Barito Kuala, KP – Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) menginisiasi kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepemimpinan Perempuan Perdesaan yang dilaksanakan di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Pelatihan ini diikuti sekitar 30 orang perempuan perdesaan yang terdiri dari perempuan potensial dari Desa Beringin dan Desa Pancakarya, Kecamatan Alalak, Kabupaten Batola.
Tujuan diselenggarakannya Bimtek ini diantaranya adalah untuk :
meningkatkan jumlah perempuan yang akan menjadi penggerak pembangunan desa yang memiliki perspektif gender.
Lalu, meningkatkan pengetahuan dan kapasitas perempuan perdesaan, mendorong partisipasi perempuan dalam proses pembangunan melalui forum dan pengambilan
keputusan di desa.
Kemudian, meningkatkan pengetahuan dan kapasitas perempuan pemimpin perdesaan tentang perspektif gender. Juga untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam menyusun usulan program pembangunan perdesaan.
Serta meningkatkan pengetahuan dan kapasitas perempuan pemimpin, serta mengintegrasikan perspektif gender dalam perencanaan dan pembangunan perdesaan.
Pelatihan ini digelar selama 3 hari, Senin – Rabu, tanggal 22 – 24 Agustus 2022, bertempat di Aula Kantor Kecamatan Alalak, Kabupaten Batola.
Perwakilan Koalisi Perempuan Indonesia, Stephana Welly, mengatakan, kegiatan ini menyasar kader-kader potensial perempuan yang ada di desa untuk menjadi penggerak pembangunan desa.
“Kegiatan kali ini kita hadirkan pesertanya dari dua desa di Kecamatan Alalak, yakni Desa Beringin dan Desa Pancakarya. Tujuannya adalah untuk memastikan perempuan pun bisa untuk menjadi pemimpin di desanya asalkan memiliki kemampuan untuk itu,” ujar Welly, Senin (22/8/2022).
Selanjutnya, kata Welly, kaum perempuan juga bisa setara dengan pria untuk membangun desa dengan diberikan pembekalan, seperti kemampuan berpendapat atau melakukan analisa sosial terhadap situasi di desa.
“Sehingga, saat masuk atau berada di forum-forum pengambilan keputusan mereka memiliki basis data dalam menyampaikan pendapatnya,” katanya.
Dari perspektif gender, lanjut Welly, selain kehadiran perempuan, juga mengangkat persoalan yang sering dihadapi perempuan dan anak serta kelompok marginal, termasuk kaum disabilitas dan lansia di dalam forum-forum pengambilan keputusan.
“Biasanya, dari pengalaman perempuan itu ketika dia berbicara bisa melihat persoalan yang dihadapinya sehari-hari yang melingkupi semua,” urainya.
Menurut Welly, peran perempuan cukup banyak, seperti merawat, melayani, persoalan kemiskinan, keterbelakangan, ketertinggalan dan kekerasan.
“Itu semua merupakan pengalaman perempuan yang bisa menjadi basis data dalam mengambil kebijakan,” tandasnya.
Sementara, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kalsel, yang diwakili drg. Sapta Rianta, mengharapkan, adanya Bimtek ini akan menjadi langkah bersama untuk dapat melindungi dan memenuhi hak-hak perempuan dan anak di wilayah perdesaan guna mempercepat terwujudnya kesetaraan gender.
“Kita ingin dari kegiatan ini akan dapat mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan anak, menurunkan angka perkawinan usia anak, serta menghilangkan pekerja anak,” harapnya.
“Mari kita bersama berkomitmen, saling bersinergi, berkolaborasi dan menguatkan untuk mewujudkan kesetaraan gender hingga ke tingkat desa,” ajak Sapta Rianta.
Sedangkan, Kepala DPPKBP3A Batola, Hj Harlini, menyampaikan, kegiatan ini bisa menjadi pelopor dan menjadi contoh bagi desa-desa lainnya agar perempuan bisa berkontribusi dalam pembangunan desa.
“Bagaimana perempuan juga bisa menjadi pemimpin khususnya di desa yang ditinggalinya. Bukan mustahil, mereka juga akan menjadi pemimpin yang hebat di Batola. Contohnya, adalah Bupati kita yang seorang perempuan,” sebutnya.
Dicontohkan Hj Harlini, sosok Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS merupakan seorang pemimpin yang juga sebagai motivator dan inspirator bagi kaum perempuan di Batola.
“Bahkan, bukan hanya di Batola saja, Bupati Ibu Noormiliyani juga merupakan Bupati perempuan satu-satunya di Kalsel,” imbuhnya. (Opq/KPO-1)