Rantau, KP – Antara kebutuhan dan produkai daging sapi di Kalsel masih belum seimbang.
Masih lebih banyak kebutuhan daripada produksi, sehingga Kalsel belum surplua daging sapi.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kalsel, Hj Suparmi mengakui hal ini.
Saat ini produksi sapi per tahun berjumlah 25 ribu ekor, sedangkan kebutuhan sapi per bulan 3.000 ekor atau 36 ribu ekor per tahun.
“Kebutuhan daging sapi di Kalsel masih perlu disokong dari luar daerah, sisanya kita suplai dari dalam daerah,” kata Suparmi, pada Gebyar Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB), di Desa Suato Lama, Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin, Sabtu (16/11).
Untuk mencapai swasembada daging sapi, menurut Suparmi pihaknya menaikkan target UPSUS SIWAB di tahun depan. Tidak main-main, target kenaikan produksi mencapai 100 persen.
“Dari 25.000 ekor di tahun 2019 menjadi 50.000 ekor di tahun 2020, dengan target bunting 45.000 ekor dan target lahir 40.000 ekor,” terangnya.
Dijelaskan Suparmi, untuk mewujudkan swasembada daging ini juga akan melibatkan dan mendorong seluruh sentra-sentra sapi di Kalsel, seperti Tanah Laut, Tanah Bumbu, Banjar, Tapin, dan Barito Kuala,
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, H Abdul Haris Makkie, yang mewakili gubernur menargetkan Kalsel akan menjadi daerah penyangga di sektor pangan, khususnya sektor pertanian dan peternakan.
Dikatakan Haris, pada sektor peternakan Kalsel saat ini terus berbenah untuk meningkatkan produksi daging sapi.
Beberapa program yang sudah berjalan jika berhasil membuat Kalsel menuju daerah swasembada sapi.
Program tersebut tidak semata-mata memenuhi kebutuhan daging sapi secara lokal, tetapi juga akan memenuhi ketersedian secara regional dan nasional.
“Beberapa desa di Kalsel sudah menjalankan program Upsus Siwab yang merupakan salah satu program kementerian pertanian,” ujarnya.(mns/K-2)