Banjarmasin, KP – Seakan menjadi limbah atau sampah biasa, masker yang digunakan untuk mencegah tubuh resiko tertular dari paparan virus Covid-19 saat ini banyak ditemukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih.
Hal itu terbukti ketika Kalimantan Post melakukan pengecekkan langsung ke lokasi TPA milik Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin tersebut.
Selain sampah yang menggunung, disana masih terlihat masker-masker bekas pakai yang berserakan di tengah tumpukan sampah atau limbah rumah tangga lainnya.
Padahal, alat bantu penyaring udara untuk pernafasan manusia itu masuk dalam salah satu kategori limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) yang kini menjadi satu dengan sampah rumah tangga, akibat tidak adanya pemilahan oleh warga.
Karena tidak menutup kemungkinan. Masker-masker bekas itu berasal dari orang sedang menjalani Isolasi Mandiri (Isoman), karena terpapar Covid-19.
Bahkan, Mama Aluh, salah satu pemulung di TPA yang berlokasi di Jalan Gubernur Soebardjo itu mengaku ada kekhawatiran ketika melihat masker bekas pakai yang dibawa truk pengangkut sampah.
“Memang ada rasa takut terserang penyakit kalau menyentuh itu, tapi mau tidak mau setiap hari kami harus berhadapan dengan hal seperti itu untuk mencari nafkah,” ungkapnya saat dibincangi awak media.
Ia membeberkan, masker bekas yang dimaksudnya tersebut banyak ditemukan di dalam kantong plastik bergabung dengan sampah rumah tangga lain.
“Banyak sampah masker di sini. Tapi maskernya sudah rusak jadi tidak kami pegang atau kami ambil. Apalagi dibawa pulang. Kami hanya mengambil plastik dan benda-benda berharga lainnya untuk menghidupi rumah tangga,” ujarnya singkat.
Ia juga menyayangkan, sikap oknum sebagian warga yang tidak memilah sampah dari rumah. Sehingga setibanya di TPA, masker-masker itu pun menjadi satu dengan sampah lainnya.
“Kita juga khawatir kalau kena penyakit. Jadi kalau ketemu itu (masker) kita kepinggirkan. Karena yang kita ambil cuma sampah seperti botol-botol plastik,” pungkas wanita berusia 53 tahun itu.
Hal senada juga dikeluhkan Diana, yang sehari-hari juga berprofesi sebagai pemulung di TPA. Wanita berusia 46 tahun itu mengaku sering kali menemukan sampah masker bekas, saat ingin memungut sampah botol-botol plastik.
“Sering tidak sengaja kepegang masker bekas. Terkadang berserakan terkadang masih dibungkus. Lalu kita singkirkan saja. Memang sulit juga untuk memisahkan, karena sudah menjadi satu dengan sampah lain,” ungkapnya.
Sementara itu. Rustam, Koordinator Lapangan di TPA Basirih mengaku juga mengkhawatirkan hal yang sama dengan para pemulung.
Karena bisa saja, sampah masker-masker bekas itu berasal dari orang yang terpapar Covid-19. Sehingga tak menutup kemungkinan mereka pun juga ikut terpapar.
“Kami juga khawatir. Karena masker-masker bekas ini terkumpul di tempat kita (TPA), apalagi kita tidak tahu orang yang sebelumnya mengenakan masker ini terpapar penyakit atau tidak ” tuturnya.
Ia pun berharap, adanya kesadaran masyarakat agar bisa memisahkan terlebih dahulu antara limbah medis dengan sampah rumah tangga sebelum dibuang ke TPS.
“Kita sangat berharap agar kedua jenis sampah ini jangan bercampur. Terserah masker-masker bekas itu mau dikubur atau dibakar. Asal jangan digabung,” harapnya. (Zak/KPO-1)