Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Pamerkan Ragam Jenis dan Kegunaan Wafak

×

Pamerkan Ragam Jenis dan Kegunaan Wafak

Sebarkan artikel ini
Hal 10 3 Klm Keris
DIPAMERKAN- Sejumlah benda pusaka dan wafak dipamerkan dalam acara peringatan hari Museum Nasional. (KP/Zakiri)

Banjarmasin, KP – Berbagai macam wafak peninggalan pejuang kemerdekaan di Kalimantan Selatan dipamerkan dalam Pameran Temporer di halaman Museum Wasaka, Banjarmasin, Rabu (12/10) siang.

Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Selatan, Arry Risfansyah mengatakan, pameran tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Museum Nasional.

Kalimantan Post

“Selama empat hari, mulai tanggal 12 sampai tanggal 15 Oktober ada pameran benda-benda tentang wafak dan mandau di Museum Wasaka,” ucapnya.

Arry menuturkan, bahwa benda-benda yang dipamerkan adalah sesuai dengan penelitian yang baru saja rampung dilakukan oleh anggota AAI Kalsel, sehingga merujuk pada tema wafak dan mandau.

Yang tujuannya, selain sebagai bentuk pelestarian, juga sebagai upaya menambah khazanah atau wawasan keilmuan.

“Lalu, selama gelaran, juga akan ada seminar-seminar lainnya. Misalnya, seminar tentang senjata sumpit, hingga perkenalan komunitas Wasaka Kalsel dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Di samping itu, dalam pameran tersebut juga terdapat Puluhan senjata milik anggota komunitas Wasi Pusaka Banua (Wasaka) Kalsel hingga peninggalan masyarakat dahulu, dipamerkan di kawasan Museum Waja Sampai Kaputing Banjarmasin.

Dalam pameran tersebut, tidak hanya senjata tajam dengan berbagai jenisnya saja yang dipamerkan. Tapi, juga memamerkan benda-benda berwafak atau berajah.

“Pameran ini, memang bertajuk senjata tradisional dan wafak di Kalsel. Senjata yang dipamerkan pun, sebagian juga yang ada wafaknya,” ucap Sekretaris Komonitas Wasaka Kalsel, Fadil Wirawan, kemarin (12/10) siang.

Ia pun lantas membeberkan, di antara koleksi benda yang dipamerkan bahkan ada yang sudah berumur sampai ratusan tahun.

“Bila saya tidak keliru, paling tua itu untuk jenis mandau. Diperkirakan usianya hampir 300 tahun,” jelasnya.Demikian juga dengan jenis wafak yang ada di situ. Usianya pun, juga sudah cukup lama. Ambil contoh, salah satu bendera merah putih yang diwafak atau dirajah.

Baca Juga :  Pesantren Benteng Moral Bangsa, Bukan Objek Sensasi Media

Konon, bendera itu pernah dibawa oleh salah satu pimpinan pasukan pada Perang Bungkukan di Kabupaten Kotabaru. Tepatnya, pada tanggal 13 November 1948.

Tidak hanya sampai di situ, yang kian membuat pameran itu berbeda dan juga sarat edukasi, lantaran kegiatan tersebut juga diisi diskusi terkait hasil dua penelitian.

Yakni, penelitian wafak dan senjata tradisional khas suku Dayak di Kalimantan yakni mandau

Dua penelitian itu, digarap oleh sejumlah anggota Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Kalsel, bekerja sama Komunitas Wasaka Kalsel.

Hasil penelitian inilah yang didiskusikan atau diseminarkan, Rabu (12/11). Hasil penelitian itu sendiri nantinya juga dibukukan.”Buku itu bakal rampung di pertengahan November mendatang,” ungkap Nurmaulidiani Awaliyah. Dia salah seorang peneliti tentang wafak dan mandau itu.

Perempuan yang akrab disapa Alid itu, menjelaskan terkhusus untuk penelitian wafak, dilakukan selama lebih dari empat bulan. Dengan mendatangi ke sejumlah daerah.

Seperti misalnya Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kabupaten Banjar, hingga ke sejumlah daerah di Hulu Sungai.

Menurutnya, selama penelitian dilakukan, pihaknya sedikit kesulitan dengan kekhawatiran oleh pemilik wafak ketika para peneliti sedang mencari data tentang wafak tersebut.

“Hampir seluruh pemilik wafak yang kami telitiagak tertutup dan bahkan enggan membuka informasi mengenai wafak miliknya,” ujarnya.

Pasalnya sang pemilik tidak ingin wafak yang menjadi benda warisan turun temurun dari keluarganya itu dijiplak dan diperjualbelikan oleh orang tidak bertanggung jawab.”Karena sekarang wafak sudah menjadi komoditas yang menghasilkan uang,” imbuhnya.

Hal tersebut juga diakui oleh Ketua AAI Asosiasi Antropolog Indonesia (AAI) Kalsel, Achmad Rafieq. Menurutnya, saat ini fungsi wafak memang tidak ada pergeseran, namun sekarang ada beberapa yang malah dijadikan komoditas bisnis.

Baca Juga :  Deputi I Kantor Komunikasi Kepresidenan RI Kunjungi Banjarmasin, Tinjau Program Prioritas Nasional

“Karena sekarang ini sampai ada pedagang dan makelar wafak, bahkan ada beberapa yang dipasarkan secara online,” imbuhnya

Padahal menurutnya, wafak merupakan benda sakral yang tidak sembarangan membuatnya. Ada syarat-syarat tertentu yang wajib dipenuhi jika ingin wafak yang dibuatnya berfungsi dengan baik. (Kin/K-3)

Iklan
Iklan