Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Masjid Ruang Ekspresi Anak Muda

×

Masjid Ruang Ekspresi Anak Muda

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ach. Fatori
Ketua Remaja Masjid Al-Hijriyah Angsau, Pelaihari

Beberapa hari terakhir, dunia permedsosan dipenuhi berita dan perbincangan yang sangat fenomenal yaitu Citayam Fashion Week. Hampir semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, artis, akademisi, hingga politisi memberikan respon terhadap fenomena tersebut.

Baca Koran

Meskipun popularitas fenomena tersebut menimbulkan pro dan kontra, namun kita perlu memberikan apresiasi kepada para remaja yang memiliki kreativitas luarbiasa untuk mengekpresikan dirinya melalui fashion. Para remaja yang datang ke SCBD (belakangan ini diistilahkan Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok) itu dengan beragam tampilan outfit yang unik dan menarik.

Mereka melakukan fashion show di sarana zebra cross sebagai panngung runway untuk catwalk. Saking viralnya di berbagai platform media, para selebritis dan model terkenal pun juga hadir meramaikan ajang adu fashion tersebut.

Ruang Ekspresi Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi yang sangat vital bagi perkembangan psikis dan mental. Fase itu adalah proses pencarian jati diri untuk menunjukkan eksistensi mereka. Kebutuhan mereka atas pengakuan dari masyarakat menuntunya untuk mengekspresikan segala hal yang dipikirkannya.

Fenomena Ciyatam Fashion Week ini adalah salah satu ruang yang mereka buat secara alamiah untuk membangun eksistensi diri. Sebagaimana menurut beberapa pakar sosiologi, yang mengatakan fenomena ini dapat dipandang sebagai wadah remaja untuk mengungkapkan jati diri mereka secara jujur.

Selain untuk mengekpresikan diri, ruang ini dijadikan oleh remaja SCBD untuk merspon perkembangan media sosial terutama Tiktok untuk menjadi terkenal, bahkan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Katakanlah berkat fenomena ini, telah banyak meluncurkan seleb instagram dan tiktok baru seperti Bonge, Jeje, Kurma, Roy dan lainnya.

Lebih dari pada itu, fenomana ini juga berhasil melawan arus budaya konsumerisme yang cukup mendominasi dunia fashion dewasa ini. Budaya gaya busana masyarakat indonesia khususnya di perkotaan yang cukup identik dengan kemewahan dan mahal

Baca Juga :  BEDA AGAMA

Citayam Fashiow Week membalikkan nuansa elitis. Parodi fashion yang ditampilkan mereka menjadi simbol perlawan atas tren fashion yang dikuasi industri, atau seperti menjadi antitesa dari tren industri. Yaitu dengan menampilkan fashion yang terbilang murah dan produk pinggiran kota.

Bisa dikatakan, fenomena ini bukan sekedar ruang ekspresi anak muda, namun lebih jauh untuk membangun budaya yang berbasiskan dan lahir dari gagasan anak-anak muda pinggiran kota.

Masjid Butuh Anak Muda

Namun disisi lain, trend yang sampai hari ini masih bertahan hampir di seluruh Indonesia adalah jamaah masjid yang didominasi oleh kalangan orang tua dan orang-orang lanjut usia dan hanya sedikit anak mudanya. Fenomena ini hampir terjadi di seluruh masjid di Indonesia, juga banyak para pakar yang meneliti tentang fenomena ini.

Sedikitnya anak usia remaja yang mau hadir untuk berkativitas di masjid perlu dilihat dari sudut pandang fungsi masjid itu sendiri. Masjid belum mampu hadir untuk memenuhi kebutuhan anak muda dan remaja hari ini, di masjid mereka tidak bisa mengekspresikan diri. Dengan kata lain, keberadaan masjid masih belum bisa menampung mereka secara lebih luas.

Kekosongan ruang ekspresi bagi pemuda-remaja di ruang-ruang publik yang baik seperti masjid, akhirnya mereka meneemukan dan mencari ruang ekspresi lainnya seperti di SCBD, meskipun secara khusus pemerintah tidak pernah menyediakan tempat itu khusus sebagai ruang ekspresi remaja.

Sebagaimana filosofi kopi, kopi yang enak akan menemukan sendiri penikmatnya. Bagitu pula dengan ekspresi remaja, akan menemukan sendiri seacara alamiah ruang ekspresinya. Sebagaiamana SCBD saat ini, yang tidak pernah direncanakan namun dapat menjadi ruang ekspresi bagi remaja yang yang sangat luarbiasa.

Jika kita percaya bahwa anak-anak atau remaja hari ini adalah masa depan bangsa, maka harus bisa memastikan mereka dibesarkan ditempat-tempat yang baik seperti masjid. Oleh karena itu, sangat penting menghadirkan Masjid sebagai alternatif ruang yang dapat memberikan ruang ekspresi yang cukup luas bagi remaja.

Baca Juga :  Menyalakan Harapan di Ujung Negeri

Mengelolah masjid membutuhkan daya nalar yang kuat agar kebijakan pengelolaan masjid bener-bener menyentuh kebutuhan umat dalam hal ini adalah kebutuhan remaja dan pemuda. Jika banyak anak muda yang datang dan senang berkumpul di masjid kemudian dibimbing dan diarahkan dengan baik, maka yakin dan percaya bahwa membangun peradaban dari masjid bukan lagi sekadar omongan belaka.

Remaja masjid sebagai motor penggerak urusan pemuda dan remaja, hendaknya tidak dijadikan sekadar pelengkap dalam pengelolaan masjid. Potensi yang mereka miliki seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, fenomena masjid yang hanya diisi oleh orang-orang tua dan lanjut usia, dengan sendirinya akan bergeser menjadi masjid sebagai pusat kegiatan anak muda dan remaja. Jika SCBD memiliki Ciyatam Fasyen Week, Kenapa tidak Masjid Fasyen Week kita gaungkan? Wallahua’lam

Iklan
Iklan