Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Mental Illness Remaja Sekuler

×

Mental Illness Remaja Sekuler

Sebarkan artikel ini

Oleh : Mahrita Julia Hapsari
Praktisi Pendidikan

Diantara virus covid-19 dan penolakan Omnibus Law, terselip peristiwa yang memiriskan hati. Utamanya bagi orang tua dan para pendidik. Peristiwa pembunuhan anak usia 5 tahun oleh remaja berusia 15 tahun telah mendapat perhatian tersendiri.

Baca Koran

NF (15 tahun), inisial remaja yang membunuh bocah itu, mengaku puas sudah menjalankan aksinya (kompas.tv, 09/03/2020). Berkali-kali ia mencoba meredam hasrat untuk membunuh, dan kali ini ia tak mampu lagi. A (5 tahun) yang merupakan teman main adiknya sekaligus tetangganya pun menjadi korban.

Usai membunuh, jasad korban disimpannya di dalam lemari. Dan keesokan harinya, ia pergi ke kantor polisi untuk mengaku telah membunuh. Mulanya polisi tak percaya, namun kemudian terkejut melihat bukti jasad korban.

Ia mengaku terinspirasi dari tokoh Slender Man. Menurut wikipedia, The Slender Man (juga dikenal sebagai Slenderman) adalah karakter fiksi yang berasal dari meme internet. Muncul pertama kali di forum Something Awful oleh pengguna Eric Knudsen dengan nama Victor Surge pada tahun 2009.

Karakter fiksi ini digambarkan seperti pria tipis tinggi tanpa wajah, mempunyai tentakel dan mengenakan baju hitam dengan dasi merah. The Slender Man umumnya dikatakan suka menculik atau melukai orang, terutama anak-anak. Setelah lengannya terentang, korbannya lalu dihipnotis, di mana mereka tak berdaya untuk menghentikan diri dari berjalan ke Slenderman.

Kegemarannya menonton film horor seperti Chucky. Boneka pembunuh. Dan hobinya menggambar sosok perempuan menangis. Ditengarai itu adalah Billy Ellish, penyanyi yang mengaku anggota illuminati, pemuja setan.

Benar-benar bermental illness. Melihat kodok, disakitinya. Punya kucing, dijatuhkannya dari tingkat dua. Di sisi lain, dia dikenal sebagai remaja yang pintar dan berprestasi (wartakota.tribunnews.com, 07/03/2020). Kepala sekolahnya ikut kaget, karena remaja ini menonjol prestasinya, bagus bahasa inggrisnya juga pintar menggambar dan menulis.

Baca Juga :  KEJUJURAN YANG DIUJI

Remaja bermental illness, split kepribadian, psikopat adalah produk sistem sekuler. Ketika agama hanya ditempatkan di ujung sajadah, di pojok rumah ibadah, di untaian tasbih. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari mengikuti aturan buatan sendiri.

Tujuan hidup diletakkan pada kebahagiaan yang semu. Lalu, menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan hidup itu. Contohnya, mencari kepuasan dengan membunuh. Ada yang rela berzina demi bertemu artis idolanya. Ada pula yang rela mencuri demi nge-fly pakai sabu-sabu. Dan masih banyak perilaku nyeleneh lainnya. Semua demi kesenangan dan kebahagiaan sesaat.

Masyarakat yang memaklumi kenakalan remaja, menambah parah remaja bermental illness. Wajar, mereka masih mencari identitas. Demikian permakluman di masyarakat. Hingga ada jargon: muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga. Itulah jargon yang dihembuskan oleh masyarakat di sistem sekuler.

Bukan kasus pertama, ada remaja yang membunuh bocah. Remaja membunuh orang tua pun ada. Remaja membunuh remaja juga ada. Tak ada sanksi tegas yang membuat remaja jera melakukan pembunuhan.

Batas usia anak-anak hingga 18 tahun. Ini yang membuat ringan hukuman remaja atas berbagai tindak kriminal yang dilakukannya. Bahkan terkadang cukup mengembalikan si anak ke orang tuanya. Atau masuk ke panti sosial untuk dibina.

Sudahlah hukumannya tak membuat jerat pelaku kriminal, ditambah lagi pengampunan karena dianggap anak-anak. Ini benar-benar merusak generasi.

Paket komplit: aqidah sekuler, masyarakat dan negara yang penuh permakluman. Hasilnya adalah remaja bermental illness, split kepribadian bahkan bisa jadi psikopat. Ngeri.

Remaja dalam Islam adalah seorang mukallaf. Yaitu, orang yang telah terkena beban hukum syara’. Wajib baginya untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Mari selamatkan remaja kita. Generasi harapan kebangkitan Islam. Didiklah dengan aqidah Islam. Yang menempatkan standar kebahagiaan pada ridho Allah. Hingga takkan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah.

Baca Juga :  BERMAIN JUDI

Ciptakan masyarakat yang gemar beramar ma’ruf nahiy munkar. Yang memiliki kesamaan pemikiran dan perasaan, yaitu Islam. Yang akan merangkul, membersamai remaja agar tak salah jalan. Yang akan menegur remaja jika mereka mulai ke arah yang salah.

Diperlukan sistem Islam kaffah yang akan menjaga individu dan masyarakat. Menjaganya dari hal-hal yang merusak akal seperti konten porno, horor dan kekerasan. Menjaganya dari perbuatan maksiat dengan sanksi yang tegas. Wallahu a’lam.

Iklan
Iklan