Olahraga tradisional di kota Banjarmasin khususnya, kembali bergairah, karena Formi setempat gencar menggaungkan olahraga yang sebagian hamper punah.
Banjarmasin, KP – Olahraga tradisional di Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin kembali bergairah. Penyebabnya, Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) setempat gencar menggaungkan olahraga yang sebagian hampir punah ini.
Bahkan di beberapa even nasional, atlet olahraga tradisional Kalsel telah sukses mengharumkan nama Banua. Olahraga tersebut antara lain Layang-layang, Silat Budaya, Tonis, Enggrang, Terompah Panjang (Bakiak), Panahan Tradisional, Balogo, Bagasing, Bola Sodor, Sumpit, Hadang (Asinan).
Bagaimana caranya untuk lebih mempopulerkan olahraga tradisional tersebut?, meneurut Sekretaris Formi Kota Banjarmasin, Yenny Frieda Luntungan, dengan membentuk kampong-kampung bermain (kambar), yang effktif memperkenalkan dan lebih memasyarakatkan kembali olahraga tradisional tersebut.
Keberadaan kampung bermain (kamber) hampir disetiap kecamatan di Banjarmasin juga membawa efek positif, untuk memasyarakatkan olahraga tradisional tersebut,’’ jelas Yenny.
Bagaimana agar permainan ini tidak punah dan semakin dikenal terutama oleh anak-anak, yang sekarang lebih suka main game di smartphone?
Sekretaris Formi Banjarmasin Frida Luntungan mengatakan memang keberadaan Formi ingin menyasar anak anak agar aktif bergerak.
Pada era digital, perlu sekali mengenalkan kembali permainan-permainan tradisional kepada anak-anak dan para remaja, sehingga mereka bergerak melakukan olahraga fisik. Sebab permainan berbasis informasi teknologi membuat anak malas bergerak, karena terpaku menghadapi alat elektronik dalam ruangan, yang berdampak negative bagi kesehatan mereka.
“Berbeda sekali dengan permainan tradisional, bisa membantu aspek fisik anak,” ujar Yenny.
Tidak heran saat ini kata dia, ada anak yang sudah mengalami gangguan kolesterol, obersitas dan penyakit yang seharusnya didominasi para orangtua yang malas bergerak lainnya.
Yenny menjelaskan permainan tradisional terbagi menjadi tiga kategori: tradisional, olahraga kebugaran dan kesehatan (OKK), lalu ekstrem (petualangan dan tantangan).
“Berbeda dengan KONI Kalsel olahragawan disebut atlet, sementara di Formi disebut pegiat olahraga sedang cabang olahraga kami sebut indor atau in lnduk olahraga,” kata wanita enerjik kelahiran 3 Februari 1971 itu.
Motor penggerak Formi Banjarmasin dalam memasyarakatkan olahraga tradisional, adalah keberadaan kampung bermain (kamber) yang sudah hadir di setiap kecamatan.
“Kini sudah ada 9 kamber bahkan di 1 kecamatan ada 2 sampai 3 kamber,” ujar prlatih Tim senam Federasi Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (Fokbi) Kalsel ini, pelatih senam aerobic dan juga instruktur Yoga.
Kamber sendiri dibangun atas kesadaran masyarakat yang ingin berolahraga. Soal syarat tidak terlalu sulit hanya minat masyarakat, persetuan dari masyarakat sekitar minimal lima orang dan sarana serta sarana dan prasarana.
“Sarana ya berbagai macam bisa lorong jalan, fasilitas umum/komplek, lapangan dan lainnya.
Seperti di Pelambuan hanya menggunakan lorong dan depan rumah warga saja,”kata Yenny.
Kamber ini merupakan program dari Kemenpora yang bahkan sejatinya di setiap RT ada kampung bermain. Dari kampung bermain ini pula lah lahirnya lihat pegiat olahraga berprestasi di Banjarmasin sehingga bisa mampu tampil di ajang nasional yakni di Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas) yang di gelar setiap dua tahun sekali.
Kalimantan Selatan sendiri di Fornas selalu marajai induk olahraga. Baik tradisional kebugaran dan kesehatan (OKK) dan olahraga ekstremnya. Ketika Kalsel menjadi tuan rumah Fornas V berhasil menyabet gelar juara umum.
Dua tahun berselang saat Fornas V digelar di Kalimantan Timur, kontingen Kalsel berada di peringkat ke tiga dibawah tuan rumah dan Jawa Timur.
Formi Banjarmasin paling banyak menyumbangkan pegiat nya meraih medali dengan meraup 22 emas. “Bboy breakdance, air softgun banyak menyumbang medali masing-masing enam mas sementara olahraga ekstrem juga ikut banyak menyumbang medali,” sebut dia
Karena keberhasilan itu pula para pegiat olahraga Formi Banjarmasin, bakal ikut menjadi wakil Indonesia di ajang The 7th TAFISA World Sport for All Games 2020 akan digelar di Kota Lisbon, Portugal.
“Untuk Tafisa pelaksanaannya diundur hingga 2021 karena pandemi Covid 19,” tambah istri Soesanto Eko Wardojo, penggemar touring bermotor. (nets/nfr/k-9)