BANJARMASIN, KP – Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin, Ir H Lauhem Mahfuzi mengakui puluhan ton ikan yang mati di tambak petani Banua Anyar terindikasi karena adanya pencemaran sungai akibat limbah pertambangan batubara.
“Sehubungan sungai surut akhirnya kiriman limbah dari Barito Kuala (Batola) yang mengangkut batubara. Kiriman itu banyak,’’ ucapnya Ir H Lauhem Mahfuzi saat dihubungi via telpon, Senin (7/10).
Bahkan, lanjut Lauhem, kejadian serupa juga terjadi di Margasari, Kabupaten Tapin. Menurutnya, Banjarmasin juga terdampak akibat kiriman air tersebut. Bahkan di Margasari juga ada kejadian seperti itu. Karena airnya kan larut sampai ke kita. Air ini kan tidak bisa ditahan.
Lauhem mengakui, hingga saat ini pihaknya masih belum melakukan pemantauan ke lokasi tambak petani ikan di Banua Anyar. Alasannya, mereka baru mengetahui informasi tersebut. “Setelah ini akan saya perintahkan kepada bagian perikanan untuk melihat kondisi disana,’’ katanya.
Sebelum, sebanyak 80 ton ikan berjenis bawal milik para petani tambak ikan di Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur mati secara tiba-tiba sejak Kamis lalu. Dengan kejadian ini, petani mengalami gagal panen. Wakil Ketua Gapoktan Tambak Ikan Banua Anyar, Habhan menyebutkan, angka kerugian yang mereka alami mencapai Rp1,2 miliar.
Dari pengakuan Ahmad Yani hanya bisa pasrah. Ikan bawal yang sudah siap panen tiba-tiba mati sejak Kamis lalu. Jumlahnya pun tak sedikit. Ikan milik pria yang akrab disapa Anang ini mati sebanyak satu ton.
“Kemungkinan karena kondisi air yang buruk,’’ ucap petani tambak ikan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur ini.
Ia juga mengaku pasrah dan apa boleh buat, ikan-ikan tersebut tak mungkin lagi dijual. Anang terpaksa membuang ikan-ikan ini, dan sebagian dijadikan kembali untuk pakan bibit. “Kalau bibit bisa bertahan, tapi yang mati ini yang sudah besar,’’ imbuhnya.
Rupanya, tak hanya Anang yang mengalami hal ini. Sedikitnya 70 petani tambak ikan di Banua Anyar juga mengalami yang serupa. Hal ini dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Gapoktan Tambak Ikan Banua Anyar, Habhan.
Diakui Habhan, dari 600 tambak milik 70 petani yang ada di sana, 400-nya berisi ikan bawal yang sudah siap panen. Nah, ikan yang sudah siap panen inilah yang mati secara tiba-tiba.
Setelah diakumilasi, jumlahnya pun rupanya tak sedikit, ikan yang mati di 400 tambak mencapai 80 ton, dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp 1,2 miliar. “Ini memang yang terparah, kami tak pernah mengalami kejadian separah ini,’’ ucap Habhan.
Entah apa yang terjadi sehingga puluhan ton ikan itu mati tiba-tiba. Para petani menebak kejadian ini akibat kondisi air yang buruk. Selebihnya mereka tak pernah mendapat informasi yang jelas dari instansi terkait.
Habhan menceritakan, kejadian ini bermula dari kondisi air asin saat kemarau yang melanda Banjarmasin. Namun, lanjut Habhan, kondisi itu tak terlalu berdampak buruk bagi ikan. “Kalau air asin bawal masih bisa bertahan, paling nafsu makan saja yang kurang,’’ jelasnya.
Dia melanjutkan, sepekan terakhir nafsu makan ikan meningkat seiring turunnya air hujan dari wilayah hulu. Para petani pun memberi makan secara normal. Namun tiba-tiba saja sejak Kamis hingga Sabtu ikan yang siap panen itu mati.
Habhan mengakui, bahwa air asin kembali datang seiring pasangnya air yang datang dari hilir. “Sejak Kamis sampai Sabtu ikan ini mati. Bagi yang mempunyai mesin oksigen masih bisa meminimalisir. Tapi yang tidak punya hanya bisa pasrah,’’ bebernya.
Ia juga berharap pemerintah kota bisa memberi solusi terkait matinya ikan-ikan ini. Pasalnya, hingga saat ini mereka tak pernah mendapatkan pembinaan, ataupun sekedar informasi terkait kondisi air.
“Memang tidak pernah sama sekali di tengok. Kami juga meminta setidaknya ada informasi kondisi air saat ini bagaimana. Setidaknya seandainya ada informasi kami bisa meminimalisir kerugian,’’ pungkasnya. (vin/K-5)