Oleh : Ismail Wahid
Akademisi STAI Darul Ulum Kandangan
Salah satu di antara tanda terpenting bagi ketakwaan adalah shalat. Pertanyaannya apakah sudah rajin melaksanakan shalat shalat sesuai dengan yang diperintahkan. Apakah sudah melaksanakan shalat sebagai penyempurna bagi kekurangan–kekurangan ketika mendirikan shalat fardhu. Menurut sejarahnya, perintah shalat diterima oleh Rasulullah SAW. Ketika melaksanakan Isra dan Mi’raj. Bahwa, Nabi Muhammad SAW naik menuju Sidratul Muntaha dan bertemu secara langsung dengan Allah SWT. Pada saat itulah Rasulullah mendapatkan perintah shalat 50 kali sehari semalaman yang kemudian dikurangi menjadi 5 kali saja.
Pewahyuan yang secara langsung ini menjadikan shalat diyakini oleh para ulama sebagai sebuah ibadah yang pertama kali akan ditimbang kelak dihari pembalasan. Jika seorang hamba baik shalatnya, maka tentu akan baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya, jika seorang hamba jelek amalnya, maka berarti buruk pulah seluruh hidupnya.
Shalat adalah barometer amal seseorang. Maksudnya, shalat merupakan ibadah yang bisa menentukan baik buruknya amalan yang lain. Dalam sebuah hadits, Rasullah SAW bersabda, “Amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalat. Dan barang siapa yang baik shalatnya, maka baik pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya”. (Thaberani).
Jika shalat baik, maka seluruh amal akan ikut berpengaruh menjadi baik, Sebaliknya, jika shalat jelek, maka seluruh amal pun akan ikut jelek. Intinya, shalat bisa mempengaruhi baik buruknya amalan–amalan yang lain. Hal ini ditegaskan Allah SWT, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan–perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah–ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Ankabut : 45). Dalam ayat tersebut, Allah SWT. menyebut bahwa shalat memiliki kekuatan sebagai benteng diri, menjauhkan kita dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji ialah suatu perbuatan yang melanggar susila. Adapun perbuatan mungkar ialah segala perbuatan buruk yang berada di luar dari ketentuan agama Allah.
Namun kemudian muncul pertanyaan, jika shalat memang mempengaruhi amalan seseorang dan bisa mencegahnya dari berbuat keji dan mungkar, mengapa dalam kehidupan sehari hari banyak melihat orang yang terlihat rajin shalat tetap saja melakukan tindak tercela. Mengapa seakan–akan shalat tiada ada pengaruhnya dalam diri mereka. Tentu saja, shalat yang mampu membawa kebaikan terhadap amal yang lain dan bisa mencegah perbuata keji serta mungkar seperti disebut dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah shalat yang dikerjakan dengan sempurna, Dalam artian, shalat yang dikerjakan seseorang benar – benar sesuai dengan tuntunan Nabi SAW. Baik dari segi sisi praktek hingga sisa penghayatan (kekhusyuan) shalatnya.
Begitu banyak orang yang mengerjakan shalat, tapi akhlaknya tidak lebih baik dari yang tidak shalat, itu karena shalat yang dikerjakan hanya bersifat fisik belaka, shalat yang dikerjakan belum mampu menyentuh aspek terdalam dari hakekar shalat itu sendiri. Seorang ulama besar, Al–Maraghi, sangat tegas mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kita untuk mengerjakan shalat, yaitu dengan mendatanginya secara sempurna, yang memberikan hasil setelah shalat itu, yaitu mencegah perbuatan keji dan mungkar, baik mungkar yang nampak maupun yang tersembunyi sebagaimana firman Allah. Maka jika pengaruh itu tidak ada dalam jiwanya, sesungguhnya shalat yang ia lakukan itu hanyalah bentuk gerakan dan ucapan–ucapan yang kosong dari ruh ibadah, yang justru menghilangkan ketinggian dan kesempurnaan shalat”. Ibadah shalat memang tak cukup dilakukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Bukan semata-mata melakukan gerakan dan bacaan, melainkan senantiasa menghadirkan hati, dilakukan dengan keikhlasan, serta penuh kekhusyukan untuk mengingat Allah SWT. Hal ini berlaku pula untuk amal ibadah yang lain jika kita benar benar ingin mendapatkan ridha Allah.
Demikianlah fungsi shalat dalam kehidupan seorang muslim. Di momen bulan Rajab ini, marilah kita bersama sama meningkatkan ketakwaan dan membangun masyarakat yang Islami dan bermoral mulia, berakhlakul karimah dan berkerukunan serta berkesatuan melalui shalat. Marilah bersama sama kita tegakan agama Allah, agar beroleh keselamatan dan kesejahteraan di sepanjang usia. Aamiin.