Banjarmasin, KP – Penghapusan mural sindiran di tembok beton eks-Pelabuhan Martapura Lama (Mala) oleh aparat Satpol-PP Kota Banjarmasin pada Rabu (18/8) yang lalu rupanya menjadi pemicu munculnya mural-mural yang lain.
Pasalnya, pasca kejadian tersebut, karya seni menulis kalimat yang bernada kritikan terhadap penanganan pandemi itu di berbagai sudut Kota Banjarmasin. Salah satunya di perempatan Jalan S Parman.
Bahkan, Pemko Banjarmasin pun mendapat berbagai macam kritikan dari para pengamat dan dosen gara-gara keputusannya untuk menghapus mural “Wabah Sebenarnya Adalah Kelaparan” tersebut.
Tidak hanya itu, lokasi pertama kali munculnya mural sindiran tersebut bakal dijadikan kanvas bagi para seniman mural lainnya untuk melukiskan mural-mural serupa.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin, Hajriansyah saat ditemui awak media di lobi Balai Kota, Sabtu (4/9) kemarin.
Dibeberkannya, rencana melukis mural di sepanjang tembok beton yang berlokasi di Jalan RE Martadinata tersebut akan dikemas dalam bentuk festival.
“Rencananya akan ada lomba festival mural menanggapi yang kejadian kemarin. Lokasinya sama dengan mural yang kemarin dihapus,” bebernya.
Hajri mengaku, dirinya terlibat di dalam perhelatan lomba karya seni rupa tersebut sebagai salah satu kurator.
“Insyaa Allah, disana (festival mural) saya nanti yang jadi salah satu kuratornya,” ungkap Hajri.
Saat ditanya kapan rencana festival mural tersebut akan diselenggarakan, Hajri mengaku bahwa pihaknya masih menunggu informasi lebih lanjut dari pihak penyelenggara.
“Nanti akan ada pers rilisnya, setelah itu baru masuk ke tahap pengerjaannya,” ujarnya.
Disamping itu, ia menegaskan, bahwa festival mural tersebut bukan diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Kota Banjarmasin.
“Bukan kita yang menyelenggarakan, ini inisiatif dari kawan-kawan seniman yang merespon kejadian kemarin (penghapusan mural),” imbuhnya.
Kemudian, ia memastikan, bahwa tembok yang dijadikan sebagai kanvas dalam festival mural nanti akan dirancang sedemikian rupa agar tidak terlihat mengotori atau acak-acakan.
“Ini melibatkan pelukis-pelukis profesional, supaya nanti disana bisa terlihat bagus,” pungkasnya.
Disamping itu, pihaknya meminta agar Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin sebagai pemegang otoritas dalam sebuah pengambilan kebijakan harus bijak dalam melihat menjamurnya mural di Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini.
“Otoritas setempat harus melihatnya sebagai hasil seni. Karena mural bukan seperti coretan-coretan dinding biasa,” tekannya
“Untuk para pembuat mural juga harus tanggung jawab untuk menyelesaikan karyanya supaya itu dianggap sebagai sebuah karya seni,” tuntasnya. (Zak/KPO-1)