Banjarmasin, KP – Menjadikan ikan predator sebagai peliharaan memang memiliki keunikan dan gengsi tersendiri. Namun, tak semua orang hobi untuk memelihara jenis ikan ini.
Meski tak sepopuler jenis ikan hias, ikan predator mulai dilirik komunitas penghobi untuk dipelihara di rumah.
Ikan-ikan jenis predator sendiri, banyak ditemui di perairan benua Amerika, seperti di sungai Amazon. Namun, ada juga jenis lokal yang hidup di perairan Kalimantan.
Seorang penghobi ikan predator hias di Banjarmasin, Aswin (28) mengaku, selain memelihara, ia juga menjual berbagai jenis ikan pemangsa ini.
“Awalnya, saya cuma memelihara saja. Tapi, lama kelamaan beberapa orang teman saya juga tertarik untuk memilikinya. Mungkin, karena unik, dan belum banyak orang yang berani memelihara ikan predator menjadi daya tarik untuk membelinya. Jadi, hobi ini beda dengan orang kebanyakan, tidak terlalu mainstream lah,” ujarnya, saat ditemui di rumahnya di kawasan jalan Bali, Banjarmasin Tengah.
Ada belasan jenis ikan predator koleksi Aswin yang dijualnya. Seperti Piranha, Arwana, Aligator, Peacock Bass, Palmas, Datz Tiger, Chana Maru, Pacu Albino, hingga jenis ikan Buntal.
“Seperti ikan Piranha ini, salah satu ikan air tawar omnivora yang hidup di sungai-sungai di Amerika Selatan. Mereka terkenal dengan gigi tajam dan pemakan daging. Harganya dijual kisaran antara Rp 30.000 sampai Rp 150.000,” tutur Aswin, Selasa (29/12).
Kemudian, kata Aswin, ada juga ikan hias air tawar yang berasal dari perairan di Benua Amerika, yakni Peacock Bass. Ikan ini memiliki bentuk wajah yang agak sangar, karena terlihat dari bola matanya yang berukuran cukup besar dengan pupil berwarna hitam dan lingkarannya berwarna kuning terang.
“Ciri lainnya, ada tanda berupa garis hitam yang agak tebal dengan bentuk vertikal di bagian badannya. Selain itu, pada bagian pangkal ekornya terdapat bintik hitam yang berukuran agak besar. Warna yang tampak di badannya tergolong bervariasi dan tiap jenisnya masing-masing,” terangnya.
Ia menambahkan, ada beberapa jenis ikan Peacock Bass, di antaranya adalah Temensis Peacock Bass, Orinoco Peacock Bass, Kelberi Peacock Bass, Azul Peacock Bass, monoculus Peacock Bass dan jenis lainnya.
“Di sini ada Peacock Bass jenis monoculus, harganya Rp 450.000 dengan ukuran 20cm. Kalau yang mahal itu jenis Temensis, harganya bisa lebih Rp 1.000.000 ukuran 20cm, tapi saya tak ada stoknya,” ucap Aswin.
Koleksi ikan Aswin juga ada yang berasal dari benua Afrika.
Namun, kini keberadaannya sudah bisa dibudidayakan secara lokal, sehingga para penghobi ikan dapat menikmati keindahannya.
“Orang suka memelihara ikan ini karena gerakannya yang anggun dan tempramennya yang cenderung kalem. Walaupun sebenarnya ikan palmas termasuk kategori ikan carnivora,” jelasnya lagi.
Dikatakan Aswin, di tempatnya, ia memiliki ikan Palmas jenis Endlicheri yang dijualnya Rp 200.000 berukuran 20cm. Dan, satunya lagi jenis
Palmas Albino ukuran sekitar 14cm yang dibandrolnya Rp 75.000.
Ikan hias predator ternyata tak hanya berasal dari luar negeri, dari perairan Indonesia pun tak kalah banyak jenisnya dan menjadi buruan para pengoleksi ikan hias pemangsa.
Seperti jenis Datz Tiger Fish, yang merupakan salah satu jenis ikan hias predator asli Indonesia. Ikan ini banyak dijumpai perairan tawar di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
Datz Tiger Fish sangat populer di kalangan penghobi akuarium karena warnanya yang seperti harimau. Ikan ini ada warna silver dan gold. Biasanya, warna gold lebih mahal harganya,” ungkap Aswin.
Untuk ikan Datz Tiger Silver, ia menjual antara Rp 50.000 – Rp 150.000. Sedangkan, Datz Tiger Gold berkisar antara Rp 140.000 hingga Rp 600.000, tergantung ukuran ikan.
“Saya pernah menjual Gold Tiger Fish ukuran 42cm seharga Rp 2.000.0000. Jenisi ini paling dicari, sebab memilik garis atau bar melingkar sampai perut,” sebut Aswin, yang mengaku memperoleh Datz Tiger gold dari perairan Marabahan dan datz Tiger Silver dari Tabunio.
Selain itu, Aswin juga memiliki ikan jenis Channa Maru Red Sebangau, yang ia peroleh dari perairan Sebangau. Lalu, jenis Channa Maru Yellow Sentarum yang diperolehnya dari perairan Danau Sentarum Kalimantan Barat.
“Ikan ini sebetulnya dari keluaga ikan Gabus, atau ikan Haruan kata orang Banjar. Dulu, sering disantap, sekarang jadi koleksi. Jenis Channa Maru Red ini yang paling mahal. Tergantung dari motif yang banyak bunganya, dengan mata merah,” beber Aswin yang membandrol Channa Maru Red Sebangaunya seharga Rp 1.500.000 dengan ukuran 45cm.
Menurutnya, rata-rata ikan jenis Canna Maru diambil dari perairan Kalimantan Tengah, seperti dari Sebangau, Sampit, Seruyan dan Buntok. “Dengar-dengar sih, kedepannya jenis ikan Channa maru ini akan dilindungi karena habitatnya yang sudah mulai berkurang,” imbuh Aswin, yang mendapat pasokan ikan jenis predator dari pengepul langganannya.
Selama ini, sambung Aswin, pembelinya tak hanya datang dari kota Banjarmasin, tapi juga dari luar kota, bahkan hingga luar daerah.
“Customer ada dari luar kota, seperti Banjarbaru dan Martapura dan Batulicin. Kalau luar daerah ada yang dari Palangka Raya, Muara Teweh, Buntok, Balikpapan, Grogot, hingga Makassar. Pembeli yang jauh biasanya dikirim dengan ekspedisi,” pungkas Aswin. (opq/K-1)