Banjarmasin, KP – Harga sejumlah bahan bumbu dapur mengalami lonjakan harga. Terutama pada komoditas bawang merah yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan.
Sejak pasca Lebaran Idulfitri 1443 H lalu, alih-alih turun harga, perlahan namun pasti harga bawang merah justru terus beranjak naik. Bahkan, dari pantauan di Pasar Antasari, di tingkat eceran bawang merah menyentuh harga tertinggi selama ini, yakni Rp 60 ribu per kilogram.
“Betul, bawang merah mahal sekali. Hari ini harganya sudah Rp 60 ribu, baru tiga hari ini naik lagi,” tutur Asniah pedagang bawang di Pasar Antasari, Minggu (19/6).
Menurutnya, selama belasan tahun dia berdagang bawang, baru kali ini harga bawang merah sampai setinggi ini. Asniah mengaku, kondisi ini tak pernah ia dia perkirakan sebelumnya.
“Bulan lalu masih Rp 45 ribu sekilonya. Tapi, makin ke sini harganya terus naik, hingga hari ini jadi Rp 60 ribu,” bebernya.
“Harga partainya di Pasar Harum Manis sudah Rp 50 ribu per kilogram, itu pun stoknya kosong juga. Kalau di pengecer kan harus dibersihkan dulu bawang dari serabutnya. Lalu, bawang yang ukuran kecil juga dipisahkan. Jadi, pasti ada susutnya. Makanya harga di eceran akan naik sedikit,” tambah Asniah.
Dikatakannya, kenaikan ini disebabkan stok bawang merah yang kosong di pasaran. Akibatnya, terjadilah hukum pasar supply and demand. Dimana, jika stok barang kosong dan permintaan tinggi, maka otomatis akan terjadi lonjakan harga.
“Informasinya sih pasokan dari daerah penghasil bawang merah belum masuk ke Banjarmasin, seperti dari daerah Bima atau dari Brebes di Jawa Tengah,” ujarnya lagi.
Asniah berharap, harga komoditi bawang merah bisa segera kembali normal. Sebab, menurutnya naiknya harga bawang yang dijualnya sangat berpengaruh terhadap minat masyarakat dalam membeli.
“Mudahan-mudahan cepat normal lagi harganya, karena kalau mahal konsumen bisa-bisa nggak jadi beli,” pungkasnya.
Sementara itu, Fitri, pedagang masakan di kawasan Sungai Andai Banjarmasin juga merasakan imbas meroketnya harga bawang merah.
“Luar biasa naiknya, baru ini beli bawang merah semahal ini. Kaget juga sih, tapi tetap harus dibeli buat bikin bumbu masak,” ungkapnya.
Fitri tak menampik, dirinya jadi serba salah berjualan dengan kondisi harga-harga sembako atau bahan bumbu dapur yang serba mahal.
“Sebelumnya cabai yang mahal, sekarang bawang merah lagi naik. Semoga cepat turun aja lah harganya. Kalau mahal seperti ini, lama-lama saya bisa rugi jualan,” imbuhnya. (Opq/KPO-1)