Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Ekonomi Anjlok, Bukti Kegagalan Sistem

×

Ekonomi Anjlok, Bukti Kegagalan Sistem

Sebarkan artikel ini

Oleh : Saadah, S.Pd
Pengajar dan Pemerhati Sosial

Beberapa pedagang atau pelaku usaha di Kalimantan Selatan (Kalsel) mengeluh karena dampak mewabah virus Corona atau Covid-19 omset usaha mereka menurun 50 sampai 80 persen.

Baca Koran

Sebagaimana penuturan pemilik Dhany Travel saat dalam perjalanan dari Barabai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel menuju Banjarmasin, Selasa mengaku, dampak dari Covid-19 pendapatannya belakang ini turun sampai 80 persen. (kalsel.antaranews.com, 28/04/2020)

Pengakuan serupa dari seorang agen penjual mainan anak-anak di Komplek Ratu Zaleha Banjarmasin, omset jualannya turun 80 persen dibandingkan dengan sebelum Covid-19. (kalsel.antaranews.com, 28/04/2020)

Sementara seorang perempuan pedagang pakaian jadi atau konveksi asal Kecamatan Pandawan HST mengaku jualannya di Pasar Barabai (165 kilometer utara Banjarmasin) selama Covid-19 tidak seramai sebelumnya. (kalsel.antaranews.com, 28/04/2020)

Di sisi lain peringatan Hari Buruh se Dunia (May Day) yang jatuh pada 01 Mei tahun ini diwarnai kekhawatiran akan dampak Pandemi Virus Corona yaitu, pemutusan tenaga kerja. (kalsel.antaranews.com, 01/05/2020)

Berdasarkan matriks dampak dan kebutuhan Industri Kecil Menengah (IKM) dalam rangka penanganan Covid-19 disebutkan sebanyak 2.571 IKM di Kabupaten HSU yang menampung tenaga kerja sebanyak 3.560 jiwa telah terdampak wabah Covid 19 dengan kerugian total ditaksir mencapai Rp7,2 miliar.

Para perajin juga turut terdampak Covid-19. Jenis IKM yang terdampak yakni 1.440 kerajinan purun, 324 kerajinan meubel aluminum, 207 usaha kue basah, 193 usaha kerupuk, 142 kerajinan meubel kayu, 78 kerajinan eceng gondok, 67 usaha kue kering, 50 usaha kerajinan lupu (rotan merah), 29 usaha keripik, 24 usaha pembuatan roti dan 17 pembuatan tahu tempe. (kalsel.antaranews.com, 01/05/2020)

Hasil pendataan dan survey tersebut juga merekomendasikan kepada pemerintah daerah agar menstabilkan harga dan menjamin ketersediaan bahan baku serta sarana distribusi pemasaran sehingga pelaku IKM bisa tetap melanjutnya usahanya.

Namun, ditengah perekonomian yang sulit sebagai dampak dari wabah dan peraturan PSBB, ternyata pemerintah tidak menghentikan pembangunan.

Seperti pembangunan Jembatan Sungai Alalak Kayu Tangi di Jalan Trans Kalimantan Nomor 37 yang menghabiskan dana sekitar 278 M ini terus berjalan di tengah pandemi Covid-19. Padahal seharusnya pemerintah lebih memfokusnya kepada persoalan yang lebih ‘urgen’ untuk diselesaikan untuk sementara ini.

Baca Juga :  Hijrah "Disconnect" Momentum Tahun Baru Islam 1447 H

“Pembangunan terus berlanjut karena sesuai dengan arahan dari pemerintah pusat bahwasannya roda perekonomian harus terus berjalan sehingga tidak memungkinkan proyek ini dihentikan,” ucap Koordinator Pengawas Lapangan (Kowarlap) Pembangunan Jembatan Alalak. (tribunnews.com, 04/05/2020)

Kemudian wabah Virus Corona yang berbarengan dengan bulan puasa Ramadan menjadi perhatian khusus pemerintah. Baru-baru ini Presiden mengumumkan langsung kabar buruk soal defisit kebutuhan pokok di sejumlah daerah.

