Persoalan stunting atau masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang0, sehingga terganggunya pertumbuhan anak, menjadi urusan wajib daerah, termasuk Kota Banjarmasin
BANJARMASIN, KP- Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) terus berupaya memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait betapa pentingnya menjaga kebutuhan gizi.
Masalahnya kata Sekretaris DPPKBPM Kota Banjarmasin Roosmarini Isfianti mengatakan, persoalan stunting atau masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak, menjadi urusan wajib bagi tiap daerah, termasuk Kota Banjarmasin.
Untuk itulah Pemko Pemko melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) terus berupaya meningkatkan kesehatan dan kualitas layanan pendidikan masyarakat, termasuk pada usia remaja, agar angka stunting bisa ditekan melalui kegiatan sosialisasi.
” Sebab, stunting sudah menjadi isu nasional,” ucapnya, usai menghadiri Rapat Evaluasi LKPJ 2021 yang digelar Komisi III DPRD Banjarmasin, Rabu (6/4/2022).
Roosmarini menyebut, salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah Program PIK Remaja, dimana untuk melayani dan memberikan pendidikan terkait kesehatan reproduksi, tumbuh kembang remaja, dan perencanaan kehidupan melalui pendewasaan usia perkawinan.
“Upaya-upaya semacam ini terus kita galakkan. Selain itu, edukasi bagi orang tua muda akan pentingnya kecukupan gizi bagi pertumbuhan anak,” sebutnya.
Roosmarini menjelaskan, angka stunting di Kota Banjarmasin berada pada angka 27,8%, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).
Untuk itulah berbagai upaya terus dilakukan, agar stunting bisa berada di 14 persen pada tahun 2024 nanti, sesuai dengan target nasional untuk pembangunan Generasi Emas.
Dari angka tersebut, stunting tertinggi di Kelurahan Teluk Dalam Banjarmasin pada tahun 2021.
Menurutnya untuk menekan angka tersebut masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting.
Stunting jelasnya, merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu lanjutnya, bisa saja terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (100 Hari Pertama Kelahiran).
Penyebabnya lainnya adalah, karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Dikatakan, faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi bisa penyebab anak stunting. Itu apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik.
Selain itu, ibu yang masa remajanya kekurangan nutrisi, bahkan saat kehamilan, juga sangat berpengaruh pada masa pertumbuhan serta kecerdasan anak.
” Yang paling perlu diwaspadai adalah balita atau anak yang mengalami stunting berakibat fatal bisa meninggal,” tutup Roosmarini. (nid/K-3)