Banjarmasin, KP – Harga daging sapi di pasar tradisional di Kota Banjarmasin masih terpantau tinggi, setelah hampir satu bulan pasca Idul Adha 1443 Hijriah.
Menurut sejumlah pedagang, hal tersebut disebabkan adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti hewan ternak di beberapa daerah di Indonesia.
Di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin, harga daging sapi lokal terbilang masih tinggi. Bahkan mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir, berkisar antara Rp 140 ribu sampai 150 ribu per kilogram.
Terjadi kenaikan sekitar Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu jika dibandingkan bulan lalu yang berkisar antara Rp 125 ribu sampai 130 ribu per kilogram.
Salah seorang pedagang, Imah, mengatakan, harga daging sapi ini sudah mahal sejak sebelum Hari Raya Idul Fitri. Dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda penurunan harga.
“Penjualan jadi menurun karena harganya masih mahal. Waktu harga masih Rp 120 ribu sampai Rp 130 ribu, bawa daging sapi sebanyak 50 kilogram, sehari atau dua hari sudah habis. Kalau sekarang bisa tiga atau empat hari baru habis terjual,” ungkapnya, Selasa (9/8).
Menurut Imah, kenaikan harga ini, sudah dirasakannya dalam
tiga bulan terakhir. Kondisi ini diperparah dengan merebaknya kasus PMK yang berimbas dengan berkurangnya stok daging sapi di pasaran.
Kenaikan harga ini juga diakuinya lantaran pedagang sulit untuk mendapatkan daging-daging sapi tersebut dalam beberapa bulan ini.
“Stok sedikit, makanya harganya jadi naik. Biasanya sapi dari daerah Madura yang masuk ke sini,” tutur Imah yang mengaku mengambil daging dari pemasok di Banjarmasin.
Untuk harga-harga bagian sapi lainnya adalah sebagai berikut, daging sapi has dalam Rp 160 ribu perkilogram, daging sapi has luar Rp 150 ribu per kilogram, daging sapi paha belakang Rp 150 ribu per kilogram dan daging sapi paha depan Rp 150 ribu per kilogram.
Sementara, untuk tulangan sapi yang masih ada dagingnya seharga Rp 120 ribu, sedangkan tulangan yang sedikit dagingnya dihargai Rp 90 ribu per kilogram. (Opq/K-1)