Banjarmasin, KP – Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalimantan Selatan (Kalsel) telah menyiapkan desain atau prototipe bangunan jembatan untuk dibangun di kawasan Jalan A Yani dan Veteran, Kota Banjarmasin.
Ketua Intakindo Kalsel, Nanda Febryan Pratamajaya menjelaskan, bahwa pembangunan jembatan di dua kawasan prioritas Satgas Normalisasi Sungai dan Penanggulangan Banjir Kota Banjarmasin tetap pada prinsip awal. Yakni memaksimalkan lebar sungai.
“Ketinggiannya berada pada 60 Cm diatas permukaan air pasang tinggi,” ucapnya saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Selasa (23/02) sore.
Namun dari segi bahan, jembatan di kedua kawasan tersebut berbeda. Untuk di A Yani murni berbahan baja plus beton. Sedangkan jembatan di kawasan Veteran bahannya bervariasi.
Pasalnya, untuk di kawasan A Yani, kendaraan yang menaiki jembatan tersebut berbeda dengan di Veteran.
Pria dengan sapaan Nanda itu mencontohkan jembatan milik SPBU dan jembatan toko atau ruko milik pribadi. Di SPBU, kendaraan yang melewatinya bermacam-macam dari yang berukuran kecil sampai dengan yang besar.
Sedangkan di kawasan veteran. Rata-rata kendaraan yang melintasinya hanya kendaraan yang berukuran kecil. Sehingga konstruksi dan bahan pembangunannya pun juga berbeda.
“Di veteran menyesuaikan dengan beban maupun bentang sungai. Kemudian jembatan disini juga kemungkinan akan menggunakan tiang tambahan di tengahnya, karena melihat lebar sungai yang terbilang cukup luas,” jelasnya.
Menurutnya, bahan jembatan yang dipakai untuk kawasan Veteran bisa menggunakan full kayu ulin, atau kombinasi baja plus beton seperti bangunan jembatan di kawasan A Yani.
“Bentuk jembatan di kedua kawasan ini harus melengkung atau trapesium, tidak ada yang lurus,” tegasnya.
Ia menilai, untuk budget dalam pembangunan sebuah jembatan tersebut bervariasi, tergantung dari bahan, spek dan pondasi dari jembatan yang akan dibangun.
“Karena konstruksi bangunan jembatan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian soil investigasi (penelitian tanah) yang ada di sekitar pondasi bangunan jembatan,” ujarnya.
Karena itu, ia berharap prototipe bangunan jembatan yang disuguhkan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin bisa ditaati oleh masyarakat dalam membangun setiap sarana penyeberangan.
Selain itu, ia juga berharap agar Pemko dapat melakukan pendampingan kepada warga, karena kemungkinan besar pemilik lahan atau bangunan jembatan yang dibongkar bukan orang yang ahli di bidang teknik pembangunan.
“Yang penting Pemko harus melakukan pengawasan, jangan sampai nantinya kaidah-kaidah konstruksi tidak dipakai saat melakukan pembangunan jembatan,” tegasnya.
Karena itu, ia menyarankan agar Pemko membentuk tim khusus yang berisikan dari orang-orang dari Dinas PUPR dan DPMPTSP kota setempat untuk mengawasi proses pembangunan jembatan.
Ia menuturkan, selain memerlukan pendampingan oleh ahli konstruksi pembentukan tim khusus tersebut juga dikarenakan adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh dinas terkait.
“Dibantu lah mereka agar tidak salah lagi dalam mendirikan jembatan,” pungkasnya.
Sebelumnya, diketahui saat ini Satgas Normalisasi Sungai dan Penanggulangan Banjir Kota Banjarmasin, saat ini terus melakukan pembongkaran dan pengerukan di sekitar kawasan A Yani dan Veteran.
Target pembongkaran sendiri yakni bangunan yang berada di atas sungai serta Jembatan Bangunan Gedung (JBG) yang pembangunannya tidak sesuai aturan pemerintah.
Ketua Satgas Normalisasi Sungai Kota Banjarmasin, Doyo Pudjadi mengaku jika pihaknya sudah menyiapkan prototipe jembatan yang nantinya digunakan masyarakat untuk pembangunan JBG.
“Yang membuat prototype jembatan adalah ikatan tenaga ahli konsultan jembatan, sebuah komunitas profesional yang turut membantu Satgas Normalisasi Sungai dan Penanggulangan Banjir Kota Banjarmasin,” jelas Doyo di Lobby Balai Kota Banjarmasin, Selasa ( 23/02) siang.
Doyo juga menambahkan, salah satu syarat kontruksi bangunan jembatan yang dibangun, nantinya harus lebih tinggi dari jalan.
Menurutnya, apabila lebih tinggi maka akan mempermudah arus air sungai yang melalui jembatan dan juga untuk menghindari terjadinya penumpukan sampah akibat terhalang konstruksi jembatan.
“Modelnya sedikit naik tinggi ditengah tanpa ada penghalang di tengahnya. Kalau di A Yani itu 60 cm dari tinggi muka air banjir (MAB),” ucapnya.
Dilanjutkan Doyo, kalau melihat dari tinggi trotoar, maka tinggi jembatan kemungkinan hampir 1 meter.
Adapun untuk lebar jembatan ia menegaskan, itu menyesuaikan bangunan.
“Kalau dikonversi dengan trotoar, berarti 90 cm tingginya. Kalau lebarnya kita akan menyesuaikan bangunan. Yang jelas semakin lebar jembatan, itu semakin sulit untuk maintenancenya nanti,” tutur Doyo.
Saat ditanya soal biaya renovasi, doyo menyebutkan bahwa hal itu ditanggung sendiri untuk pelaku usaha atau pribadi. Namun untuk jembatan umum, pembiayaan renovasinya akan ditanggung pemerintah melalui anggaran yang terlebih dulu melalui rapat Musrenbang.
“Silahkan bangun tapi dengan biaya sendiri. Kalau jembatan umum nanti pemerintah yang menganggarkan,” katanya.
Asisten ll bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Banjarmasin itu juga berharap, agar kerja Satgas NSPB ini untuk jangka menengah dan jangka panjangnya dapat menciptakan pembangunan yang sesuai aturan serta sungai yang bersih tanpa adanya banjir.
“Tentunya kita berharap di sungai A Yani maupun Sungai Veteran itu, punya sungai yang lebar dan dalam serta jembatan yang sesuai aturan tanpa ada penghalang di tengahnya. Sehingga ada peningkatan kapasitas daya tampung sungai dan run off air sangat lancar dan air pasang serta banjir alan hilang,” pungkas Doyo.(Zak/KPO-1)