Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Ekonomi

Ingat ! Gas Tabung Melon Hanya untuk Masyarakat Miskin

×

Ingat ! Gas Tabung Melon Hanya untuk Masyarakat Miskin

Sebarkan artikel ini
8 4klm 11
NAIK LAGI - Warga tengah antri LPG 3 kilogram saat digelar operasi pasar di jalan Jahri Saleh, Banjarmasin Utara beberapa waktu lalu. Gas tabung melon belakangan ini kembali sulit dicari di pasaran. Jika ada, harganya pun melambung tinggi. Di tingkat eceran harganya mencapai Rp 30.000, melebihi HET. (KP/Opiq)

“Tadi saya beli Rp 30.000 di eceran. Mau beli di pangkalan selalu tak pernah kebagian, habis terus. Jadi, terpaksa beli di warung. Apalagi saya tak mempunyai kartu atau kupon khusus yang dibagikan pangkalan,” ujar Arif.

BANJARMASIN, KP – Beberapa hari belakangan harga jual Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 Kg di ecerandiluar pangkalan kembali naik di Banjarmasin. Bahkan, warga kesulitan menemukan bahan bakar gas yang familiar dengan sebutan gas tabung melon ini dipasaran.

Kalimantan Post

Padahal, beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait, seperti menggelar operasi pasar secara rutin. Tak hanya itu, petugas kepolisian pun bahkan turun tangan dengan menertibkan sejumlah pangkalan LPG nakal yang dianggap mempermainkan harga eceran tertinggi (HET).

Namun, seperti tak berpengaruh, harga bahan bakar bersubsidi ini masih saja susah dicari, hingga harganya melambung di tingkat eceran yang mencapai Rp 30.000 per tabung. Sementara, HET nya hanya Rp 17.500.

Seperti diungkapkan Arif, seorang pedagang pentol kuah di jalan Sungai Miai, Banjarmasin Utara, yang kesulitan menemukan LPG 3 kilogram di pasaran.

“Tadi saya beli Rp 30.000 di eceran. Mau beli di pangkalan selalu tak pernah kebagian, habis terus. Jadi, terpaksa beli di warung. Apalagi saya tak mempunyai kartu atau kupon khusus yang dibagikan pangkalan,” ujar Arif.

Menurutnya, tak semua warga dapat kartu gas dari pangkalan dengan harga HET. Sehingga, masih banyak yang harus beli di pedagang eceran.

Ia berharap tak ada lagi oknum oknum yang yang mempermainkan harga dan stok gas 3 kilogram.

“Mungkin harus lebih sering dilakukan operasi pasar agar harganya bisa kembali normal. Selain itu, pemerintah melalui instansi terkait tetap konsisten dan tegas menindak oknum-oknum yang bermain dengan harga dan stok gas melon ini. Kasian saja, masyarakat tak mampu yang terpaksa harus membeli dengan harga tinggi,” kata Arif lagi.

Sementara, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kalimantan Selatan (Kalsel), H Saibani mengungkapkan Ketersediaan LPG 3 kilogram bersubsidi serta LPG non subsidi lainnya yang ada di Kalsel stoknya sangat mencukupi, dan diperkirakan aman hingga tahun baru 2021.

“Suplai lancar, kuotanya ada, bahkan surplus untuk Kalsel. Untuk Banjarmasin sangat cukup sekali. LPG subsidi dan non subsidi tidak mengalami kelangkaan karena pasokan terbilang lancar. Stok tetap aman hingga awal tahun 2021,” jelasnya, ketika dihubungi Kalimantan Post, Kamis (19/11).

Diketahui, kebutuhan masyarakat Kalsel sebanyak 350 metrik ton perhari untuk konsumsi LPG subsidi 3 kilogram, sedangkan non subsidi berkisar 80 ton perhari meliputi LPG 5,5 Kg dan 12 Kg.

Di Kota Banjarmasin sendiri, rata-rata konsumsi harian LPG 3 kilogram, yaitu 19.871 tabung perhari, yang disalurkan melalui 542 pangkalan yang telah tersebar di masing-masing kelurahan.

Saibani juga mendorong agar masyarakat yang mampu harus menggunakan LPG non subsidi 5,5 kg dan 12 kg.

Sebab, lanjut Saibani, LPG subsidi 3 kilogram persediaannya terbatas, tak seperti kuota LPG non subsidi yang stoknya tak terbatas.

“Tidak semua masyarakat berhak menikmati LPG subsidi 3 kilogram. Karena peruntukannya hanya bagi warga kategori tak mampu, yang maksimal pendapatannya Rp 1.500.000 per bulan. Di tabung itu kan jelas tertulis, hanya untuk masyarakat miskin. Jadi, jangan lupa, masyarakat yang mampu, jangan ikut-ikutan mengkonsumsi gas tabung melon. Beli saja LPG non subsidi yang 5,5 Kg dan 12 Kg,” tegas Saibani.

Diakuinya, salah satu hal yang menyebabkan kelangkaan LPG 3 kilogram di tengah masyarakat, karena dipicu adanya penyimpangan konsumsi gas oleh mereka yang tidak berhak atau konsumen non subsidi.

Selain itu, Saibani juga mengakui pandemi covid-19 cukup berimbas pada perekonomian masyarakat, yang akhirnya ikut mempengaruhi terhadap konsumsi gas tabung melon ini.

“Dampak Covid-19, ekonomi makin sulit, akhirnya banyak warga yang beralih menggunakan gas melon. Konsumsi gas 3 kilogram naik 25-30%,” sebutnya.

Mengenai permainan harga yang kerap ditemui dalam penyalurannya, ia menegaskan hal tersebut memang dari dulu sering terjadi. Dan, itu semua di luar kendali Hiswana Migas. Bahkan, untuk meredam langkanya LPG subsidi di masyarakat, pihaknya mengaku rutin menggelar operasi pasar.

“Dalam 3 bulan terakhir ini, hampir tiap hari, kami bersama Pertamina selalu mengadakan operasi pasar. Dengan kegiatan itu kita harapkan penyalurannya tepat sasaran. Benar-benar warga yang berhak yang membeli LPG subsidi 3 kilogram ini,” pungkasnya. (opq/K-1)

Baca Juga :  Gencarkan Sosialisasi ODOL, Polda Kalsel Berharap Penindakan Hukum Bisa Dihindari
Iklan
Iklan