Sebenarnya Adipura bukan suatu penghargaan tapi tolak ukur untuk bisa malu terhadap apa yang dicapai, seperti mendapatkan Adipura tapi kota masih kotor secara realnya
BANJARMASIN, KP – Permasalahan sampah masih saja menjadi problem klasik yang tak kunjung selesai di Kota Banjarmasin. Bahkan hingga saat ini, Pemko Banjarmasin tak kunjung menemukan solusi terkait masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah bukan pada Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Terutama di dua titik yakni Eks TPS Pasar Kuripan dan Eks TPS Gudang Kulit. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir masih saja banyak warga yang membuang sampah di area kedua TPS yang sudah ditutup tersebut .
“Pokoknya banyak yang melempar sampah. Biasanya yang menjaga berdua berbaju oranye dari Kota Madya, tahu saja mereka tapi yang membuang ini keras kepala juga,” kata Kartinah salah satu warga di kawasan Jalan Kuripan.
Sementara itu, salah satu tukang becak Nahwan (60) yang mangkal di kawasan tersebut, berharap pemerintah bisa mencarikan solusi agar sampah tidak lagi ada diarea sekitar.
“Harusnya tidak buang lagi disini, kita mau negur yang buang juga susah jadi diam saja lagi. Bagus lagi kalau ada solusi dari pak wali kota,” ucapnya.
Keluhan tersebut harusnya jadi atensi serius, pasalnya dua kawasan tersebut selama ini sering didapati tumpukan sampah bahkan sampai meluber ke badan jalan.
Bahkan Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina mengaku sudah melakukan berbagai upaya solusi terkait masalah klasik tersebut.
“Walaupun di TPS Veteran dan Kuripan sudah dilarang harusnya mereka membuang ke Depo bekas pasar buah di Jalan Veteran. Berulang-ulang itu sebenarnya dikampanyekan kepada warga,” ucapnya belum lama tadi.
Selain itu, ia menuturkan bahwa pihaknya juga sudah pemasangan tanda bahwa di kedua lokasi tersebut.”Satpol PP juga berjaga saat malam, tapi warga membuangnya subuh, jadi mungkin perlu kesadaran warga,” ujarnya.
Ia hanya bisa kembali menghimbau agar warga yang membuang ke TPS Kuripan untuk tidak lagi membuang disana karena disitu sudah ditutup.
“Kita jaga rawat sama-sama kebersihan kota, apa sulitnya membuang sampah ke eks pasar buah meski jaraknya sedikit lebih jauh,” pintanya.
Sementara itu, problem sampah tersebut ternyata langsung memantik perhatian anggota DPRD Kota Banjarmasin dari Komisi III, Arfrizaldi.
Politis partai PAN itu mempertanyakan penghargaan Adipura yang diraih Kota Banjarmasin selama empat kali, sementara masalah sampah juga masih kewalahan diatasi Pemkot Banjarmasin.
“Sebenarnya Adipura itu bukan suatu penghargaan tapi itu suatu tolak ukur kita untuk kita bisa malu terhadap apa yang sudah kita capai, artinya dengan kita mendapatkan Adipura tapi kota kita masih kotor secara realnya,” tukasnya.
Menurutnya, hal itu harus menjadi sudut pandang apakah memiliki kelayakan untuk mendapatkan penghargan empat kali Adipura atau tidak.
“Sementara kita belum berhasil mengelola sampah dengan baik, ini juga menjadi perhatian bersama antara pemerintah kota dan masyarakat,” tegasnya.
“Kalau saya secara pribadi jika diberikan Adipura saya menolak, karena saya tidak berhasil mengelola kota ini khususnya soal sampah, harusnya ada rasa malu terhadap penghargaan yang kita terima,” tambahnya.
Benar saja. Berdasarkan data yang dihimpun Kalimantan Post. Banjarmasin mendapat penghargaan Adipura tiga kali berturut-turut sejak 2015 sampai dengan 2017. Kemudian yang terakhir di tahun 2019.
Menanggapi hal itu, Afrizal pun berencana akan melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dinas terkait dalam waktu dekat ini.
“Kita akan memberikan masukan ke Dinas Lingkungan Hidup melalui RDP sesegera mungkin, untuk menyelesaikan masalah ini, karena disatu sisi Dinas Lingkungan Hidup juga kewalahan dalam sosialisasi karena alasan kurangnya petugas dan lainnya,” tutup Rizal. (Kin/K-3)














