Kami cuma berharap di hari Minggu saja, kalau hari lain tidak ada pengunjung yang datang ke siring. Seperti hari ini, orang yang datang lumayan ramai, meski kawasan wisata ini masih belum dibuka akibat pandemi. Mungkin, warga merasa jenuh jika akhir pekan berada di rumah saja, jadi datang ke sini untuk refreshing dan berolahraga,” ucap iman
BANJARMASIN, KP – Rekreasi wisata susur sungai dalam 9 bulan terakhir sangat sepi pengunjung. Kebijakan pemerintah dengan menutup tempat wisata dan hiburan selama wabah COVID-19, tentu memberikan dampak secara langsung kepada para juragan dan motoris kelotok yang biasa menyediakan jasa susur sungai di Banjarmasin.
Seorang motoris kelotok, Iman (55) mengungkapkan, akibat kondisi selama pandemi ini, penumpang kelotok di sekitaran dermaga wisata susur sungai yang hendak menggunakan jasa mereka bisa dihitung dengan jari.
“Tidak ada orang yang datang, apalagi kawasan siring Tendean ini masih belum resmi dibuka. Saya dengar beberapa waktu lalu sudah mau dibuka, tapi batal. Mungkin ada pertimbangan lain dari pemerintah,” ujarnya saat ditemui Kalimantan Post, Minggu (6/12).
Menurut Iman, dalam sebulan terakhir, khususnya pada hari Minggu, dermaga kelotok di tempat wisata susur sungai Siring Tendean Banjarmasin mulai ramai didatangi pengunjung. Ia bersama puluhan motoris kelotok lainnya yang mangkal di dermaga wisata susur sungai, berharap ada pengunjung yang menaiki kelotok mereka.
“Kami cuma berharap di hari Minggu saja, kalau hari lain tidak ada pengunjung yang datang ke siring. Seperti hari ini, orang yang datang lumayan ramai, meski kawasan wisata ini masih belum dibuka akibat pandemi. Mungkin, warga merasa jenuh jika akhir pekan berada di rumah saja, jadi datang ke sini untuk refreshing dan berolahraga,” ucap iman lagi.
Ia menyebutkan, untuk rute Susur Sungai tarif tiketnya Rp 5.000 per orang, kalau ke Kampung Hijau tiketnya Rp 10.000 per orang dan tujuan Pulau Kembang Rp 35.000 per orang.
“Bisa juga carter kelotok, tarifnya menyesuaikan jarak. Biasanya, sistem carter ini kalau satu rombongan,” jelasnya.
Pernah, sambung Iman, selama 3 bulan lamanya ia tak ada pemasukan sama sekali, karena memang penghasilan utamanya bergantung dari banyaknya penumpang wisata susur sungai yang datang. Namun, ketika sore hari, ada beberapa penumpang yang minta diantar ke suatu tempat.
“Bayangkan, selama 3 bulan tak ada penghasilan. Sementara, saya dan keluarga perlu uang untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi banyak kewajiban lainnya yang harus dibayar, seperti tagihan PLN dan PDAM. Tapi, syukur alhamdulillah, saat sore mau pulang, tiba-tiba ada penumpang yang mencarter kelotok. Senangnya bukan main waktu itu, bagaimana tidak, sudah lama saya tidak pegang uang,” imbuhnya.
Ketika pandemi Covid-19 melanda sejak bulan Maret 2020 lalu, otomatis pengunjung Siring Tendean tak ada yang datang. Sepinya penumpang sangat berdampak bagi Iman bersama puluhan motoris kelotok lainnya.
“Mudah-mudahan, awal tahun 2021 ini semuanya membaik, wabah Corona segera berakhir dan ekonomi masyarakat cepat pulih lagi,” pungkasnya. (opq/K-1)