Oleh : Agus Kriswanto, S.Pd
Kepala Sekolah SDN Purwodadi, Kec. Angsana
Anak aktif dalam pembelajaran sangat diharapkan. Karena dia akan mudah menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dia juga cepat beradaptasi dan bersosialisasi dengan teman sekelasnya. Sehingga anak yang demikian akan mudah bergaul. Dalam bergaul pun dia tidak pilih-pilih teman. Lain halnya dengan anak yang hiperaktif. Anak hiperaktif konon dikenal memiliki perilaku yang aneh.
Menurut pendapat Zaviera (2008:1) anak hiperaktif adalah mereka yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan ditandai sering melakukan gerakan, hal ini dapat menimbulkan efek pada psikis, fisik, sampai masalah sosial.
Hiperaktif merupakan nama lain dari Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD). ADHD atau hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada anak-anak. Perilaku yang dimaksud adalah rendahnya perhatian dan pengontrolan diri. Keadaan yang demikian akan menjadi masalah bagi anak-anak yang berperilaku demikian. Masalah yang akan dialami oleh anak penderita ADHD diantaranya adalah masalah dalam pemusatan perhatian dan bermasalah dengan waktu sehingga akan mengganggu dalam kelas.
Anak yang lincah tidak selalu merupakan anak hiperaktif. Sebab hal yang normal bagi anak untuk memiliki banyak energi dan bersemangat dalam melakukan suatu hal. Anak-anak seringkali bergerak cepat dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, serta tak memiliki rentang perhatian yang sama dengan orang dewasa. Berikut tanda-tanda yang dapat ditunjukkan oleh anak hiperaktif, antara lain; sulit konsentrasi di sekolah, sulit untuk tetap diam atau duduk, berlari kesana-kemari, melompat-lompat, berbicara dengan cepat, mengotak-atik benda, banyak bicara hingga melontarkan semuanya, terkadang memukul orang.
Kalau ada satu anak dalam kelas yang hiperaktif maka dalam kelas tersebut akan sering timbul kegaduhan. Bukan berarti anak yang lain, yang normal tidak pernah menimbulkan kegaduhan. Namun yang sering, hal ini sebagai akibat aksi anak yang hiperaktif. Hal sepele misalnya; Anak yang mengalami hiperaktif suka mengotak-atik barang. Sebuah pulpen dibukanya, kemudian ditiup-tiup. Dipasang kembali, lalu dicorat-coretkan ke bukunya. Terus dia berdiri, dan berteriak. Mana tutup pulpenku? Seperti itulah gambaran anak yang hiperaktif. Perilaku yang bersangkutan sangat mengganggu teman-temannya saat mengikuti pelajaran. Bagi guru yang dalam kelas jika ada anak yang demikian adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan solusi untuk mengatasinya.
Pokoknya sering dia berulah dalam kelasnya, mengganggu teman. Apalagi saat jam istirahat. Dia setelah beraksi mengganggu teman-temannya, lantas dia berlari kalau temannya tersebut mengejarnya. Dia berlari sambil berteriak-teriak menuju ke kantor. Mungkin mencari perlindungan. Tidak jarang dia mengatakan pada guru di kantor kalau dia sedang dikejar temannya dan mau dipukul. Pengalaman penulis selama puluhan tahun mengajar, baru beberapa hari lalu menyaksikan langsung aksi anak hiperaktif.
Kalau waktu istirahat, para guru sering sharing tentang pembelajaran dan juga perilaku anak dalam kelasnya. Guru kelas 5 menyampaikan pada penulis, bahwa anak tersebut (sebut saja namanya x, seorang siswa laki-laki). Dia sepertinya punya kelainan, suka dan sering mengganggu temanya. Jarang memperhatikan jika guru mengajar. Jika ditegur untuk memperhatikan, dia bilang “iya pak”. Namun tidak berapa lama anak tersebut membuat ulah lagi. Pernah dikejar beberapa teman-temanya. Lagi-lagi dia menuju kantor, seolah minta perlindungan kalau dia dikejar teman-temanya.
