Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Pentingnya Berani Berkata “Tidak” pada Remaja dalam Menolak Narkoba

×

Pentingnya Berani Berkata “Tidak” pada Remaja dalam Menolak Narkoba

Sebarkan artikel ini

Oleh : Periwati Pristiana Kusuma, S.Psi
Penyuluh Narkoba

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja merupakan tahapan perkembangan manusia yang merupakan peralihan dari masa kanak kanak ke usia dewasa dengan rentang usia 10-18 tahun. Sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Dalam tahap perkembangan tersebut, banyak perubahan baik fisik maupun emosional yang cukup signifikan antara lain perubahan hormonal, perubahan bentuk tubuh, perubahan sosial dan perubahan kepribadian. Pada masa peralihan tersebut remaja banyak membutuhkan penyesuaian baik penyesuaian diri maupun penyesuaian sosial.

Baca Koran

Dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, remaja rentan dengan perilaku konformitas yaitu kecenderungan individu untuk mengubah persepsi, opini dan perilaku mereka sehingga sesuai atau konsisten dengan norma-norma kelompok (Suryanto, Pengantar Psikologi Sosial. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga). Pada usia remaja, diterima dalam pertemanan adalah sesuatu yang sangat penting, oleh sebab itu tidak jarang remaja rela mengikuti apa yang diinginkan oleh kelompoknya meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau minatnya. Jika kelompoknya memiliki kebiasaan baik, tentunya hal tersebut tidak menimbulkan dampak negatif kedepannya, beda halnya jika yang dilakukan oleh kelompoknya adalah hal yang destruktif, toxic, dan membahayakan seperti contohnya penyalahgunaan narkoba. tentunya perilaku konformitas menjadi suatu hal yang perlu menjadi perhatian bagi orang tua.

Seperti yang sudah diketahui, ancaman peredaran gelap narkoba kini sangat mengkhawatirkan, usia pertama kali menyalahgunakan narkoba menurut Indonesian Drug Report 2019 yaitu berkisar antara 17–19 tahun. Dapat diartikan bahwa pada usia remaja, sangat rentan untuk terpapar penyalahgunaan narkoba. Kemampuan asertif perlu dikembangkan agar remaja bisa memiliki kontrol terhadap dirinya, termasuk kontrol dalam kemampuan menolak saat ada teman atau orang asing yang menawarkan narkoba. Remaja harus bertindak tegas terhadap hal yang berbahaya dan berefek negatif terhadap dirinya. Pentingnya kemampuan remaja untuk menolak dan berkata ‘tidak’ menjadi suatu hal yang sangat penting. Kemampuan ini disebut sikap asertif, yaitu sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. Sikap ini penting untuk dimiliki banyak orang. Namun, sikap ini tidaklah muncul dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk dengan proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu hal
hal seperti pola asuh orangtua, lingkungan, budaya juga membentuk seseorang untuk bersikap asertif. Sikap asertif diperlukan agar dapat jujur dan terbuka dalam mengungkapkan perasaan dan pendapat kepada orang lain serta dapat membantu dalam proses mengenali diri sendiri mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain terhadap diri. Tentunya terdapat berbagai cara untuk melatih sikap asertif dalam kehidupan sehari hari, antara lain sebagai berikut : 1. Tanamkan dalam hati bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang

Baca Juga :  Menolak "Pikun" Kecurangan Pemilu

Tidak ada yang salah dengan penolakan, tidak semua keinginan orang lain harus mampu kita wujudkan. Terkadang harus mengutamakan diri sendiri dibandingkan orang lain, bukan berarti harus bersikap egois, namun berani berkata ‘tidak’ merupakan salah satu bentuk dalam menjaga dan mencintai diri sendiri; 2. Buatlah batasan. Setiap orang hendaknya memiliki batasan atau yang sering disebut dengan ‘boundaries’, sehingga orang lain, akan lebih menghormati privasi tanpa mencampuri urusan lebih dalam. Ketika sudah memiliki ‘personal boundaries’ maka akan lebih mudah untuk menunjukkan kepada orang lain perilaku yang dapat terima atau tak dapat diterima; 3. Berlatih untuk tenang dan ramah saat berbicara. Seringkali merasa ‘tidak enak’ untuk mengatakan ‘tidak’ atau menolak permintaan orang lain. Namun dengan cara berkomunikasi yang baik, lawan bicara pasti akan mengerti dan tidak terluka perasaannya. Hal itu bisa dimulai dengan nada suara yang tenang, senyuman dan pujian terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. Sebagai
contoh “Wah kelihatannya seru sekali, tapi aku sedang ada kesibukan lain jadi maaf banget aku tidak bisa ikut bergabung, mungkin lain kali ya”. Hindari kalimat agresif yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Tidak semua penolakan dilakukan dengan kata-kata yang kasar dan negatif; 4. Berani menyampaikan pendapat

Perlu kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapat kepada orang lain, terkadang takut terjadi perbedaan pendapat dan adanya konflik yang akan timbul. Padahal beda pendapat itu hal yang wajar dan lumrah terjadi. Hendaknya tidak memaksakan pendapat meskipun yakin bahwa pendapat itu benar.

Jika sudah mempelajari cara cara di atas untuk bersikap asertif, maka perlahan akan memiliki kemampuan dalam mengungkapkan perasaan dan pendapat tanpa menyakiti hati orang lain. Asertif selalu mengedepankan ‘win-win solution’ artinya tidak ada pihak yang merasa tersakiti atau terluka perasaannya. Oleh sebab itu asertif berbeda dengan agresif, agresif lebih mengutamakan ‘win lose solution’, agresif cenderung memaksakan kehendak kepada orang lain dan tidak memedulikan perasaan orang lain.

Baca Juga :  Indonesia Mantap Menuju Swasembada Pangan

Sikap asertif selain perlu dilatih, juga harus mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Orang tua perlu ikut andil dalam mengembangkan keterampilan komunikasi asertif. Pola komunikasi dalam keluarga dapat menentukan terbentuknya sikap asertif pada anak. Keluarga yang tidak harmonis dapat membuat anak kurang mampu mengekspresikan emosi, sehingga membuat anak menjadi pribadi yang tidak mampu menolak karena ketakutan untuk diabaikan. Oleh karena itu sikap asertif terbentuk dari dukungan banyak pihak dan melalui latihan dalam kehidupan sehari hari.

Melalui sikap asertif diharapkan remaja lebih percaya diri dan mengenal dirinya sendiri dan tidak dikendalikan oleh orang lain dalam memutuskan dan berpendapat mengenai sesuatu dan tentunya dapat tercipta ketahanan diri remaja dalam menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Iklan
Iklan