Banjarmasin, KP – Temuan alat peledak berupa granat oleh seorang petani cabai di ladang tempatnya bekerja menggemparkan warga, khususnya yang berada di kawasan Desa Panggung Dangu RT 4 RW 2, Kecamatan Haruyan, Kabupaten HST.
Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Mansyur mengatakan, bahwa Granat yang ditemukan penduduk tersebut menyerupai granat dengan tipe MK 2.
Menurutnya, walaupun granat tersebut ditemukan dalam kondisi tidak aktif secara kimiawi, namun bisa saja tiba-tiba meledak dan mencelakai orang yang ada di sekitarnya.
Pasalnya Granat itu bertipe Serpihan (fragmentation grenade), mirip dengan buah nanas dan memiliki badan yang terbuat dari besi.
Ia menjelaskan, jika sebuah granat diisi dengan berbagai serpihan tajam. Tipe ledakannya cukup mematikan bagi pasukan infanteri. Granat jenis ini bisa memuntahkan serpihan tajam ke segala arah.
“Sebaiknya granat yang ditemukan warga itu sesegera mungkin dimusnahkan dengan cara diledakkan,” ungkapnya saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Kamis (25/03) siang.
Saat ditanya mengenai data historis wilayah Haruyan yang menjadi tempat ditemukannya granat tersebut, Mansyur menyebutkan bahwa daerah Haruyan memang sudah terkenal sebagai basis perjuangan para pejuang Banjar sejak masa Revolusi Fisik, terutama perjuangan melawan kembalinya kolonial Belanda yang memboncengi NICA.
Ia memaparkan, Haruyan adalah daerah yang pertama kalinya menjadi markas Pahlawan Nasional, Hasan Basri ketika baru sampai di Kota Banjarmasin dari Tanah Jawa Pada tahun 1945.
Lantaran aktivitas perjuangannya diketahui oleh NICA, ia bersama pemuda lainnya terpaksa menyingkir ke pedalaman, yakni ke wilayah yang saat itu masih berjarak 156 Km dari Banjarmasin untuk membentuk suatu organisasi perjuangan.
“Para pejuang di sana bernama Laskar Syaifullah, berdiri sejak tanggal 24 September 1945 dan terdiri dari unsur-unsur gerakan pemuda Ansor dan Muhammadiyah. Gerakan ini baru diresmikan 2 November 1945,” bebernya.
“Pimpinannya Hasan Basry, wakil pimpinan dipegang oleh Gumberi yang terkenal dengan nama Astmawaty, serta dilengkapi staf pelatih, staf urusan pemerintahan, staf urusan keuangan dan staf perlengkapan,” tambahnya.
Mansyur melanjutkan, Tentara NICA yang mencium kegiatan Laskar Syaifullah ini, menyebabkan Hasan Basry terpaksa memindahkan markas besarnya ke daerah pegunungan yaitu Gunung Ambilik, 20 km dari Haruyan.
Selain itu pada tanggal 18 November 1946 di Desa Tabat – Haruyan, adalah tempat persetujuan berdirinya Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV “A” Kalimantan Selatan, yang diresmikan oleh Letnan II Asli Zuchri atas nama Komandan ALRI Divisi IV di Jawa.
Terdapat 7 buah kompi pasukan yang penempatannya disesuaikan oleh rencana pembangunan basis kekuatan pertahanan, diantaranya Kompi Daerah Haruyan Komandan Arifin Hamzah. Pada wilayah Haruyan juga terdapat pusat latihan tentara ALRI Divisi IV A Kalimantan.
Berdasarkan analisa Mansyur, diperkirakan granat yang ditemukan ini adalah granat yang tercecer atau sisa granat yang belum meledak, ketika tanggal 3 Januari 1947 pusat latihan ALRI di Haruyan disergap NICA.
“Serangan tiba-tiba kala itu banyak menimbulkan korban. Ratusan penduduk yang tidak bersalah ikut menderita. Rumah-rumah dibakar dan harta benda dirampas Belanda. Bahkan kitab suci AL-Qur’an dirobek dan diinjak-injak oleh tentara Belanda. Tokoh-tokoh ALRI yang ada berhasil meloloskan diri ke arah pegunungan Meratus, sedangkan yang tertangkap mendapat siksaan yang keja,” tandasnya.
Lebih lanjut, Mansyur tidak menampik adanya kemungkinan lain, bahwa granat ini adalah sisa senjata milik pejuang yang terlibat dalam Pertempuran di Ambilik (di kaki gunung Ambulung Haruyan), yang terjadi pada subuh dini hari tanggal 3 Agustus 1948.
Para pejuang dipimpin Hassan Basry dengan pasukannya yakni Alimin, Hamzah Arifin, Ibat, Tulamak, Mustafa, Aliansyah, Saberi Abas, Japau Majid , Aseri, Maseri dan Indera.
Para pejuang yang semula berencana meyerang militer Belanda, ternyata mereka lebih dahulu diserang dan dikepung Belanda. .
Para pejuang yang gugur dalam pertempuran Ambilik adalah Aseri dan Maseri, sedangkan yang luka tembak antara lain Ibat, Mustafa, Tulamak dan Japau. Akan tetapi, agak bias karena jarak dari Ambilik ke Haruyan cukup jauh yakni sekitar 20 kilometer.
Daerah Haruyan hingga bulan Mei 1949, menjadi kedudukan Markas Besar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan yang senantiasa berpindah-pindah namun tetap berada di sekitar Batang Alai. Milai Kampung Ayah Dangu Birayang hingga ke Haruyan. Setelah Markas Besar berada di Haruyan selanjutnya berpindah ke Kandangan.
Sebelumnya, Warga Desa Panggung Dangu RT 4 RW 2, Kecamatan Haruyan, Kabupaten HST dikejutkan dengan adanya penemuan sebuah alat peledak berupa Granat, Rabu (24/03) kemarin siang.
Granat berukuran besar itu ditemukan oleh seorang pekebun lombok atau capau setempat, di ladang miliknya.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, saat ini granat tersebut masih bersama warga setempat sembari menunggu kedatangan pihak Brimob yang akan melakukan evakuasi terhadap benda yang biasanya dipakai dalam perang tersebut.
“Kita belum tahu persis penemuannya di mana. Tapi kemungkinan ditemukan oleh petani lombok itu di kebunnya lalu dibawa ke pondok,” kata salah satu anggota Tagana setempat, Agus.
Sementara itu Kasat Reskrim Polres HST, AKP Dany Sulistiono membenarkan adanya temuan granat tersebut. Karena itu, pihaknya segera meluncur ke lokasi guna memastikan jenis peledak yang baru saja ditemukan warga itu dan mengamankan temuan granat itu.
“Kita masih menunggu kedatangan Brimob untuk pengamanannya,” terang Dany. (Zak/KPO-1)