Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Banjarmasin

Banyak ODHA Alami Diskriminasi

×

Banyak ODHA Alami Diskriminasi

Sebarkan artikel ini
IMG 20211227 WA0037 scaled
Curhat - Salah satu pengidap HIV di Banjarmasin mengeluarkan unek-unek dihadapan Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina tentang keluh kesahnya selama divonis sebagai penderita HIV (KP/Zakiri)

Banjarmasin, KP – Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) di Kota Banjarmasin seringkali mendapat diskriminasi di masyarakat, khususnya pengidap penyakit yang berada di Kota Banjarmasin.

Baca Koran

Ketua Komunitas Peduli HIV Aids Kalsel, Siti Jubaidah membeberkan, hal tersebut terjadi lantaran masih kurangnya edukasi yang diterima masyarakat mengenai penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia itu.

Karena itu menurut Jubaidah, edukasi penting dilakukan. Lantaran masih banyak yang menstigma negatif tentang HIV Aids.

Alhasil, diskriminasi di tengah masyarakat pun menurutnya menjadi lumayan tinggi.

“Macam-macam, ada yang dijauhi dan lain sebagainya,” jelasnya.

Lebih jauh, walaupun diterima di masyarakat, terkadang ada pula pengidap yang menstigma dirinya sendiri. Untuk itulah, menurut Jubaidah, pentingnya edukasi.

Namun, terlepas dari hal itu, kini Jubaidah mengaku dapat bernapas sedikit lega, lantaran upaya pihaknya bersama masyarakat, akhirnya didengar juga oleh pemerintah.

Salah satunya, dengan adanya komitmen Pemko Banjarmasin, yang menyediakan bantuan berupa anggaran.

“Alhamdulillah setelah beberapa kali audiensi, advokasi, akhirnya direspons dengan baik,” ucapnya.

“Sebelumnya, kami sempat kesulitan. Bahkan terabaikan,” ungkapnya.

Jubaidah pun lantas mencontohkan ketika mereka terabaikan itu. Yakni, mati surinya Komisi Penanggulangan HIV Aids Kota Banjarmasin.

“Tahun 2017 sudah mati suri. Dan tahun 2018 itu terakhir berkegiatan, kolaps lantaran tak ada dukungan pendanaan dari pemerintah. Tapi kini, syukurlah, ada anggaran yang dialokasikan untuk pencegahan HIV,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini masih menghantui Kota Banjarmasin sedikit banyaknya juga mempengaruhi bertambahnya kasus HIV Aids.

Ia menilai, di tengah pandemi, pengidap atau pun tidak, menjadi tak berani ke tempat pelayanan penanganan HIV.

“Kemudian, ada pula yang putus obat, karena takut ke rumah sakit lantaran pandemi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Segera Tangani Pemukiman Warga Terdampak Banjir

Soal lain, yakni lantaran mereka yang berisiko tinggi tertular lebih menjadi tertutup. Alhasil, edukasi pun menjadi susah dilakukan.

Ia pun mengharapkan, adanya pendanaan itu bisa menjadi dasar untuk kembali membantu melakukan upaya pencegahan. Misalnya, sosialisasi tentang HIV Aids ke sekolah-sekolah, masyarakat, ke warga peduli HIV Aids.

“Tujuannya, supaya bisa mendeteksi lebih dini, dan mereka yang menganggap dirinya berisiko, bisa sadar diri untuk pergi ke pelayanan penanganan HIV,” jelasnya.

“Kita sadar, fenomena HIV Aids seperti gunung es. Terlihat kecil di luar, tapi di dalamnya sangat besar,” pungkasnya. (Zak/KPO-1)

Iklan
Iklan