Akhirnya penulis ijin pada guru tersebut akan memasuki kelasnya setelah jam istirahat. Kami membuat kesepakatan tersebut dengan guru kelas 5. Setelah penulis masuk dalam kelas tersebut dan mengucapkan salam, anak-anak menjawab salam secara serempak tampak antusias sekali. Anak-anak memperhatikan dengan serius ketika penulis mencoba berkomunikasi dengan anak-anak. Anak-anak Bapak punya cerita bagus, maukah kalian mendengarkan. Semua menjawab serentak, “mau !”. Bapak akan bercerita untuk kesempatan ini yang ada kaitanya dengan pendidikan. Sebenarnya Bapak punya cerita yang banyak sekali.
Anak hiperaktif pun akhirnya mau mendengarkan. Walaupun di awal-awal penulis memasuki kelas tersebut, dia ‘over acting’. Sama dengan ketika guru kelasnya saat memberikan pelajaran. Namun kali ini, dia sepertinya sudah mau fokus dengan yang penulis sampaikan, bercerita tentang pendidikan. Hingga akhirnya dia mau tenang mendengarkan penyampaian penulis. Akhirnya bel pulang berbunyi. Penulis menunjuk ketua kelas untuk memimpin berdoa bersama. Setelah berdoa, penulis memberikan pertanyaan kepada siswa untuk dijawab. Aturannya, jika ada seorang siswa yang bisa menjawab, maka pada barisan siswa tersebut boleh pulang.
Senang sekali siswa kelas tersebut mengikuti pembelajaran yang penulis sampaikan. Termasuk anak hiperaktif pun, turut mengacungkan jari lalu menjawab ketika penulis memberikan pertanyaan. Dan jawabannya benar. Ini suatu gambaran kelas yang didalamnya terdapat siswa hiperaktif. Ketika penulis mengisi kelas tersebut, tidak tampak kegaduhan. Semua anak antusias, karena penulis saat bercerita tentang pendidikan tidak duduk di kursi. Namun penulis berdiri, dan sambil memperhatikan wajah-wajah siswa kelas tersebut.
Intinya anak hiperaktif perlu perhatian khusus kalau dia sedang berekspresi. Perhatian dan dukungan penuh dari orang tua, tenaga pengajar/guru, dan orang-orang di sekitarnya sangatlah penting untuk tumbuh kembang anak hiperaktif. Bukan berarti teman-teman anak hiperaktif di dalam kelas harus mengalah dan menurut dengannya, tentu saja tidak. Kalau di dalam kelas, peran guru yang paling dominan dalam hal ini. Memotivasi pada siswa, berperilaku tidak pilih kasih, memberikan pujian atau hadiah jika siswa berprestasi, memberikan sanksi jika siswa berbuat salah. Hingga akhirnya dengan harapan anak hiperaktif, lambat laun bisa beradaptasi dan aktif normal dalam keseharian. Baik di rumah maupun di lingkungan sekolah.
Memang mengatasi aksi perilaku anak hiperaktif tidaklah mudah. Perlu kesabaran yang ekstra. Kalau di rumah tentu peran orang tua sangatlah besar atau orang yang dekat dengannya (kakek, nenek, paman, bibi, dsb.) yang harus memperhatikan tumbuh kembangnya. Orang tua lebih banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama anak dan membantunya mengembangkan minat, bakat, serta rasa percaya diri.
Sehingga jika suasana di rumah harmonis, tentu akan menjadikan terapi yang paten untuk anak hiperaktif. Karena kedekatan orang tua pada anak merupakan harapan baginya. Dan perilaku orang tua adalah aksi teladan baginya. Demikian pula suasana di kelas yang nyaman akan menjadikan anak hiperaktif mudah beradaptasi, mudah bersosialisasi. Jika sudah beradaptasi dengan lingkungan yang harmonis, insya Allah anak tersebut akan beraksi normal seperti teman-temannya.