Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Kriminalitas Remaja Makin Menjadi

×

Kriminalitas Remaja Makin Menjadi

Sebarkan artikel ini

Oleh : Wahyu Utami, S.Pd
Pendidik dan Pengamat Pendidikan
 
Tahun 2030 Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografi. Menurut perkiraan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappenas), pada tahun 2030 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif mencapai 64 persen dari total penduduk Indonesia. 

Sayangnya, potret dunia remaja saat ini didominasi oleh kabar negatif. Kasus kenakalan remaja sudah mengarah pada kriminalitas yang membahayakan diri dan masyarakat. Tawuran antar geng, balapan liar, penggunaan narkoba dan aksi kriminal lainnya terjadi hampir setiap hari di kota-kota besar di tanah air. 

Kalimantan Post

Tingginya angka kriminalitas remaja menunjukkan masalah yang semakin akut. Kriminalitas remaja tidak bisa hanya disandarkan pada kesalahan individu saja tapi merupakan problem sistemik yang melibatkan banyak aspek. Beberapa di antaranya adalah lemahnya keimanan, kurang perhatian orang tua, salah pergaulan, masyarakat yang acuh dan hukuman yang tidak memberi efek jera. Semua hal ini ikut berkontribusi menyuburkan kriminalitas remaja. Kondisi ini tentu saja makin memprihatinkan karena remaja merupakan generasi penerus yang akan menentukan estafet kepemimpinan di masa depan.

Sudah banyak langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan yang ada. Misal razia tawuran pelajar dan pemberlakukan jam malam bagi remaja berusia di bawah 18 tahun. Predikat kota layak anak termasuk di dalamnya sekolah ramah anak pun dikejar oleh pemerintah. Hanya saja berbagai langkah ini belum menyentuh persoalan mendasar dari problem remaja. Faktor apa saja yang berperan meningkatkan kriminalitas remaja?

Pertama, lemahnya fungsi keluarga. Kehidupan sekuler saat ini telah membentuk orang tua yang tidak paham ajaran agamanya. Mereka gagap dalam mengarahkan anak-anak mereka tentang kehidupan yang akan dijalani. Tanggung jawab orang tua dari Alloh untuk menjaga keluarga dari api neraka terabaikan. 

Baca Juga :  Panci sebagai Bahasa Perlawanan

Di sisi yang lain, kehidupan kapitalistik juga memaksa ayah dan ibu sama-sama bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Alhasil, ayah dan ibu sama-sama sibuk dan tidak punya waktu bersama anak. Anak-anak yang kurang kasih sayang akhirnya mencari di luar rumah. Tidak sedikit yang akhirnya mencari pelarian bergabung dengan geng remaja.

Kedua, kegagalan sistem pendidikan. Memang salah satu tujuan pendidikan adalah mewujudkan manusia beriman dan bertakwa. Hanya saja, fakta menunjukkan kondisi yang bertolak belakang. Output pendidikan sangat jauh dari gambaran manusia beriman dan bertakwa. 

Hal ini dikarenakan agama hanya mendapat porsi yang sangat sedikit dalam kurikulum pendidikan. Kalaupun ada, lebih banyak teori dan tidak implementatif. Akhirnya pelajaran agama hanya dipandang sebagai ilmu hafalan untuk mendapat nilai saja. Lalu solusi apa yang harus ditempuh untuk menyelesaikan persoalan ini?

Remaja hidup di dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. Ketiganya memiliki tanggung jawab bersama mencetak remaja yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu ada kerjasama antara ketiga unsur ini. 

Pertama, keluarga. Keluarga merupakan pilar pertama dan utama dalam pendidikan anak. Orang tua wajib mendidik anak dengan ajaran agama sehingga terbentuk anak yang beriman dan bertakwa. Mereka akan tumbuh menjadi generasi yang kuat dan tidak mudah terjerumus pada perilaku menyimpang. 
 
Kedua, masyarakat. Remaja akan beraktivitas dan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Perasaan dan pemikiran masyarakat terhadap suatu perkara akan mempengaruhi kepribadian remaja. Contoh masyarakat yang melarang dan benci pada seks bebas akan mengontrol remaja tidak melakukan tindakan buruk tersebut. 

Ketiga, sekolah. Negara adalah penyelenggara utama sistem pendidikan. Kurikulum pendidikan yang diterapkan akan menentukan hasil output pendidikan. Asas pendidikan yang menggunakan Islam sebagai landasan akan mampu mencetak generasi berkualitas dari sisi kepribadiannya.  

Baca Juga :  Perpustakaan: Kunci Sukses “Banua Bauntung”

Jika ketiga unsur ini bisa bersinergi, tentu aksi kriminalitas remaja bisa ditekan bahkan dihilangkan. Tentu saja hal ini juga wajib dibarengi dengan peran negara dalam mengontrol dan menindak media terutama media sosial yang selama ini dijadikan sebagai contoh oleh remaja. Misal tawuran sarung yang marak saat bulan Ramadhan yang lalu terjadi karena remaja terinspirasi melihat tayangan di media sosial.

Hanya saja semua ini tidak akan mungkin terwujud dalam sistem kapitalis sekuler. Hanya sistem Islam saja yang akan mampu mewujudkan generasi yang beriman dan bertakwa, berkepribadian Islam dan berjiwa pemimpin.

Iklan
Iklan