Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Kenali Penyakit Filariasis

×

Kenali Penyakit Filariasis

Sebarkan artikel ini

Oleh : Denma Cahya Damsita
Mahasiswa Fakultas Bioteknologi UKDW Yogyakarta

Pendahuluan

Baca Koran

Penyakit Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta mengakibatkan gejala akut, kronis dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan microfilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, filariasis sering juga disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah kecacatan permanen. Penyakit filariasis atau penyakit kaki gajah tidak menyebabkan kematian, tapi jika tidak diobati akan menyebabkan cacat seumur hidup. Penyebaran penyakit filariasis banyak ditemukan di daerah katulistiwa, terlebih di daerah dataran rendah. Di Indonesia sendiri penyakit ini lebih banyak ditemukan di daerah pedesaan. Di daerah perkotaan hanya ditemukan penyakit kaki gajah yang dikarenakan cacing Wuchereria bancrofti. Penyakit kaki gajah tersebar luas di berbagai pulau di seluruh nusantara, se
perti di sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku dan Irian Jaya.

Jenis Cacing Filariasis

Filariasis terbagi atas filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit) dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan oleh anggota genus wuchereria (W. bancrofti) dan anggota genus brugia (B. Malayi dan B. Timori) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit. Penularan kaki gajah disebabkan oleh Cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori) yang akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang di dalam tubuhnya mengandung mikrofilaria/cacing filaria (Anopheles, Culex, Mansonia, dan Aedes). Ciri khas cacing filariasis : a. Wuchereria bancrofti, dengan ciri cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran kelenjar limfe (getah bening), bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu, tersebar di daerah beriklim tropis di dunia; b. Brugia malayi, dengan ciri cacing dewasa jantang dan betina hidup di pembuluh limfe (getah bening), berukuran 55 mm x 0,16 mm, terdapat di Asia, India, Jepang,
termasuk Indonesia; c. Brugia timori, dengan ciri cacing dewasa jantan dan betina hidup di pembuluh limfe (getah bening), cacing betina berukuran 21-39 mm x 0,1 mm, cacing jantang berukuran 13-23 mm x 0,08 mm, terdapat di indonesia bagian timur.

Baca Juga :  Hari Quds Internasional dan gerakan rakyat bela Palestina

Gejala Filariasis

Gejala yang ditimbulkan pada penyakit filariasis atau kaki gajah yaitu berupa demam selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat, pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan, adanya luka yang mengeluarkan darah dan nanah pada kelenjar getah bening yang meradang.

Pencegahan Filariasis

Pencegahan kaki gajah yaitu dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular, membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, melakukan 3M (menguras bak air, mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air) secara teratur, membersihkan semak-semak disekitar rumah, memasang kasa pada ventilasi, bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan ke dokter dan mendapatkan pananganan obat-obatan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada masyakarat, perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya, dan pemberantasan nyamuk sangatlah penting untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit kaki gajah.

Pengobatan Filariasis

Pengobatan kaki gajah dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat. Untuk pengobatan filariasis, baik secara perorangan maupun untuk pengobatan massal dalam jangka panjang, menggunakan obat DEC (Diethilcarbamazine Citrate). DEC bersifat membunuh mikrofilaria juga makrofilaria atau cacing dewasa. DEC bisa diberikan kepada semua orang berusia 2 sampai 70 tahun, tidak termasuk ibu hamil dan orang sakit, obat ini aman dikonsumsi sesuai anjuran dokter. Pengendalian filariasis dengan pemberian obat Diethylcarbamazine Citrat (DEC) sudah mengalami beberapa kali perubahan metode sejak dimulainya program pengendalian filariasis pada tahun 1970. Kemudian terbukti bahwa pemberian obat DEC dikombinasikan dengan Albendazole dalam dosis tunggal secara massal setahun sekali selama minimal 5 tahun berturut-turut sangat ampuh untuk memutus rantai penularan filariasis.

Iklan
Iklan