Banjarmasin, KP – Pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak perubahan pada dunia, tak terkecuali di negeri ini.
Sejak terkonfirmasi pertama kali pada bulan Maret 2020 silam, kasus Covid-19 kala itu meningkat drastis di seluruh provinsi, termasuk di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Bahkan, berdasarkan data dari kemkes.go.id, korban yang berjatuhan sejak pagebluk ini melanda sampai dengan Sabtu 16 April 2022, jumlahnya mencapai 2.525 jiwa di Bumi Lambung Mangkurat ini.
Di sisi lain, pandemi ini tentu saja mengganggu banyak sektor, tak terkecuali di bidang kesehatan. Salah satunya, terhambatnya upaya pemerintah dalam pemberian imunisasi kepada anak, khususnya di Kalsel.
Berbagai program kesehatan esensial, semisal imunisasi rutin untuk anak tidak berjalan optimal. Di mana, sebagian besar masyarakat masih merasa was-was membawa
anaknya ke puskesmas untuk menerima imunisasi. Belum lagi, banyaknya posyandu yang tutup lantaran tingginya angka sebaran Covid-19 saat itu.
Dua tahun berlalu, kini grafik penularan virus Corona di Kalsel terdata mulai melandai, berbanding lurus dengan upaya keras pemerintah setempat memasifkan serbuan vaksinasi bersama seluruh stakeholder yang patut diacungi jempol.
Seiring itu, Pemerintah Provinsi Kalsel melalui Dinas Kesehatan Kalsel, kembali mengambil peran strategis dengan terus mendorong masyarakat agar segera membawa anak ke pusat kesehatan masyarakat terdekat (Puskesmas) untuk mendapatkan imunisasi rutin lengkap sesuai dengan usianya.
Parti (37 tahun) misalnya, warga Banjarmasin ini mengaku rutin membawa Rayyan ke Puskesmas untuk diimunisasi, sejak baru dilahirkan hingga anak ketiganya itu kini berusia 3 tahun.
Ia menceritakan, sejak usia 0 hari anaknya sudah diimunisasi Hepatitis B0, pasca dilahirkan di Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
Lalu, seiring pertumbuhan dan bertambahnya usia, diberikan lagi imunisasi BCG Polio 1 pada usia 1 bulan. Kemudian, HB-Hib 1 dan polio 2 di usia 2 bulan.
Selanjutnya, kata Parti, di usia 3 bulan Rayyan diberikan imunisasi HB-Hib 2 dan polio 3. Pada usia 4 bulan diimunisasi HB-Hib 3, polio 4 serta IPV. Kemudian saat usia anaknya 9 bulan kembali diimunisasi campak/MR.
“Pada usia 18 bulan, baru mendapatkan imunisasi DPT dan polio booster,” tutur Parti, saat dibincangi, Sabtu (16/4/2022).
Menurutnya, imunisasi yang diberikan ini juga sebagai langkah awal agar mencegah anak dari berbagai penyakit infeksi dan penyakit lainnya.
“Imunisasi ini sangat penting. Dengan pemberian imunisasi lengkap, saya ingin Rayyan menjadi sehat dan tumbuh kembangnya menjadi optimal,” bilang Parti lagi.
Kata dia, selain sudah menjadi program pemerintah, imunisasi saat ini juga digunakan sebagai pra syarat untuk anak saat memasuki dunia pendidikan, terutama ketika masuk TK atau SD.
Semua yang dilakukan Parti ini, sedikit banyaknya bisa menjadi gambaran sebuah bentuk perhatian, kasih sayang dan kepedulian orangtua terhadap kesehatan dan masa depan anak.
Tentu tak salah, bila dijadikan contoh bagi orangtua lainnya dalam hal pemberian imunisasi kepada sang buah hati, demi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Apalagi, di Kalsel saat ini masih ada 13.979 anak yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada tahun 2021.
Di mana cakupan imunisasi dasar lengkap di Provinsi Kalsel pada tahun 2020 sebesar 75,4% dan tahun 2021 sebesar 80,2%.
Angka Drop Out DPTHB3 dan Campak juga tinggi
(lebih dari 5%) baik Tahun 2020 maupun 2021. Disamping itu, cakupan imunisasi Baduta juga rendah, Tahun 2020 cakupan DPTHBHib sebesar 53,7% cakupan campak rubella sebesar 46%, Tahun 2021 cakupan DPTHBHib sebesar 51,9% dan cakupan campak rubella sebesar 48,7%.
Rendahnya cakupan imunisasi serta tingginya angka drop out pada bayi dan baduta menyebabkan meningkatnya potensi Kejadian Luar Biasa Penyakit-penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (KLB-PD3I) yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan (campak, hepatitis, difteri, pertussis, dan lainnya), juga kecacatan (polio, rubella) atau bahkan meninggal dunia (difteri, tetanus, rubella) di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Kalimantan.
Imunisasi sendiri berguna untuk mencegah penularan penyakit, wabah, sakit berat, cacat hingga kematian bayi dan balita. Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan akan mempengaruhi masa depan anak Indonesia.
Sekarang, tersedia berbagai imunisasi yang bermanfaat untuk mencegah lebih dari 20 penyakit yang mengancam jiwa. Imunisasi saat ini mencegah 2 juta hingga 3 juta kematian setiap tahun akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak.
Dari banyak sumber disebutkan, pada tahun 2020-2030, diperkirakan bahwa imunisasi akan menyelamatkan lebih dari 32 juta nyawa, di mana 28 juta di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Di Kalsel sendiri, berbagai upaya pun dilakukan pemerintah setempat untuk mencegah kesenjangan dalam imunisasi rutin, salah satunya dengan mengadakan imunisasi tambahan dan imunisasi kejar dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang akan diadakan pada bulan Mei 2022 di provinsi ini.
Kegiatan ini nantinya, berfokus pada pemberian imunisasi tambahan campak-rubela yang sifatnya massal dan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya bagi sasaran prioritas yang telah ditetapkan.
Selain itu, juga dilakukan upaya imunisasi kejar OPV, IPV dan DPT-Hb-Hib untuk menutup kesenjangan imunitas dan memastikan anak-anak terlindungi dari virus polio, difteri, pertusis dan tetanus.
Karena itu, para orangtua pun diharapkan bisa segera memanfaatkan momentum BIAN untuk mengejar ketertinggalan imunisasi dasar lengkap bagi anak.
Dengan harapan, dapat meningkatkan cakupan imunisasi rutin dan menurunnya angka Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Indonesia.
Bisa disimpulkan, imunisasi penting untuk melawan penyakit, menyelamatkan nyawa, dan menciptakan masa depan yang lebih sehat, aman, nyaman dan sejahtera.
Dan sistem imunisasi yang baik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap orang dapat terlindungi dari Covid-19 dan berbagai penyakit lainnya. (Opq/KPO-1)