Banjarmasin, KP – Membanggakan, dua bocah perempuan asal Kota Banjarmasin bernama Farah Latifa Andini dan Indira Licia Putri mewakili Kalsel berpantomim di tingkat nasional.
Keduanya membuktikan, pandemi tak menjadi halangan dalam berkarya bahkan bertanding untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) Tahun 2021.
Saat ditemui awak media, kedua bocah perempuan itu tampak menggemaskan ketika wajah keduanya sumringah dirias make-up.
Farah yang masih berusia 10 tahun dan Indira berusia 9 tahun merupakan peserta didik yang bersekolah di tempat yang sama. Yakni di SDN Sungai Miai 7, Kecamatan Banjarmasin Utara.
Soal bidang kesenian, kedua bocah ini bukan pendatang baru. Jauh sebelum berpantomim, mereka ternyata sudah mengenal dunia seni. Farah berangkat dari dunia modeling dan teater, Indira berangkat dari dunia tari.
Alhasil, seni berpantomim yang dijalaninya saat ini semakin menyatukan kedua bocah tersebut. Bahkan, di bulan September 2021 ini keduanya bakal bersaing dengan tim dari 31 Provinsi, di Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) secara daring, yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Mereka mengangkat tema ‘Indonesia Pulih’ yang menceritakan semangat anak-anak dalam berkegiatan, meskipun di masa pandemi Covid-19.
Setelah berdandan, Farah dan Indira bersedia untuk menampilkan sedikit cuplikan adegan yang dibawakan keduanya.
Ceritanya, dibuka oleh adegan keduanya yang tampak seperti orang yang sedang berpikir, lalu mendapatkan ide.
Sejurus kemudian. Farah melakukan adegan ‘moonwalk’ ala Michael Jackson, membuka rolling door lalu menyapa rekannya, si Indira. Di kejauhan, keduanya saling sapa, bercengkrama, bermain bersama, kemudian tertawa.
Saat cuplikan adegan itu diperagakan kedua bocah tersebut, Dina Setiana dan Erfiana Wijayanti tampak tersenyum. Dua wanita itu tida lain adalah ibu dari masing-masih bocah.
Selama adegan berlangsung, kedua bocah itu tak bisa berdiri terlalu dekat. Tampak seperti ada jarak yang memisahkan karena harus menerapkan protokol kesehatan.
“Menjaga protokol kesehatan, karena masih dalam suasana pandemi,” jelas Dina yang tidak lain adalah ibunda dari Farah.
Wanita berusia 41 tahu itu yang juga bertindak sebagai pengarah adegan, itu mengungkapkan bahwa dari adegan tersebut pihaknya ingin menonjolkan semangat anak-anak menghadapi pandemi.
“Kemudian, kami ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat, meski pandemi kita masih bisa produktif. Tentunya, dengan taat disiplin protokol kesehatan (Prokes),” tambahnya.
Dina menuturkan kedua bocah itu sejak awal memang antusias menggeluti dunia pantomim. Bahkan untuk bertanding di FLS2N saja, keduanya sudah berlatih keras sejak Februari lalu.
Dalam sepekan, kedua bocah itu berlatih dua hingga tiga kali. Bahkan, keduanya juga tak perlu disuruh lagi bila untuk sekadar latihan.
“Justru kami ini yang sering dipaksa keduanya. Ma, ayo Ma, latihan,” tuturnya, menirukan permintaan kedua pantomim cilik itu.
Kendati demikian, baik Dina maupun Erfiana mengaku bersyukur, berkat kerja keras itu, keduanya lolos ke hingga ke tingkat nasional. Bahkan keduanya juga mengaku tidak merasa ada kesulitan saat melatih keduanya.
Alasannya lantaran pantomim merupakan kemauan kedua bocah, itu tanpa sedikitpun paksaan.
“Sebagai ibu, kami hanya mendukung keinginan mereka. Saya pribadi juga tidak menerapkan pola hadiah untuk menyemangati Farah. Kita maunya mereka berekspresi sesuai dengan kemauan mereka sendiri tanpa adanya tambahan,” tambahnya.
Disamping itu, saat dibincangi awak media, Kedua bocah tersebut tampak malu-malu hendak berkomentar.
Tapi keduanya sepakat bahwa belajar pantomim tidak hanya seru dan lucu. Keduanya, juga jadi bisa sekaligus belajar keseriusan dalam hal menekuni sesuatu.
“Termasuk merias wajah, om. Kami suka merias wajah, lucu,” cetus keduanya dengan polos. (Zak/KPO-1)