Iklan
Iklan
Iklan
EKONOMI

Pengetatan di Pulau Jawa Bikin Harga Sapi Tambah Mahal

×

Pengetatan di Pulau Jawa Bikin Harga Sapi Tambah Mahal

Sebarkan artikel ini

Banjarmasin, KP – Adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan Pemerintah Pusat untuk Pulau Jawa dan Bali berimbas pada naiknya harga sapi di Kalimantan Selatan.

Android

Hal itu dibeberkan oleh Pandi, salah satu pedagang sapi di Jalan RK Ilir, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin saat ditemui awak media di lokasi jualannya.

Salah satu pemasok sapi kurban di Kalimantan Selatan ini mengaku terpaksa menaikkan harga jual sapi miliknya lantaran adanya pembengkakkan biaya operasional pengiriman.

“Setiap wilayah (kabupaten) yang dilalui, orang yang mengantarnya harus mengeluarkan biaya rapid test antigen. Belum lagi pemeriksaan di pelabuhan,” keluhnya saat dibincangi awak media, Senin (5/7) siang.

Hal itulah yang membuat dirinya terpaksa menaikkan harga jual sapi miliknya sekitar Rp 2 Juta per ekor. Untuk harga jualnya sendiri paling mahal sekitar Rp 24 Juta, Rp 18 Juta, Rp 18,5 Juta, Rp 17 Juta sampai Rp 15 Juta.

“Harga yang tadi sudah termasuk yang naik. Tergantung dari bobot dan kondisi sapinya seperti apa,” jelas Pandi.

Selain mengeluarkan biaya tambahan untuk rapid test antigen yang dijelaskannya tadi, Pandi juga mengeluhkan adanya keterlambatan dalam proses pengiriman sapi dari pulau madura.

Apalagi jika ada orang yang mengantarkan sapi tersebut yang mengalami demam. Terpaksa pengiriman yang seharusnya dilakukan pada hari itu juga terpaksa ditunda selama satu bahkan dua minggu berikutnya.

Hal itu dikarenakan para pendamping atau yang mengantarkan sapi dalam pengiriman harus dipastikan negatif dari paparan Covid-19 terlebih dahulu melalui pemeriksaan lendir di saluran pernafasan manusia tersebut.

“Pengiriman sapi yang ada ini aja sudah lebih seminggu tertundanya. Gara-gara itu juga lebih 30 pelanggan saya pindah ke tempat lain,” keluhnya lagi.

Kemudian, ia juga memperkirakan penjualan hewan kurban di tahun ini lebih sepi dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga ia mengaku sedikit was-was ketika ingin menambah stok sapi.

“Soalnya di tahun kemarin, 250 ekor sapi laku pada H-15 hari raya Idul Adha. Sekarang baru sekitar 50 ekor yang dipesan orang. Makanya kami berpikir dua kali untuk menyetok lebih banyak sapi,” imbuhnya.

Keraguan itu muncul lantaran sapi yang tidak bisa terjual sampai lewat dari momen lebaran haji harganya menurun drastis. Sehingga terjadi banyak kerugian.

“Malah kerugian bisa lebih Rp 2 Juta per ekornya,” tukasnya.

Menurut Pandi, penurunan permintaan sapi yang terjadi saat ini kemungkinan dikarenakan adanya larangan berkumpul oleh pemerintah setempat.

“Jadi tak sedikit pelanggan kami ragu untuk membeli sapi untuk kurban. Mereka (calon pembeli sapi kurban) takut kalau ada kebijakan yang melarang untuk berkumpul. Sedangkan pelaksanaan kurban mau tidak mau pasti berkerumun dalam pelaksanaannya,” pungkasnya.

Kendati demikian, ia tetap berharap agar pandemi yang sekarang masih terjadi tidak memberi imbas dalam penjualan hewan kurban, khususnya sapi.

Hal senada juga diungkapkan, Syamsidi. Pemasok kambing jenis etawa untuk hewan kurban ini juga mengaku sedikit mengalami kendala dalam hal pengiriman kambing tersebut.

Namun, kendala yang dialami pria dengan sapaan H Isam ini, bukan karena biaya rapid test antigen bagi pendamping pengiriman kambing. Ia mengeluhkan adanya kendala yang dialami kapal yang membawa kambing pesanannya.

“Katanya, kapal yang membawa kambing milik kita ada kerusakan, khususnya yang melewati Pelabuhan Trisakti. Makanya kami berharap hal ini bisa segera diselesaikan agar seluruh pengiriman kambing ke Kalsel ini bisa lancar,” jelasnya singkat. (Zak/KPO-1)

Iklan
Iklan