Banjarmasin, KP – Kabar beredarnya video syur pasangan sejenis yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa yang tengah mengenyam pendidikan di salah satu universitas di Kota Banjarmasin membuat Sosiolog ULM, Nasrullah angkat bicara.
Ia menilai, viralnya video tersebut tentu saja karena ada istilah perilaku yang tidak senonoh yang ditampilkan oleh pengunggah video.
“Jangankan sesama jenis berbeda jenis pun baik secara sah secara agama atau tidak apabila terpublikasikan di media sosial akan menjadi perhatian banyak orang,” ucapnya pada Kalimantan Post, Kamis (22/09) siang.
Ia menekankan, fenomena penyimpangan sosial ini tidak mengenal dilakukan kelompok sosial tertentu, termasuk kalangan mahasiswa saja. Alias bisa menyerang siapapun tanpa pandang bulu, bak sebuah virus mematikan.
Jika dilihat dari kalangan mahasiswa, menurut Nasrullah, tentu saja diawali kecenderungan individu dan karena ada banyak kesempatan berinteraksi baik kedok sekedar berteman, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
“Hal ini juga dipicu mulai meredanya Covid 19 dimana interaksi jarak dekat memungkinkan terjadi,” ungkapnya.
Selain itu, ia melihat, bahwa terjadinya penyimpangan ini sebenarnya tidak hanya dilihat dari kesalahan, tapi juga bagaimana mengembalikan ke posisi normal yakni perhatian terhadap lawan jenis bukan pada sesama jenis.
“Maka ada banyak pendekatan yang mesti dilakukan, baik kultural, sosial, medis, hingga agama, dan yang paling utama adalah kesadaran dari pribadi yang bersangkutan,”
Bahkan, ia membeberkan, lima tahun lalu, dirinya pernah membimbing skripsi dari salah satu mahasiswi yang meneliti hubungan sesama jenis.
“Dan itu memang ada. Biasanya ada tempat favorite untuk bertemu. Kita tidak boleh menutup mata atas adanya penyimpangan seksual seperti ini,” tukasnya.
Disinggung mengenai adanya tempat khusus untuk para pelaku penyimpangan sosial tersebut, Nasrullah kembali menekankan bahwa hal tersebut bukan berarti masyarakat sudah menerima dengan keberadaan mereka.
“Karena besar kemungkinan mereka tidak tahu bahwa lokasi itu sebagai tempat pertemuan. Pandangan kita orang biasa, sulit mengidentifikasi para pelaku di tempat publik,” tekannya.
Lantas, apa penyebab mereka sampai melakukan hal yang menyimpang itu?
Terkait hal itu, Nasrullah menyebut bahwa ada banyak peluang untuk itu, selain faktor pertemanan sehingga terjadi intimitas, traumatik (artinya pernah menjadi korban), broken home dan juga faktor diri sendiri.
“Namun semua itu tidak bisa dijadikan alasan untuk melestarikan penyimpangan. Segera menyembuhkan diri sendiri,” tandasnya.
Kemudian, ia juga menyebutkan bahwa kedekatan orangtua dengan anak tidak menjadi jaminan pengetahuan dan pengawasan ortu dilakukan sepenuhnya. Termasuk dengan perilaku menyimpang dalam konteks seksual ini.
“Peran warga, dan teman dekat yang baik sangat menentukan arah seseorang. Pada diri pribadi ybs, jangan mudah terpengaruh hal-hal negatif dan bergaullah dengan orang-orang yang memberikan dampak positif,” tuntasnya. (Kin/KPO-1)