Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Lima Hari Kehabisan Migor
Ropiah Terpaksa Rebus & Kukus Masakan

×

Lima Hari Kehabisan Migor<br>Ropiah Terpaksa Rebus & Kukus Masakan

Sebarkan artikel ini
Hal 10 3 Klm Migor 1
MINYAK GORENG - Ropiah, warga Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan, terlihat senang saat membeli minyak goreng di operasi pasar Disperdagin Kota Banjarmasin. (KP/Zakiri)

Banjarmasin, KP – Kelangkaan minyak goreng (migor) yang masih terjadi di Kota Banjarmasin memaksa para ibu rumah tangga harus memutar otak agar dapur tetap ‘ngebul’.

Seperti yang dialami Ropiah, warga Kelurahan Mantuil Kecamatan Banjarmasin Selatan itu terpaksa mengubah cara menyajikan masakan dengan cara menggoreng, ke kukus dan rebus.

Baca Koran

Ia menceritakan, hal tersebut ia lakukan lantaran sudah lima hari kehabisan stok minyak goreng untuk memasak hidangan yang disantap keluarganya di rumah.

“Sudah lima hari saya memasak pakai cara digodok (direbus) dan dikukus. Soalnya minyak goreng habis,” ucapnya disela mengantre pembelian minyak goreng di halaman kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin, Selasa (15/03) siang.

Selain itu, ia mengaku sulit mencari minyak goreng di pasaran maupun kios sembako di sekitar kediamannya gara-gara sering tak kebagian.

“Kalaupun ada, harganya juga lebih mahal dari biasanya,” keluh ibu berusia 47 tahun itu.

Dengan alasan itulah, Ropiah rela menempuh jarak yang jauh dari Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan, ke lokasi Operasi Pasar yang digelar Disperdagin Banjarmasin di Jalan Simpang Tangga, Kelurahan Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara.

“Tidak apa-apa jauh, yang penting bisa beli minyak goreng dengan harga standar, yakni Rp14 ribu per liternya,” imbuhnya.

Ia mengaku sangat bersyukur atas digelarnya operasi pasar yang belakangan rutin digelar oleh Disperdagin Kota Banjarmasin.

“Kami para ibu-ibu sangat terbantu. Apalagi sekarang minyak goreng lagi langka dan mahal,” ungkapnya.

Selain Ropiah, juga ada warga Kabupaten Barito Kuala (Batola) yang ikut berjejal dalam antrian yang mengular di halaman Kantor Disperdagin Banjarmasin. Yakni Ricky Yamani.

Ayah satu anak itu mengaku ikut mengantri sejak pagi di gelaran operasi pasar tersebut dengan menggendong anak balitanya untuk membantu istrinya yang kesulitan mendapatkan minyak goreng.

Baca Juga :  Terobosan Besar! UMBJM Mantapkan Langkah Mendirikan Fakultas Kedokteran bersama UMS dan RS Islam Banjarmasin

“Soalnya istri saya kesulitan dapat minyak goreng. Walaupun di ritel modern ada menjual migor dengan harga standar, tapi selalu tak kebagian. Sedangkan diluar mahal harganya,” ujarnya.

Karena alasan itulah, pria kelahiran tahun 1987 itu rela menyeberangi batas kota dari tempat tinggalnya di kawasan Handil Bakti. “Ini (operasi pasar) sangat membantu kami,” pungkasnya.

Benar saja. Sejak terjadi kelangkaan Minyak Goreng (Migor) akhir 2021 lalu, Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin gencar melakukan Operasi Pasar.

Jika dihitung-hitung, sudah digelar belasan kali Operasi Pasar di berbagai titik, bekerjasama dengan pihak distributor.

Kepala Disperdagin Kota Banjarmasin, Ichrom Muftezar mengatakan, bahwa kegiatan operasi pasar kali ini merupakan yang ke-18 kalinya digelar pihaknya.

“Hari ini Kita sediakan 3.204 liter Migor dengan harga Rp13.500 per liter. Juga ada gula pasir kita sediakan 1 ton, dengan harga jual 12.800 per kilogram,” ucapnya,

Lantas, adakah pengaruhnya dengan Migor di Banjarmasin yang saat ini sulit didapatkan?

Terkait hal itu, Tezar menyebut bahwa pelaksanaan Operasi Pasar hanyalah bentuk penanganan jangka pendek. Sedangkan penanganan jangka panjang, diperlukan intervensi dari Pemerintah Pusat.

“Sementara ini Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan sistem subsidi. Kemudian dihilangkan, diganti dengan DMO CPO dari 20 persen naik jadi 30 persen dari total ekspor. Yang diekspor keluar, 30 persennya dialokasikan ke dalam negeri,” jelasnya.

“Mudah-mudahan nanti ada kebijakan baru lagi yang bisa menjadikan migor tidak dalam kondisi langka,” harapnya.

Lebih jauh, Tezar menjelaskan, bahwa tujuan digelarnya Operasi Pasar adalah untuk stabilisasi harga Migor di pasaran, yang saat ini diakuinya belum sesuai ketentuan.

“Kita masih mendapati pedagang di pasar rakyat yang menjual dengan harga diatas ketentuan. Dari Rp16.000 – Rp18.000 per liter,” pungkasnya.

Baca Juga :  Infrastruktur Jadi Keluhan Utama, Gusti Yasni Serap Aspirasi Warga Banjarmasin Tengah

Dimana seharusnya Menurut Tezar, untuk harga minyak curah Rp11.500 per liter, kemasan sederhana Rp13.500 per liter dan kemasan Premium Rp14.000 per liter.

“Semoga masyarakat terbantu dengan operasi pasar ini. Karena memang kondisi di pasar, Migor sulit didapatkan walaupun ada. Kita perkirakan ini dikarenakan masyarakat panic buying,” ungkapnya.

Ia membeberkan, belakangan ini pihaknya mendapati adanya pedagang yang menjual migor dengan sistem Bundling.

Artinya, jika ada warga yang ingin membeli minyak goreng, juga diwajibkan membeli komoditas lainnya seperti gula atau tepung. Misalnya di pasar Kesatrian dan Cemara.”Padahal itu bertentangan dengan UU No 5 tahun 1999,” tegasnya.

“Kita sudah melaporkan kondisi itu ke Pemerintah Provinsi. Kita masih tunggu arahannya. Kalau diharuskan kita sampaikan teguran secara tertulis atau lebih pada itu akan kita lakukan,” tuntasnya. (Kin/K-3)

Iklan
Iklan