Banjarmasin, KP – Setiap datang bulan Ramadhan, wadai atau kue khas Banjar yang menggugah selera banyak bermunculan seperti Bingka, Amparan Tatak, Puteri Selat, Apam Barandam, Kararaban dan banyak lagi yang lainnya.
Namun, ada pula kue yang selalu diburu warga Banjarmasin untuk dijadikan sebagai menu berbuka puasa, namanya Ipau. Kuliner ini bertekstur lembut dan bentuknya berlapis-lapis.
Di antara lapisannya, ada beragam sayuran dan daging, serta tak ketinggalan siraman kuah santan kental di atasnya. Rasanya ada perpaduan antara manis dan gurih.
Dilihat bentuknya, kue Ipau ini serupa Lasagna. Makanan tradisional Italia berbahan pasta atau gandum yang sudah dicampur telur dan bertumpuk-tumpuk dengan isian daging dan sayur.
Konon katanya, kuliner yang satu ini pertama kali dibuat oleh warga keturunan Arab, dan Ipau merupakan nama orang yang pertama kali membuatnya. Maka, jangan heran bila nuansa kue Ipau identik dengan kuliner khas Timur Tengah.
Umi Dhifa, salah seorang pedagang kue Ipau di kawasan jalan Sulawesi, Banjarmasin Tengah, mengatakan, kue Ipau biasanya hanya dijual pada bulan Ramadhan saja, dan peminatnya pun cukup banyak.
“Rasanya gurih dengan tekstur yang lembut. Bahan dasarnya tepung terigu, isinya ada sayur-sayuran seperti kentang dan wortel dan juga ada potongan daging kecil-kecil, kemudian disiram dengan sedikit kuah santan,” ujarnya, Selasa (27/4/2021).
Menurutnya, kue Ipau banyak ditemui saat bulan Ramadhan saja. Pada hari-hari biasa, sangat jarang ada yang menjual kudapan yang satu ini. Meski begitu, di luar Ramadhan Umi Dhifa tetap memasarkan melalui online di media sosialnya.
“Alhamdulillah, peminatnya banyak, kue Ipau selalu habis dibeli orang. Untuk harganya bervariasi tergantung ukuran potongannya, mulai dari Rp 15 ribu yang potongan kecil, Rp 50 ribu ukuran tanggung, hingga Rp120 ribu yang berukuran besar,” terangnya lagi.
Kebanyakan, warga membeli kue Ipau yang sudah berupa potong-potongan persegi. Tetapi, ada pula yang membeli dengan ukuran satu loyang besar. “Biasanya, bila ada acara orang beli atau pesan yang berukuran besar,” ucapnya.
Di bulan Ramadhan ini, dalam sehari Umi Dhifa bisa menghabiskan 10 kilogram lebih tepung terigu sebagai bahan dasar membuat kue Ipau.
Pedagang lainnya di kawasan tersebut, Ani, mengatakan, ia hanya berjualan kue Ipau ketika Ramadhan saja. Di luar itu, ia tak menjualnya, kecuali jika ada orang yang memesan untuk dibuatkan.
“Iya, setahun sekali saja jualan kue Ipau ini, pas bulan Ramadhan saja. Kalau hari-hari biasa saya tidak jualan,” ungkap Ani, yang mengaku mendapat untung cukup lumayan dari menjual kue Ipau. (opq/K-1)