Di tengah persoalan-persoalan tersebut yaitu, PHK yang menghantui para pekerja. Pelaku UMKM dilanda kebangkrutan. Omzet para pedagang kecil merosot tajam. Sementara anturan yang ada mendorong mereka untuk tetap di rumah saja, dikarenakan wabah. Lalu siapa yang akan menjamin kehidupan mereka dan keluarganya? Inilah salah satu alasan utama mengapa masyarakat sulit mematuhi aturan PSBB yang dikeluarkan pemerintah. Negara mengeluarkan peraturan untuk mencegah penularan penyakit, namun disisi lain menelurkan wabah kelaparan ditengah masyarakat.

Kemudian merosotnya ekonomi di seluruh daerah saat ini menunjukkan gagalnya sistem kapitalisme dalam pengurusan negara, yaitu rakyatnya. Ini dikarenakan SDA negeri yang kaya ini di obral pada asing dan aseng. Akhirnya dana di kas tidak ada. Disaat sekarang ini kembali terpaksa utang ke luar negeri menjadi solusinya. Namun, utang bukan justru menjadi solusi tetapi malah menambah masalah baru kembali. Penanganan wabah di dalam negeripun juga setengah hati. Akhirnya tetaplah rakyat menjadi korbannya.

Kemudian mengantisipasi permasalahan dampak wabah Covid-19 pemerintah membuat program Jaringan Pengaman Sosial dengan mengurangi dampak tersebut bagi ekonomi masyarakat.

Salah satunya program bantuan sosial berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Bantuan sosial yang semula menyasar 10 juta keluarga dengan besaran Rp 600.000 per keluarga dalam 3 bulan tersebut menuai polemik.

Karena, realisasi bantuan sosial tak semanis yang dijanjikan. Mulai dari sengkarut data penerima bansos hingga distribusi yang tak tepat sasaran.

Baca Juga :  Menolak "Pikun" Kecurangan Pemilu

Hal ini membuktikan bahwa pemberian bantuan setengah hati, karena beragam alasan yang dikemukakan dalam lambannya penyaluran bansos. Karena kantong belum selesai hingga karena data yang tidak akurat. Ini juga menandakan pemerintah belum serius menjalankan programnya. persepsi publikpun terhadap bantuan berubah yang dari positif menjadi negatif. Implementasi penyaluran yang simpang siur dan tidak terarahlah yang menjadi sebabnya sentimen negatif publik meningkat terhadap pemerintah.

Menjadi pertanyaan sekaligus harapan bersama seluruh rakyat, bagaimana cara penanganan yang diberikan ini, supaya benar-benar menyelesaikan masalah bukan menelurkan masalah baru. Jika tidak demikian maka akhirnya “bejibun” masalah yang terus menimpa masyarakat dan negeri yang tercinta ini.

Dan seandainya cara penyelesaian ini tetap dipertahankan, mengeluarkan kebijakan untuk suatu masalah, kemudian jika ada masalah baru mencul akibat sebuah kebijakan, dipikirkan belakangan. Lantas sampai kapan kita mampu bertahan, ditengah berbagai persoalan hingga menunggu pandemi ini berakhir.

Dalam penyelesaian berbagai persoalan yang menimpa masyarakat dan umat manusia saat ini, memerlukan kecepatan, ketepatan dan penuh tanggung jawab. Sebenarnya kita tidak perlu kebingungan mencarinya, karena dalam keyakinan kita, terdapat sebuah sistem yang akan menyelesaian masalah hidup kita yang komplek. Jika kita menjalankannya, dipastikan keberkahan hidup dan kesejahteraan akan kita rasakan dunia hingga akhirat. Sistem seperti ini tentunya bukan sistem kapitalisme seperti yang sedang diterapkan saat ini, ia adalah sistem Islam Kaffah yang begitu sempurna, karena berasal dari Yang Maha Sempurna.

Inilah sistem Islam. Dengan keyakinan yang kuat akan mampu membangkitkan keterpurukan seluruh negeri. Meyakini wabah adalah bagian qodha Allah yang membuat masyarakat tidak gampang stres.

Kemudiaan dengan keyakinan seluruh negeri berintrospeksi, bahwa wabah bagian teguran Allah agar taubat secara kolektif.

Selain keyakinan yang kuat, Islam juga memberikan metode atau konsep penyelesaian secara lengkap, dipastikan tanpa melahirkan masalah baru. Dikarenakan sistem Islam adalah sistem penyelesaian masalah yang sempurna.

Iklan
Iklan