Banjarmasin, KP – Keseruan bermain permainan tradisional memang tak ada duanya. Salah satunya dengan bermain layang-layang di alam terbuka.
Tawa dan senyum sumringah terlihat dari wajah para anak-anak yang asyik ketika menerbangkan benda berbentuk kubus tersebut di lahan perumahan Kompleks Herlina Perkasa, Blok Cengkeh, Kelurahan Sungai Andai, Kecamatan Banjarmasin Utara.
Mereka seakan lupa dengan gadget yang menjadikan anak-anak usia sekolah seakan terhipnotis sampai lupa dengan lingkungan sosialnya.
Tidak hanya anak-anak. Para remaja dan orang tua di komplek tersebut juga turun ke lapangan ikut menerbangkan layangannya.
Ternyata tak sekedar menerbangkan layangan, mereka juga beradu ketangkasan dengan menerbangkan layang-layang, di Banjarmasin adu ketangkasan layangan ini disebut dengan nama ‘Bategangan’.
Tak main-main, segala persiapan dilakukan, mulai dari layangan cadangan hingga benang gelasan khusus layangan adu.
Bahruddin salah satunya, ia sengaja membawa belasan lembar layang-layang dan benang gelasan yang harganya ratusan ribu untuk ikut berlaga dalam Bategangan itu.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut sering dilakukan guna menumbuhkan kecintaan terhadap permainan tradisional pada anak-anak.
“Daripada main game online, lebih baik anak-anak disini diajak main layangan,” ucapnya saat dibincangi awak media sembari menyiapkan layangannya.
Menurutnya, selain mengurangi intensitas bermain gadget. Bermain layangan juga bisa pertemanan bagi anak-anak.
“Karena banyak hal yang terjadi saat kita mau menerbangkan layangan. Kerjasama kelompok misalnya,” ujar Bahrudin.
Benar saja. Beda dengan pemain kayangan yabg sudah pro. Bagi anak-anak atau pemula, memerlukan dua orang untuk bisa menerbangkan layangan.
Dijelaskan Bahrudin, setelah terbang di ketinggian, layangan akan beradu dengan layangan lainnya dengan teknik sisit (tarik) atau lumbar (lepas).
Namun sebelum beradu, kedua peserta harus menyepakati teknik mana yang dipakai. Dan bagaimana penilaian oemenang dari adu ketangkasan main layang-layang.
“Ada yang sepakat pemenang itu adalah layangan yang mampu bertahan di ketinggian. Jadi layangan yang robek atau jatuh dan putus itu dianggap kalah,” ujarnya.
Disamping itu, pria dengan sapaan akrab Paman Udin itu menjelaskan. Meski ini merupakan adu ketangkasan layangan, namun mereka yang berlaga tidak ada kata marah dan kesal ketika kalah.
“Tujuan utama main layangan ini adalah silaturahmi dan menjalin komunikasi dengan sesama penikmat permainan tradisional. Yang pasti kami para tetua di sini sekalian nostalgia mengenang masa-masa kecil sewaktu bermain layangan,” pungkasnya. (Zak/KPO-1)