Banjarmasin, KP – Secara kasat mata, program vaksinasi Covid-19 yang dijalankan Pemerintah Kota Banjarmasin secara massal di Pasar Sentra Antasari berjalan lurus tanpa adanya hal yang menyimpang.
Pasalnya. Dalam pelaksanaan vaksinasi yang khusus ditujukan bagi pedagang dan lansia tersebut terlihat diikuti oleh ratusan peserta.
Namun fakta di lapangan, vaksinasi yang dijalankan pada Selasa (23/03) siang itu rupanya kelebihan sasaran.
Sejatinya, vaksinasi hanya menyasar pramuniaga atau mereka yang bertugas melayani warga yang berbelanja di kios dagangan. Namun, Pemko Banjarmasin melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat tampak kecolongan.
Dari hasil pantauan di lapangan, ada warga biasa yang menjalani vaksinasi. Alias sekadar pengunjung pasar. Padahal warga itu termasuk dalam kategori masyarakat umum yang artinya bukan prioritas menjadi sasaran vaksinasi saat ini.
Hal itu dikarenakan vaksinasi tahap dua yang dijalankan pemerintah ini hanya berfokus pada dua kategori, yakni lansia dan mereka yang bertugas melayani publik.
“Keinginan sendiri saja. Tidak ada yang menyuruh. Karena vaksin ini ibaratnya wajib, agar aman alias terhindar dari virus, saya pun mengikuti saja,” ucap salah seorang pengunjung pasar, Rani.
Ketika ditanya bagaimana prosesnya perempuan 26 tahun itu bisa mendapatkan vaksin, ia mengatakan hanya mendaftar bermodalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di lokasi vaksinasi.”Saya dengar ada vaksinasi di sini. Langsung daftar saja ke salah satu petugas pasar kemudian mengantri,” imbuhnya.
Hal yang sama juga terlihat di dua titik lokasi vaksinasi lainnya di salah satu pasar terbesar di Kota Banjarmasin itu. Salah satunya yakni di kawasan lorong kasbah. Di sini, yang divaksin tidak hanya pedagang di pasar. Lagi-lagi ada warga biasa.
Ketika diwawancarai, si warga yang enggan namanya disebutkan, itu juga mengaku hanya langsung ke Pasar Antasari kemudian mendaftarkan diri dengan memakai KTP.”Saya tinggal di sekitar sini,” cetusnya sembari memindahkan tempat duduk untuk menunggu antrian vaksinasi.
Fakta lain yang ditemukan di lapangan, bukan hanya persoalan orang biasa yang mendapatkan vaksinasi. Tapi, juga ada karyawan pelayanan publik yang mestinya melakukan vaksinasi di puskesmas, justru mengaku diarahkan untuk mengikuti vaksinasi di pasar.
Satu di antaranya, adalah Vivin. Perempuan 23 tahun itu mengaku diarahkan untuk menjalani vaksinasi oleh pihak Puskesmas.
Dikonfirmasi terpisah. Kepala Dinkes Kota Banjarmasin, Machli Riyadi menjelaskan bahwa dirinya mengakui bahwa memang benar adanya pekerja pelayanan publik yang mengikuti vaksinasi di Pasar Antasari.”Itu kiriman dari puskesmas,” tukasnya.
Bukan tanpa alasan. Hal tersebut diutarakannya lantaran pekerja pelayanan publik yang menjalani vaksinasi di puskesmas terlalu banyak. Sehingga petugas puskesmas mengarahkannya ke Pasar Antasari.
“Tapi mereka terkonfirmasi adalah para pekerja publik yang direkomendasikan oleh puskesmas,” ucap Machli.
Lantas, bagaimana dengan adanya warga biasa yang bukan sasaran atau prioritas yang juga justru bisa mendapatkan vaksin di Pasar Antasari kemarin?
Terkait hal itu, Machli menjelaskan bahwa kondisi yang terjadi saat itu berada di luar kontrol pihaknya. Menurutnya kemungkinan itu merupakan orang di luar dari pengawasan vaksinator di lapangan atau koordinator pasar yang diharapkan untuk membantu mendata orang-orang yang divaksin.
“Karena orang-orang yang menjadi sasaran, semestinya kami minta datanya sehari sebelumnya agar menyiapkan orangnya. Kami di Dinkes tugasnya tinggal memvaksin,” imbuhnya.
Pria dengan sapaan Machli itu menegaskan bahwa yang divaksin mestinya sudah mendapatkan undangan yang dibuat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Kemudian, awak media juga mengonfirmasi hal itu kepada pihak Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin. Kepala Bidang PSDP dan Pasar, Ichrom Muftezar menjelaskan bahwa apa yang terjadi di pasar, menjadi catatan pihaknya ke depannya.
“Untuk pelaksanaan vaksinasi selanjutnya akan kami evaluasi lagi. Kami akan langsung melakukan rapat, terkait dengan informasi yang kami dapatkan,” janjinya.
Tezar pun juga menjelaskan bahwa sebagaimana hasil rapat beberapa waktu lalu antara pihaknya dengan Dinkes Kota Banjarmasin, bahwa teknisnya disepakati bahwa dari lima titik vaksinasi di pasar, masing-masing memvaksin 50 orang saja.
“Tapi, kenyataan di lapangan hari ini terjadi lonjakan. Khususnya di lorong Kasbah. Dari laporan didapatkan ada 86 orang yang divaksin,” bebernya.
Lebih jauh, pria dengan sapaan Tezar itu juga menuturkan, seperti apa sebenarnya sasaran vaksinasi yang semestinya diinstruksikan kepada Disperdagin? Tezar mengaku sebagaimana arahan dari Dinkes, bahwa prioritasnya adalah pedagang dan lansia.
“Tapi bisa owner atau pemilik toko. Dengan catatan stay di pasar seharian dan asalkan kuota 50 orang vaksinasi itu tidak tercukupi,” tuturnya.
Lebih lanjut, menanggapi persoalan bahwa adanya pengunjung yang juga divaksin, Tezar menegaskan bahwa pengunjung semestinya tidak bisa mendapatkan vaksin lantaran bukan prioritas saat ini.
“Semuanya untuk pedagang di Pasar Antasari. Kalau soal adanya pengunjung yang mendapatkan vaksinasi, saya kurang tahu karena saya memantau berpindah-pindah. Tidak menetap di satu titik saja. Mungkin pada saat saya tidak ada di sana mereka bisa masuk,” tutupnya.
Lantas, apakah itu bisa disebut sebagai kurang adanya koordinasi antara Dinkes dan Disperdagin? Terkait hal ini, Tezar tampak enggan mengatakan bahwa hal yang terjadi akibat karena kurangnya koordinasi.
“Sebenarnya sudah saya sampaikan kepada staf di lapangan bahwa vaksinasi ini prioritasnya untuk pedagang. Mungkin ada sesuatu dan lain hal yang membuat mereka bisa divaksin dari Dinkes,” tutupnya. (Zak/K-3)