Cabai Taji sekarang harganya Rp 45.000 per kilogram, sebulan yang lalu masih Rp 18.000 – Rp 20.000 per kilogram. Cabai Hijau Besar Rp 45.000 perkilogram, sebelumnya Rp 12.000 per kilogram. Sedangkan Cabai Tiung Rp Rp 50.000 per kilogram, sebelumnya hanya Rp 23.000,” sebut Irfan.
BANJARMASIN, KP – Harga komoditas jenis cabai mengalami kenaikan sangat tajam di pasar tradisional di Banjarmasin. Sejumlah pedagang mengatakan, melonjaknya harga cabai karena dipengaruhi menurunnya pasokan dari petani.
Seperti dikatakan Irfan (20) seorang pedagang di Pasar Sentra Antasari, Banjarmasin. Menurutnya, harga cabai naik drastis dibanding harga minggu lalu.
“Harga cabai rawit hari ini Rp 95 Ribu per kilogram, padahal seminggu lalu harganya masih Rp 45 Ribu sampai Rp 50.000 per kilogramnya. Informasinya sih, banyak petani di Jawa yang gagal panen saat musim penghujan seperti ini” katanya kepada Kalimantan Post, Kamis (10/12).
Demikian pula, lanjut Irfan, dengan jenis cabai lainnya yang turut mengalami kenaikan harga dalam sepekan terakhir. Seperti cabai merah besar.
“Untuk harga cabai merah besar harganya juga naik sekali. Hari ini saya menjual Rp 70 Ribu per kilogram, pada minggu lalu harganya masih di kisaran Rp 30 Ribu per kilogram,” jelasnya.
Sementara itu, beberapa jenis cabai lain juga mengalami kenaikan seperti cabai hijau besar, cabai taji dan cabai tiung.
“Cabai Taji sekarang harganya Rp 45.000 per kilogram, sebulan yang lalu masih Rp 18.000 – Rp 20.000 per kilogram. Cabai Hijau Besar Rp 45.000 perkilogram, sebelumnya Rp 12.000 per kilogram. Sedangkan Cabai Tiung Rp Rp 50.000 per kilogram, sebelumnya hanya Rp 23.000,” sebut Irfan.
Dikatakannya, faktor cuaca sangat mempengaruhi pasokan dari petani, yang efeknya berimbas pada harga komoditas cabai. Selain itu, momen pergantian tahun juga menjadi pemicu naiknya harga cabai dan jenis komoditas lainnya di pasaran.
“Akhir tahun, terutama jelang Natal dan Tahun Baru semua harga pasti naik, termasuk harga cabai dan tomat. Terlebih, saat musim hujan seperti ini petani banyak yang gagal panen,” ungkapnya.
Menurut Irfan, sudah satu bulan terakhir ia tidak membeli cabai dan tomat dari pulau Jawa. Meski kualitas dari Jawa lebih bagus dibandingkan daerah lainnya.
“Harga dari Jawa sudah mahal duluan, susah untuk dijual lagi. Jadi, sementara kami mengambil cabai dan tomat dari Sulawesi karena lebih murah,” ucapnya.
Kendati demikian, mengambil pasokan dari Sulawesi bukan tanpa resiko. Jarak yang lebih jauh menyebabkan pengiriman dengan kapal laut memakan waktu lebih lama.
“Kalau pengiriman kapal dari jawa cuma 2 hari, sedangkan dari Sulawesi bisa sampai 4 hari. Akibatnya, cabai atau tomat lebih cepat busuk karena terlalu lama diperjalanan,” jelas Irfan.
Untuk harga tomat, katanya lagi, juga mengalami kenaikan harga, dimana saat ini berkisar antara Rp 10.000 – Rp 12.000 per kilogram, sebelumnya hanya dikisaran Rp 5.000 – Rp 6.000 per kilogram.
“Bahkan, beberapa waktu lalu stok tomat sempat kosong, akibatnya harga jadi melambung sampai Rp 25.000 per kilogram,” terang Irfan, yang berjualan mulai pukul 01.00 wita hingga sore hari pukul 17.00 wita.
Dia mengatakan, selain dari pulau Jawa dan Sulawesi, pasokan cabai dan tomat juga ada yang masuk dari Pelaihari. Hanya saja, stoknya tidak terlalu banyak.
Konsumen yang datang ke lapaknya, sambung Irfan, kebanyakan adalah langganannya yang merupakan pedagang keliling.
“Biasanya, yang paling banyak dicari konsumen itu cabai merah besar, cabai hijau besar dan tomat. Selain itu, pelanggan saya kebanyakan pedagang sayur keliling,” pungkasnya. (opq/k-1)