Oleh : Haniffah Sri Rinjani
Mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi
Universitas Sari Mulia
Dalam dunia yang semakin memiliki khas berdampingan dengan teknologi, tanpa disadari revolusi di sekitar sangat berkembang pesat. Dulu harus pergi ke kampus untuk bisa mendapatkan ilmu, sama halnya juga seperti ke pasar, dulu pergi ke pasar untuk mendapatkan sayuran, makanan dan sebagainya, kemudian juga dulu harus ke bank untuk dapat mengambil uang.
Namun sekarang akses tersebut dapat dilakukan dengan mudah, direvolusi digital yang semakin memukau ini memungkinkan tidak perlu lagi ke kampus, pasar, ataupun bank. Karena semua hal tersebut akan datang sendiri. Kemudian yang menjadi pusat dalam perkembangan tersebut yaitu ledakan Non-degree.
Sekarang sudah mulai melihat lahirnya orang-orang yang dibesarkan dengan mendapatkan pendidikan dari dunia online, bahkan marak muncul yang disebut gerakan do it yourself, namun hal tersebut menjadi perbincangan dan membuka statement di kalangan, bahwasannya tidak diperlukan lagi perguruan tinggi. Profesor Rhenald Kasali mengatakan, statement seperti itu tidak bisa dikatakan 100 persen bahwa tidak diperlukannya lagi perguruan tinggi.
Barangkali perlu membedakannya, apa perbedaan dari sesuatu yang kalau didapatkan bersifat pop-up atau sesuatu yang didapat dengan mudah, kemudian bisa mempelajari dengan cara yang metodelogis.
Apa perbedaan antara dua hal tersebut? Jika menggali ilmu melalui perguruan tinggi, maka sesungguhnya yang didapat adalah struktur. Ibaratnya membangun sebuah gedung maka disitu ada strukturnya. Kita dengan mudah untuk melihat struktur bangunan, melihat beton, melihat konstruksi dan pondasinya, itulah pendidikan tinggi yang dimaksudkan dengan adanya struktur bisa melakukan inovasi karena mempunyai vest yang kuat. Kalau memiliki pondasi yang kuat maka bisa memiliki bangunan yang kuat kokoh angkasa.
Celakanya banyak sekali orang yang menduduki bangku perguruan tinggi hanya untuk mendapatkan gelar yang dimana akibat dari pemikiran tersebut pondasi yang dibangun tidaklah kokoh. Padahal dengan berpendidikan yang semakin tinggi, maka kesiapan dalam karakter benar-benar tumbuh, dimana dengan berpendidikan diajarkan untuk dapat lebih rendah hati, lebih fleksibel dan tentu saja orang yang cerdas memiliki kognitif flexibility.
Bagaimana seseorang bisa memiliki flexibility dalam hidupnya, karena mampu melihat dari beragam perspektif, bisa melihat suatu persoalan secara lengkap dan utuh dan kemudian bisa menyederhanakan persoalan karena mampu menguasai. Itulah makna kalau mendapatkan pendidikan yang terstruktur pendidikan tinggi bukan berarti harus menjadi semakin kaku.
Oleh karena itu, harus mendata yang benar dari sebuah pendidikan tinggi selanjutnya di sini yang bisa dikatakan dunia baru ataupun dunia pop-up semua orang bisa mendapatkannya. Kemudian dalam dunia online ini banyak sekali pengguna yang juga memiliki struktur, namun tidak semuanya senang menggali struktur tersebut.
Karena untuk mendapatkan struktur itu seseorang perlu menggali hingga berkali-kali, dengan cara mencari referensi, belajar dengan giat, mendalami apa yang dikerjakan sehingga pengumpulan ilmu yang digali akan menghasilkan struktur dengan baik.
Menjadikan sesuatu yang indah kemudian meremehkan bahwasannya dapat mendapatkan itu dengan hal yang instan, maka tidak akan bisa mendapatkan struktur yang baik. Banyak orang yang menghindari untuk bisa menuju ke dalam struktur yang keras, seakan-akan dengan mendapatkan secara online yang serba instan bisa menghasilkan kehidupan, tentu saja hal seperti itu sangat berbeda dengan dunia perguruan tinggi.
Kita dapat membedakannya sama seperti mendengarkan musik ada musik klasik ada musik pop, budaya juga ada budaya klasik ada budaya pop. Apa bedanya jika menonton musik klasik maka harus mengikuti aturannya, cara berpakaian, mendengarkan musik dan juga harus berpikir bayarannya pun tidak murah kemudian selama menonton tidak boleh bercakap-cakap, bahkan untuk batuk saja harus tahan.
Tapi sebagian orang tidak mudah mencerna lagu-lagu itu tapi sebagiannya pula dapat menikmatinya, itulah musik klasik agak sedikit berat berbeda dengan musik pop dimana artisnya sangat terkenal, kemudian dinikmati oleh jutaan orang.
Dan dalam tempo sekejap begitu masuk ke dalam ruangan kaki sudah bisa goyang-goyang, kepala sudah bisa bergerak-gerak, tangan ikut menari-nari dan lain sebagainya itulah budaya musik pop, usianya sangat pendek cepat hilang, tapi musik klasik kekal abadi setiap generasi bisa menikmatinya dan umurnya cukup panjang. Bagaimana bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang baik yaitu dengan memahami dunia pendidikan.
Pendidikan tinggi tetap penting seorang perlu bertahan perlu bekerja keras membangun pondasinya tapi pondasi ini harus dibangun dengan kelenturan. Oleh karena itu, maka pengetahuan yang solid dan luas yang bisa melihat dari beragam perspektif itu sangat penting melatih kognitif seperti misalnya, bermain game juga sangat penting karena di situ bisa mendapatkan kognitif flexibility, dengan berlatih strategi level 1 gagal kemudian coba lagi, coba lagi sampai mendapatkan kehebatan disana.
Bukan kecanduan itu adalah hal seperti itu untuk melatih fondasi dan fondasi ini harus dilengkapi pula dengan kemampuan untukmendapatkan hal yang baru jadi selagi sedang menikmati pendidikan non-degree atau yang sedang terperangkap dalam pendidikan degree dan beranggapan bahwa degree akan bisa menghantarkan Anda selama-lamanya. Kita tidak bisa membenarkan hanya salah satu, maka lengkapilah ilmu pengetahuan sehingga menjadi manusia yang tangguh manusia yang selalu relevan dalam menghadapi beragam situasi karena mengikuti perkembangan dan memiliki pondasi yang kuat.