Banjarmasin, KP – Akhir-akhir ini viral sebuah “jimat” yang diklaim mampu menangkal virus Corona. Bukan seperti batu akik, atau minyak nyong-nyong yang dimasukkan dalam botol kemudian dibungkus kain hitam.
“Jimat” ini melainkan kalung beraroma terapi khas dari pohon Eucalyptus yang dikemas dalam bungkus berkelir hijau bertuliskan Anti Virus Corona Eucalyptus buatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian RI.
Kalung yang diklaim mampu mencegah virus Corona hingga mencapai 80 persen ini kian viral lantaran Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo membagikan ke setiap kepala daerah untuk disosialisasikan ke masyarakat.
Tak terkecuali Walikota Banjarmasin Ibnu Sina juga kebagian. “Titipan dari Menteri Pertanian untuk disosialisasikan. Baru hari ini. Dikasih untuk bupati dan walikota saja,” ucap Ibnu sambil menunjukkan kalung itu di balaikota, Kamis (09/07/2020).
Ibnu menjelaskan, bahwa dari informasi yang didapat, kemampuan kalung penangkal virus Corona yang masih dibuat secara terbatas itu memiliki kemampuan hanya satu bulan. Jadi kalau habis harus beli lagi “Ini terbatas berlaku sebulan saja,” bebernya.
Belum cukup, orang nomor satu di Banjarmasin ini juga mensosialisasikan terkait harganya yang ramah di kantong. Sangat jauh berbeda dengan harga produk-produk serupa yang dibuat oleh negara lain.
“Ini hanya Rp20 ribu. Kalau produk Cina harganya Rp100 ribu, Jerman bisa sampai Rp2 juta. Ini setengah bulan lagi diproduksi massal melalui perusahaan,” bebernya.
Lantas apakah “jimat” penangkal virus Corona buatan pemerintah itu benar-benar mampu bekerja hingga 80 persen? Pertanyaan ini disodorkan kepada Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Kalsel, Muhammad Ikhwan Rizki.
Ikhwan pun menyambut baik adanya inovasi ini, terutama penggunaan bahan alam untuk menangkal virus Corona itu. Namun yang harus dipahami, klaim yang dibuat tentu harus berdasarkan uji preklinik dan uji klinik.
Sebab menurutnya, untuk sementara klaim yang ada masih terbatas dari hasil pengujian secara komputasi. Atau pemodelan menggunakan software. “Perlu penelitian yang lebih mendalam secara preklinik dan klinik untuk mendukung klaim tersebut,” bebernya.
Yang diketahui Dosen Bidang Biologi Farmasi Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat ini, eucalyptus memang memiliki khasiat sebagai antibakteri, antivirus, anti asma, hidung tersumbat, hingga rhinitis.
Selain itu, memang terdapat beberapa jurnal penelitian uji eucalyptus terhadap objek penguji berupa hewan yang diberi paparan virus yang satu keluarga dengan virus Corona. Dan hasilnya dapat meningkatkan kesembuhan hewan uji tersebut.
Tapi yang perlu dicatat, itu bukan virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) alias CoVID-19 yang saat ini sedang mewabah. Sehingga sekali lagi ia mengingatkan perlu ada pengujian secara ilmiah melalui uji preklinik dan klinik.
Lebih lanjut ujar Ikhwan, eucalyptus memang sangat berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan dalam mengatasi virus corona hasil dari uji-uji pendahuluan secara komputasi.
Terlebih, eucalyptus sendiri mengandung minyak atsiri yang mengeluarkan aromaterapi yang memiliki kemampuan dalam memberi rasa tenang dan meningkatkan sistem imun.
Kendati demikian, Ikhwan menekankan bahwa yang perlu dipahami bahwa pencegahan utama untuk menghindari CoVID-19 sesuai dengan protokol kesehatan yang digalakkan pemerintah yakni menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun.
“Sejauh pengetahuan kami belum dilakukan uji klinik, tetapi kami yakin Kementerian terkait akan mendorong dilakukan uji lanjutan yang akan memberikan bukti kuat terhadap klaim yang ada,” bebernya.
Dia menambahkan, masyarakat harus menyikapi secara bijak terkait berbagai informasi. Jangan sampai nantinya malah mengakibatkan hal yang tak diinginkan. “Mudah-mudahan tidak terjadi kasus orang yang meminum minyak eucalyptus,” pungkasnya. (sah/K-3)