Banjarbaru, KP – Pandemi covid 19 juga berdampak terhadap kesehatan jiwa manusia. Akibat pandemi manusia dihantui rasa ketakutan, cemas, bosan, bahkan putus asa. Hal tersebut mempengaruhi jiwa seseorang. Terbukti selama 2020 jumlah gangguan jiwa mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
Di tengah kondisi sekarang tak bisa dipungkiri tingkat stres begitu tinggi yang berdampak dengan gangguan jiwa seseorang. Sekarang banyak yang dirumahkan, sehingga memicu stres hingga depresi.
Contoh lain pada saat pembelajaran siswa sekolah melalui daring tidak hanya siswa, orang tua pun mengalami stres ketika tak bisa memahami pelajaran.
Terjadi peningkatan jumlah gangguan jiwa. Pada tahun 2019 jumlah gangguan jiwa di Indonesia berada di angka 190 orang, sedangkan pada tahun ini sudah mencapai 277 ribu orang. Angka tersebut masih belum dihitung secara menyeluruh karena sebagian data belum masuk.
“Dampak dari pandemi ini sangat luas. Bahkan ada yang sudah sehat kambuh lagi. Dari catatan kami jumlah kasus baru dan yang kambuh sudah mencapai 277 ribu orang,” jelas Siti Khalimah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Sabtu (10/10) di sela peringatan Hari Kesehatan Jiwa 2020, di RSJD Sambang Lihum.
Dia menyebut, kemudahan akses dan fasilitas penanganan jiwa sangat dibutuhkan saat ini untuk menekan peningkatan angka kasus tersebut. Pemerintah sendiri terangnya sudah meluncurkan aplikasi untuk penanganan jiwa secara online.
Melalui aplikasi bernama sehat jiwa masyarakat bisa melakukan konseling secara langsung. “Sejak April kemarin kami juga meluncurkan layanan telepon konseling psikologis dengan nomor 119 eks 8. Banyak yang memanfaatkan layanan tersebut, setiap hari rata-rata 400 sampai 500 orang yang menghubungi,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Direktur RSJD Sambang Lihum, IBG Dharma Putra, menambahkan harus ada upaya orang sehat tetap sehat agar tidak terjadi lonjakan jumlah pasien di rumah sakit. Keterlibatan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas harus melakukan pendekatan secara keluarga agar orang yang sehat tetap sehat.
Orang-orang yang beresiko harus dicegah agar tidak terjadi gangguan jiwa, sehingga diperlukan skrining resiko. Yang kedua bagaimana orang yang sudah sakit bisa cepat sembuh dengan pengobatan. Yang ke tiga orang yang sudah sembuh tidak distigma negatif dan bisa diterima masyarakat.
Kategori sembuh itu ada tiga, sembuh paripurna, sembuh dengan kambuhan, dan sembuh dengan gejala. 2 kategori terakhir menimbulkan stigma negatif sehingga perlu sosialisasi.
“Penyakit jiwa bisa disembuhkan, dengan bantuan kita semua agar sembuh paripurna,’’ kata Dharma.
Di sisi lain, Plt Gubernur Kalsel, Rudy Resnawan, mengatakan RSJD Sambang Lihum diharapkan terus berinovasi dalam pelayanan dan peningkatan kesehatan jiwa masyarakat Kalsel. Memiliki daya tampung atau kapasitas 450 tempat tidur dapat memaksimalkan pelayanan bagi orang dengan gangguan jiwa. “Pelayanan yang utama,” tekannya.(mns/KPO-1)