Banjarmasin, KP – Membeli pakaian adalah sebuah kebutuhan. Biasanya orang-orang akan mengincar pakaian baru yang sedang trend atau bermerk terkenal.
Jika sebelumnya membeli pakaian lebih ditujukan pada barang yang baru, kini banyak orang yang mulai beralih dan melirik ke pakaian bekas pakai.
Membeli baju dan celana bekas memang sudah ada sejak dahulu. Tetapi, dulu lebih diidentikkan dengan pakaian murah lantaran tidak sanggup membeli yang baru.
Namun, zaman telah berubah. Membeli pakaian bekas kini menjadi salah satu pilihan gaya hidup. Aktivitas membeli barang yang lebih murah karena bekas pakai ini sering dikenal dengan istilah thrift.
Salah seorang pelaku usaha yang terjun di bisnis thrift shop ini adalah Zanuar Agus Machmuda, warga Handil Bakti, Komplek Griya Permata Bakti Lestari, jalur 4 RT 44, Batola.
Owner Thrift Shop Your EX ini memulai usahanya baru beberapa bulan terakhir, tepatnya mulai Juni 2021 lalu. Agus, sapaannya, mengaku, pada mulanya ia hanya coba-coba saja terjun di bisnis pakaian bekas layak pakai ini.
“Awalnya sih coba-coba saja. Lama-lama makin serius. Idenya pun muncul tanpa disengaja, waktu ngobrol dengan teman-teman tentang usaha apa yang prospeknya bagus saat ini dan bisa jangka panjang. Lalu, teman saya menyarankan untuk mencoba bisnis pakaian bekas,” ujarnya, saat dibincangi Kalimantan Post, kemarin.
Ide merintis pakaian bekas import ini merupakan perkembangan unit usaha barunya. Usaha pendahulunya, adalah pemasangan depo isi air ulang, supplier air isi ulang, termasuk perawatan dan suku cadang yang bernama Bima Tirta.
Di toko pakaian bekas import, yang bersebelahan dengan tempat tinggalnya, Agus menyediakan berbagai macam jenis pakaian, seperti hoddie, crewneck, tracktop, hoddie zipper, T-Shirt, kemeja denim, celana jeans, celana tranning hingga celana pendek.
“Semua jenis tersedia, untuk pria, wanita, dewasa dan anak-anak. Banyak merk ternama, seperti Adidas, Nike, Under Armour, Stussy, Givenchy, Zara, Billabong, Ripcurl, Champion, GAP, dan banyak lagi merk lainnya,” jelasnya.
Dalam menjalankan usaha thrift shop, Agus dibantu oleh isteri dan keponakannya. Lantaran baru memulai, ia tak mau menyetok barang lama-lama. Setiap barang yang datang harus cepat terjual, meskipun untungnya tipis.
“Kalau di awal ini yang penting barang cepat keluar dulu. Kita maunya tiap bulan harus open bal (karung) atau masuk barang yang baru. Makanya, kita jual juga tidak mahal-mahal, kita ingin lebih dikenal banyak orang dulu,” ungkap ayah 2 orang anak ini.
Untuk harga, ia mematok mulai Rp 20 ribu sampai Rp 150 ribu. Tergantung kondisi barang dan merknya. Rata-rata kondisi pakaian bekasnya antara 85 persen hingga 95 persen.
“Bahkan, barang yang datang juga ada yang masih baru,” tutur Agus, yang mendatangkan pakaian bekas dari penyuplai langganannya di Batam, Surabaya, dan Bandung.
Selain dipasarkan secara offline, Agus juga memasarkan lewat media online Instagram. “Bisa lihat-lihat contoh pakaian yang kita jual di akun @yourex.ind,” katanya.
Meski pakaian bekas, untungnya tak bisa dianggap recehan. Agus bilang, dalam 1 bal bisa meraup keuntungan hingga 200 persen. “Omzetnya sekarang Rp 30 jutaan, dari modal awal Rp 7,5 juta,” sebutnya.
Agus menambahkan, pakaian bekas layak pakai ini berasal dari Jepang, Korea dan Australia. Dalam 1 bal isinya sekitar 200 lembar baju ukuran dewasa. Sementara, kalau baju anak-anak isinya mencapai 600 lembar per bal.
“Mulanya mendatangkan 1 bal saja, karena takut tidak laku. Tapi, ternyata peminatnya sangat tinggi. Alhamdulillah, karena banyak yang beli, modal cepat balik. Jadi, saya langsung order lagi. Selama jalan 3 bulan ini sudah mendatangkan 5 bal,” bebernya.
Sebelum dijual, tambah Agus, pakaian terlebih dahulu dilaundry, lalu diseterika uap.
“Konsumen pasti lebih tertarik jika barang yang dijual terlihat bersih, rapi dan wangi,” tuntasnya. (opq/KPO-1)