Oleh : Saadah, S.Pd
Guru dan Pegiat Sosial
Menteri Agama mengeluarkan surat edaran (SE) terbaru terkait pelaksanaan kegiatan peribadatan di rumah ibadah. Menag meminta rumah ibadah memperketat prokes di tengah kembali melonjaknya kasus Covid-19 akibat adanya varian omikron. (republika.id, 07/02/2022)
Kemudian mengintruksikan agar pengurus dan pengelola tempat ibadah memberlakukan jarak maksimal satu meter antarjemaah dalam peribadatan salat, seiring dengan mulai melonjaknya kasus virus Corona (Covid-19) akibat varian SARS-Cov-2 B. (cnnindonesia.com, 07/02/2022)
Ketentuan itu diatur dalam Surat Edaran (SE) 04 Tahun 2022 yang ditandatangani oleh Menteri Agama, pada 4 Februari 2022.
“Mengatur jarak antarjemaah paling dekat 1 (satu) meter dengan memberikan tanda khusus pada lantai, halaman, atau kursi,” demikian bunyi poin keenam yang diatur dalam SE tersebut. (cnnindonesia.com, 07/02/2022)
Saat kasus Covid naik, selayaknya kebijakan pemerintah untuk penanganan dan penguncian wilayah segera ditegakkan. Namun terjadi banyak kesalahan kebijakan penanganan, justru yang paling dominan dipersoalkan adalah ibadah umat Islam. Bahkan publik merasa ada perbedaan perlakuan antarkasus kerumunan. Tindakan ini terkesan sebagai wujud inkonsistensi pemerintah dalam aturan protokol kesehatan, terbukti saat pemerintah menangani kasus kerumunan di Festival Citylink.
Ketua Harian Penanganan Covid-19 Kota Bandung mengatakan, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kegiatan Barongsai saat perayaan Imlek yang diadakan di Festival Citylink merupakan pelanggan berat sebab tidak memiliki izin dari yang berwenang. Selain itu, menimbulkan kerumunan di dalam gedung dengan sirkulasi yang tidak bagus. (republika,co.id, 03/02/2022)
Padahal kondisi Covid-19 memang belum berakhir, kemudian muncul varian baru lagi. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kasus Covid-19 varian omikron, makin melonjak pesat. Satgas Covid-19 mendata 37.492 kasus baru terinfeksi virus corona di Indonesia dalam 24 jam dengan demikian, total ada 4.580.093 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Sementara itu, jumlah orang yang meninggal akibat kasus Covid-19, bertambah 83 orang, menjadi sebanyak 144.719 orang. (kompas.com, 08/02/2022)
Maka sejauh mana konsistensi dan keseriusan pemerintah dalam menangani Pandemi ini. Karena fakta yang terjadi adalah kebijakan masalah Pandemi sering tidak konsisten dengan kenyataan. Bahkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional saat kondisi pandemi, sebagian besar dialihkan untuk pembangunan ibu kota negara yang baru. (m.tribunnews.com, 19/01/2022)
Masyarakat harus segera menyadari bahwa inilah konsekuensi hidup jauh dari pengaturan syariat Islam. Semua kebijakan hanya di dasarkan pada asas manfaat dan materi karena lahir dari produk pemikiran yang dangkal.
Setiap kebijakan yang diambil, bukan membuat terselesaikan masalah saat ini, tetapi yang terjadi makin menjauhkan masyarakat dari solusi yang benar. Bahkan makin menumbuhkan berbagai persoalan yang makin kompleks.
Maka solusi masyarakat saat ini yang paling penting adalah perlu solusi kebijakan yang benar yang lahir dari asas yang benar pula. Dari asas akal dan manfaat kepada asas akidah dan aturan Islam.
Islam sebagai sebuah agama dan sistem hidup memiliki strategi yang tepat untuk menangani wabah. Islam memberikan tuntunan terbaik untuk menghadapi dan menyelesaikan wabah hingga tuntas ke akarnya. Ketika negara mengambil kebijakan darurat masyarakat tidak akan kesulitan, apalagi mencegah dan membatasi mereka dari ibadah.
Upaya terpenting untuk mengatasi wabah adalah lockdown, sebagimana sabda Rasulullah SAW, “Jika kalian mendengar tentang tho’un di suatu tempat maka janganlah mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian berada di situ maka janganlah keluar, karena lari dari tho’un tersebut”. (HR Bukhari)
Penerapan seperti inilah yang harus di ambil oleh sebuah negara, karena telah terbukti mampu mengatasi wabah, tanpa harus ada kompromi dengan masalah ekonomi. Namun penerapan ini hanya akan terealisasi dalam sebuah sistem Islam, yang akan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh.
Namun kondisi saat ini, kita hidup dan diatur oleh sistem kapitalisme, yang landasannya adalah keuntungan materi. Kebijakan yang diambil harusnya adalah lockdown global serta benar, namun yang terjadi sebaliknya, akhirnya terjadilah ambruknya bidang kesehatan dan ekonomi.
Islam sebagai sebuah sistem hidup akan menangani wabah dengan cepat dan tanggap. Apabila menemukan penyakit menular di sebuah daerah, maka akan ditutup aksesnya sebagaimana hadis Rasulullah menangani wabah. Karena ketaatan adalah hal mendasar dalam sistem Islam.
Kemudian jika sudah ditutup maka virus akan terisolasi, maka negara akan fokus menangani daerah terdampak. Hal yang dilakukan oleh negara adalah testing, tracing, treatment, buat memisahkan yang sakit dan yang sehat. Orang yang sakit akan dirawat dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan gratis. Sedangkan orang yang sehat bisa beraktivitas normal seperti biasa dengan memberlakukan 5M yaitu, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Demikian Islam memberikan solusi atas penanganan wabah, sosial masyarakat akan jalan dengan normal, dan kesehatan dan ekonomi tetap berjalan dengan baik.
Kemudian negara Islam wajib menanggung biaya untuk penelitian, dalam rangka menemukan vaksin yang paling efektif untuk menyembuhkan bagi orang yang terinfeksi maupun mencegah penularan.
Wilayah wabah apabila selesai ditangani, dapat segera kembali dibuka. Demikian gambaran Islam telah terbukti menangani wabah.