertian Islam itu sendiri sebagaimana yang dikemukakan dalam Al Qur’an bahwa Islam adalah agama rahmatan dan lil alamin.
“Semua manusia memiliki derajat yang sama meski berbeda agama, suku dan sebagainya,’’ katanya.
Sementara Rektor UIN Antasari Banjarmasin, Prof Dr Mujiburrahman yang juga sebagai pembicara mengatakan, semangat kosmopolitanisme Islam bisa ditelusuri pada fase fase awal keberadaan Islam. Misal, pada narasi konsep ummah yang digagas baginda Nabi Muhammad SAW dimana sebutan ummah tidak hanya melibatkan umat Islam secara khusus, tetapi juga melibatkan komunitas lain diluar Islam dengan hak dan kewajiban yang dimiliki masing-masing.
“Islam tidak membeda bedakan perbedaaan,’’ katanya.
Ditambahkannya, UIN Antasari sebagai universitas yang telah mencanangkan visi menuju keunggulan pengembangan ilmu yang berakhlak, serta misi pengembangan ilmu-ilmu yang integratif dan berwawasan global tanpa meninggalkan basis lokalnya, perlu mengambil peran dalam wacana dan diskusi yang mendorong tumbuhnya intelektual muslim kosmopolit dalam masyarakat Indonesia khususnya Kalimantan Selatan.
Oleh karena itu, seminar tersebut sangat perlu dilaksanakan, sebuah Konferensi Internasiona yang bertemakan Kosmopolitanisme Islam.
“Kita harus membuka diri tanpa harus meninggalkan nilai-nilai Islam,’’ tambah Mujiburrahman.
Empat pembicara dalam seminar tersebut Prof Dr Imtiyaz Yusuf (Bangkok), Dr Syuan Yuan Chiou (Taiwan), Dr Phil Sahiron Syamsudin (Universitas Negeri Kalijaga Yogya Karta, dan Prof Dr Mujiburrahman UIN Antasari.
Dalam seminar tersebut dihadiri ratusan peserta tidak hanya dari Kota Banjarmasi namun juga di hadiri peserta Samarinda dan Palangkaraya. (fin/K-5)