Banjarmasin, KP – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Banjarmasin juga digelar oleh jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Seperti yang ada di SDN Karang Mekar 5, di Jalan S Parman Banjarmasin. Siswa-siswi baru tampak antusias mengikuti PTM.
Sementara para orang tua, dengan sabar menunggu kepulangan sang buah hati di halaman parkir sekolah.
Di sekolah itu, siswa kelas I hingga kelas III hanya diperkenankan mengikuti pelajaran sedari jam 8 pagi sampai jam 11 siang. Sedangkan untuk siswa kelas IV hingga kelas VI, mengikuti pelajaran sedari jam 8 pagi sampai jam 11.30 siang.
Waktu yang diberikan itu sudah termasuk jam istirahat selama 15 menit. Tapi, istirahatnya hanya di dalam kelas. Tidak diperkenankan untuk berada di luar ruangan.
Kepala SDN Karang Mekar 5, Siti Atini menjelaskan, setiap rombongan belajar (rombel) di sekolah tersebut hanya diisi oleh 15 siswa.
Materi yang disampaikan dalam PTM ini berupa sosialisasi penerapan protokol kesehatan (prokes) dalam menghadapi Covid-19. Materi tersebut disampaikan kepada siswa baru maupun siswa lama.
“Sosialisasi prokes digelar selama dua hari. Disusul kemudian, materi pengenalan lingkungan sekolah yang juga digelar selama dua hari,” ucapnya, saat ditemui awak media, Senin (12/7) pagi.
Wanita yang juga menjabat sebagai Plt Kepala SDN Karang Mekar 1 itu menjelaskan bahwa pihaknya secara maksimal menerapkan apa yang diinstruksikan Disdik Kota Banjarmasin.
Siswa atau guru yang sakit tidak diperkenankan mengikuti PTM. Pun demikian dengan siswa atau guru yang berada di zona oranye.
“Untuk siswa, alhamdulillah tidak ada yang sakit. Tapi, untuk guru, di SDN Karang Mekar 5 ada satu orang yang sakit. Dan di SDN Karang Mekar 1 ada dua orang. Makanya, tidak diperkenankan mengikuti PTM,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai fasilitas pembelajaran jarak jauh (PJJ), Siti Atini pun mengaku menyediakannya. Maklum, menurutnya masih ada orang tua yang khawatir anaknya mengikuti PTM.
“Sedangkan siswa yang mengikuti PTM, orang tuanya kami ingatkan untuk menjemputnya tepat waktu,” tambahnya.
Terpisah. Salah seorang orang tua murid di SDN Karang Mekar 5, Amas Mulia, mengaku tidak khawatir mengizinkan anaknya mengikuti PTM. Yang dia inginkan, hanya agar anaknya bisa fokus belajar.
“Kalau daring, sulit mengawasinya. Bisa sambil menonton tv lah, bermain lah. Pokoknya sulit,” keluhnya.
Disisi lain, Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang kian merangkak naik. Data Dinkes Provinsi Kalsel per 11 Juli tadi menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin masih menjadi penyumbang kasus Covid-19 terbanyak.
Jika ditotal, angkanya mencapai 9.622 kasus. Rinciannya, kesembuhan berjumlah 9.163 orang, dirawat sebanyak 240 orang dan angka yang meninggal sebanyak 219 orang.
Lantas, bagaimana tanggapan Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina terkait hal itu?
“Kami sudah meminta izin dengan Pak Pj Gubernur Kalsel untuk menggelar PTM. Dan perpekannya, akan kami evaluasi,” ucapnya, di sela-sela memantau PTM di SMPN 1 Banjarmasin.
Ia tak menampik, bahwa ada permintaan dari Pj Gubernur Kalsel untuk tidak menggelar PTM dulu. Namun bagaimanapun menurutnya pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Kemudian, ia juga menyebut kalau pelaksanaan PTM ini sudah berulang-ulang tertunda.
“Di Surat Keputusan Bersama (SKB) IV Menteri, PTM dibolehkan asal berada di zona hijau. PTM ini kami pantau terus pelaksanaannya,” tegasnya.
Ibnu pun lantas kembali mengutip strategi gas dan rem yang digembar-gemborkan Pj Gubernur Kalsel. Artinya, segala lini digerakkan saja bila angka kasus positif Covid-19 mulai melandai. Namun, tarik tuas rem ketika kasus mulai kembali meningkat.
“Artinya kalau posisinya zona hijau dan kuning secara aturan memang masih diperbolehkan melaksanakan PTM. Tapi bagi zona oranye apalagi merah, itu diliburkan,” jelasnya.
Ia pun lantas meyakini, dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes) ketat dan segala metode yang diterapkan di sekolah, proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan hal yang dikhawatirkan tidak terjadi.
“Sehingga generasi kita tidak khawatir ketika mereka naik kelas tapi justru tidak bisa baca tulis. Mereka naik kelas tapi tidak mengenal teman-temannya. Karena berinteraksi juga adalah proses pendidikan,” ujarnya.
Lebih jauh, ia mengharapkan bahwa prokes ketat yang dijalankan di sekolah, bisa diterapkan dan disosialisasikan kepada orang tua di rumah. Secara sederhana, disiplin prokes di sekolah, bisa dibawa sampai ke rumah.
“Kami sangat menghargai orangtua yang mengizinkan anaknya turun PTM. Di sisi lain, kami juga memfasilitasi orang tua yang menginginkan anaknya untuk belajar daring. Saya rasa itu pilihan masing-masing orangtua,” tandasnya. (Zak/KPO-1)